Afshaka; 23

2.7K 134 18
                                    

Selamat membaca, happy reading all! Kalo ada typo tolong komen aja ya! Biar langsung aku benerin.

Jangan lupa vote and comment-nya ya!❤️

—0o👑o0—

"Anjing, bangsat lo setan jadi cowok. Mending lo potong titit lo." Umpat Revan sambil menendang badan Bian.

"Van gue tau lo emosi, tapi udah. Dia udah gak bisa gerak lagi. Inget pesan Shaka harus biarin dia sadar. Mending kita bawa ke kantor polisi." Juna berkata seraya menghentikan aksi Revan itu. Yang hal itu diangguki oleh temannya yang lain.

"Gue setuju, enak aja dia langsung mati. Orang kayak gini harus ngelewatin tahap siksaan dulu." Saut Rehzki sambil menarik dengan kasar Bian, mereka membopongnya, tidak. Lebih tepat sedikit menyeret Bian.

—0o👑o0—


Sekarang Alana sedang terbaring di rumah sakit, Afshaka langsung membawanya kerumah sakit untuk pengecekan lebih lagi, walaupun ia bisa dikatakan seorang calon dokter tetapi tetap saja ia membutuhkan tenaga yang lebih profesional lagi.

Setelah memastikan Alana tenang dan mendengar hasil pengecekan dokter. Afshaka langsung menghubungi orang terdekat Alana, seperti orang tua Alana, dan juga Keano. Ia menjelaskan dengan rinci kejadian yang menimpa Alana. Tentu mendengar hal tersebut orang tua Alana khususnya ayahnya sangat murka mendengar anak satu satunya, kesayangannya diperlakukan seperti itu, dan mamahnya alana hanya terisak, marah sekaligus menyesal ia merasa telah lalai dan gagal menjadi orang tua, yang baru mengetahui masalah yang sangat penting ini sekang. Anaknya, putri kesayangannya sudah merasakan hal ini sejak lama tanpa adanya tempat cerita.

Mereka merasa memang pantas di benci oleh anaknya. Putrinya sudah menanggung penderitaan cukup lama, bahkan mereka tidak tahu bahwa Alana mengalami trauma.

Mereka langsung memutuskan untuk secepatnya menemui Alana. Dan tentunya memberi Bian hukuman lebih berat.

—0o👑o0—

Selagi menunggu Alana bangun, cowok itu terus di samping Alana. seperti menenangkannya, mengusap lembut rambut Alana.

selagi Ia sedang mengusap rambut ceweknya itu Handpgone Alana pun berbunyi, dan pesan grup pun satu persatu mulai masuk. Ia menghentikan kegiatannya, dan segera membuka Handphonenya, yang ternyata pesan itu dari sahabat-sahabatnya, Afshaka menutup Handphonenya lagi setelah ia mengirimkan pesan “Oke, makasih.”

Afshaka memijat pelipisnya pelan, ia melihat Alana sejenak dan lalu tangannya berpindah menyentuh wajahnya tepat di luka sobek bibirnya, dan mengusapnya pelan.

Jam sudah menunjukan jam 11 malam, Afshaka belum mengabari bundanya, ia takut bundanya masih menunggunya di rumah.  Afshaka pun mengeluarkan Handphone dengan tangan satunya, ia mencoba menelpon bundanya itu.

“Halo Bun?” Sapa Afshaka lembut ketika panggilan berhasil terhubung.

Shaka, kamu gak pulang?” Saut Bundanya di seberang sana, tanpa menjawab sapaan Afshaka. Dalam hatinya Afshaka mengucap “Kebiasaan.” Sambil menghela napas memikirkan bundanya itu.

“Shaka izin Bun gak pulang, lagi di rumah sakit.”

SIAPA YANG SAKIT? KAMU GAPAPA?” Tanya Bundanya dengan nada sedikit nge gas.

“Bukan Bun, bukan Shaka yang di rawat, tapi Alana.”

Alana kenapa? Terus dia baik-baik aja?” Balas bundanya dengan nada khwatir.

Afshaka pun menjelaskan segala sesuatu yang terjadi kepada Bundanya. Tentu saja Aretta marah dan cemas bukan main tentang keadaan Alana, bahkan Aretta bundanya itu ingin malam itu juga menjenguk Alana, namun hal tersebut dilarang oleh Afshaka karena sebaiknya bundanya membesuk besok saja, lagi pula ini sudah hampir tengah malam dan jam besuk pun sudah ditutup.

Tapi kamu pastiin Alana baik-baik aja ya Shaka.” Kata Bundanya.

“Iya Bun.”

Tapi beneran Alana udah baikan? Kamu jangan kemana-mana, tetep jaga Alana aja. Ini pesan Bunda, dengerin!” Sekali lagi ucapan ini seperti membuat Afshaka kembali menghela napasnya.

“Iya Bunda.” Akhirnya panggilan pun berakhir, Afshaka menyimpan ponselnya, juga kembali dengan mengusap wajah Alana.

“Kak.” Ucap Alana terbangun dari tidurnya menahan tangan Afshaka.

“Gimana? Enakan?” Tanya Afshaka. Alana yang mendengar itu tak menjawab hanya menganggukan kepala.

“Lo aman, jangan takut.”

“Kenapa kakak bisa tau?” Ucap Alana bertanya, sebenarnya ia merasa malu pada Afshaka, juga ia benci dengan dirinya. Kenapa dia seorang yang tidak bisa apa-apa. Karena itulah Alana bahkan tidak berani menatap wajah Afshaka.

“Ponsel lo, kesambung ke gue.”

"Makasih udah nyelamatin gue." Kata Alana pelan.

Afshaka mengangguk, "Jangan dipikirin lo itu tanggung jawab gue Lan." Alana yang mendengar itu hanya terharu, tetapi ia memikirkan lagi, apakah setelah ini ia masih tepat untuk Afshaka. Alana merasa dirinya kotor. Untuk kedua kalinya lagi-lagi ia hampir dilecehkan oleh Bian.

"Gue udah ngehubungin ortu lo Lan, katanya besok mereka mau dateng. Dan untuk malam ini lo sama gue." Alana yang mendengar kata orang tua pun langsung sedikit terdiam.

"Jangan mikir aneh-aneh, ortu lo sayang sama lo mereka khawatir bukan main dengan lo."

Alana yang mendengar itu dan ia pun berpikir bagaimana baiknya seorang Afshaka. "Ka—kakak ke—kenapa baik banget." Tanya Alana tersendat karena ia akhirnya menangis. Afshaka yang melihat itupun membawa Alana dalam pelukan hangatnya.

"Kan udah gue bilang, lo itu sekaramg tanggung jawab gue."

"Ta-tapi aku sekarang ngera-ngerasa gak cocok  dan gak pantes sama kakak, kakak tau aku—aku ngerasa aku kotor apalagi kakak tau hal ini." Ucap Alana di sela tangisnya dengan nada yang tak begitu jelas.

"Huss lo ngomong apasih? Yang tau lo pantes, enggaknya buat gue, ya cuma gue. Dan gue gak ngerasa gitu. Udah lo tenangin diri lo dulu, gue ada di sini buat lo." Ucap Afshaka dengan lembutnya. "Alana liat gue." Lanjut Afshaka mendekatkan wajahnya ke wajah Alana, mencium seluruh wajah cewek itu dengan penug kelembutan. Di mulai dari dahi, mata, hidung, mulut, samapai leher juga.

"Udah sekarang lo tidur ya, Alana."

To Be Continued...


Wish you guys have a wonderful day, And thank you all<3

- Vinddie.

AFSHAKAWhere stories live. Discover now