33

3.7K 1K 43
                                    

Tentakel menyambar setiap manusia yang bisa diraih, menjerat, dan menenggelamkan mereka ke dalam sungai. Sebagian orang berhasil lolos dari maut lantaran insting mereka dalam bertahan hidup langsung bereaksi ketika bahaya datang. Sebagian orang langsung memotong tentakel yang menjerat tubuh, sementara yang lain terpaksa harus terseret hingga masuk sungai, megap-megap, persis ikan, lalu berusaha memotong tentakel menggunakan belati maupun pedang yang ada dalam genggaman tangan mereka. Beberapa orang yang jauh lebih beruntung, seperti aku, terlindung dari ancaman karena di dekat mereka ada penyihir maupun pengguna kekuatan semacam Elodile.

Monster meraung. Kedua matanya sehitam arang dan di sekitar tubuhnya air seolah tengah mendidih; buih meletup-letup, persis rebusan kaldu tinta. Gweny memilih berdiam diri, tidak bersedia ke luar dari saku mantel, sementara aku terseok ke belakang, mencoba menyelamatkan diri dari ancaman tentakel.

‘Ada apa sih dengan monster dan tentakel mereka?’

Oscar bersama kesatria lain sibuk menyabet dan memotong tentakel yang berani mendekat. Sejauh ini monster tidak berani menampakkan diri di daratan dan memilih berada di area sungai. Penyihir menciptakan bola-bola api, melemparkannya kepada monster. Sayang serangan tersebut hanya memberikan dampak kecil. Sangat kecil. Anggap saja semacam luka gores, tapi tidak akan mengancam nyawa. Nah, jenis luka yang seperti itu.

Duke Asherah, dilindungi tameng energi ciptaan Elodile, langsung mengarahkan para pemanah agar mengincar mata si monster. Sebagian anak panah berhasil ditangkis monster, sementara sebagian lain hanya menancap di tentakel.

Aku ingin memanfaatkan kesaktian, tetapi bila sampai SEMUA ORANG TAHU, maka aku pun akan terancam. Bukan berarti Raja Ilyan berniat buruk, tetapi sebagian orang akan memanfaatkan penemuan ini dan mengganggu ketenteraman kehidupan yang telah lama aku inginkan bersama Oscar dan Cian. Lagi pula, menghadapi monster campuran, level tinggi semacam si penghuni sungai cantik tapi galak ini, pasti membutuhkan tambahan energi. AKU TIDAK MAU BERHADAPAN DENGAN MONSTER PENGGODA DAN SEMUA JENIS MONSTER BERWUJUD MANUSIA. Mereka susah diajak berkompromi dan hanya bersedia mengikuti keinginan utama: Serang, serang. Ayo serang, Sayang. HAHAHA, mari kita hancurkan dunia.

Andai ada Cian, maka Raye dan Zuna sudah pasti bisa melenyapkan si monster sungai. Namun, sama seperti keberadaanku, maka dia pun akan terancam!

Seperti makan buah simalakama.

Pahit!

Seorang kesatria membawaku menjauh dari sungai. Dia menempatkanku bersama sejumlah orang, aman dari radius jangkau si monster, dan berharap dalam hati mereka tidak akan terluka.

Oscar memberi intruksi kepada penyihir agar membekukan sungai. Sebagian penyihir berusaha membekukan air, bahkan mengerahkan kemampuan semacam itu pun menguras tenaga mereka. Sebagian meringis seolah menahan sakit, sementara yang lain air mukanya terlihat seperti bulan kesiangan!

Akan tetapi, usaha mereka membuahkan hasil. Sebagian besar air sungai berhasil dibekukan. Monster pun tampak kesulitan menghadapi hujan panah dan letupan api. Sekali lagi Oscar memberi intruksi kepada penyihir, “Serang dia dengan guntur! Bertubi-tubi!”

‘Kyaa! Suamiku, kau memang pantas dibanggakan bangsa dan negeri ini!’

100 persen aku akan mempersembahkan kasih sayang kepada Oscar~

Tunggu 380 persen pun aku sanggup!

Oke, fokus. Maka inilah yang terjadi. Guntur berwarna kuning terang berkilat-kilat dan menyambar setiap sisi bagian tubuh si monster sementara api melahap sebagian tentakel. Berkat bantuan air, aha ilmu alam, serangan guntur memberi dampak destruktif. Perlahan monster itu jatuh, menggelepar-gelepar seperti ikan yang dilempar di tanah, lalu mati dan terbenam.

Survive as Hero's Mother  (SELESAI)Where stories live. Discover now