'Kalau kamu tahu kita akan kemana, aku yakin sekali pasti kamu akan bahagia,' gumam Kelvin dalam hati sembari menatap lekat wajah sang istri.

Sekitar hampir 1 jam perjalanan, akhirnya mereka pun tiba di tempat tujuan. Rea sedikit terperanjat ketika tahu mereka ke mana. Kelvin kini ternyata membawanya ke pantai. Senyum di sudut bibir Rea pun timbul, dia tidak tahu lagi harus bagaimana.

"Astaga! Aku tidak menyangka Jika kamu akan membawaku ke pantai, Mas. Sudah lama sekali rasanya aku ingin pergi ke pantai lagi, dan sekarang kamu malah mengabulkannya." Rea dengan semangat langsung membuka pintu mobil dan keluar dari mobil.

Dia langsung berjalan cepat menuju pantai, seolah dia lupa Jika datang bersama suaminya.

"Sayang, kenapa aku ditinggal?" Kelvin hanya bisa geleng-geleng kepala, melihat Rea yang sangat bahagia kali ini.

Dia pun langsung berjalan menyusul sang istri, menyusuri pasir pantai dengan hati gembira. Apalagi melihat Rea yang langsung berlarian ke bibir pantai, bermain air di sana dengan senyum mengembang.

Kelvin sengaja membawa istrinya datang ke pantai agar mereka dapat melihat sunset. Seperti dulu awal perkenalan mereka sebelum benar-benar menikah, Kelvin juga mengajak Rea melihat sunset di pantai walaupun dulu mereka kemalaman dan membuat mereka tidak jadi melihat sunset. Kelvin ingin mengenang masa-masa indah mereka dulu. Saat mereka belum benar-benar saling mencintai pastinya.

"Kita mau lihat sunset kan, Mas?" tanya Rea yang kini berdiri di sebelahnya.

"Iya, Sayang, kita lihat sunset sore ini. Anggap saja mengulang kenangan yang dulu." Kelvin mengacak pelan rambut sang istri, sembari menatap lekat ke arah pantai yang begitu menakjubkan.

Rea tidak tinggal diam, dia langsung menarik tangan Kelvin agar ikut bermain air di bibir pantai bersama. Saat ombak datang dan menerjang kaki mereka, Rea berteriak kegirangan layaknya anak kecil. Sedangkan Kelvin hanya bisa tersenyum tipis, tidak ada kebahagian lain lagi selain melihat Rea bahagia.

Semakin lama, hari pun semakin sore. Yang berarti mereka akan melihat sunset sebentar lagi. Langit berubah menjadi oranye secara perlahan-lahan. Bahkan, mereka bisa melihat matahari yang mulai tenggelam.

"Kamu tahu, aku merasa jika aku itu seperti bumi dan kamu seperti matahari. Bumi selalu membutuhkan matahari bukan, layaknya aku yang selalu membutuhkan kamu. Matahari selalu menyinari bumi, dan kamu itu selalu menjadi cahaya di hidup aku. Ketika matahari terbenam, bumi akan gelap. Seperti halnya aku, ketika aku melihat kamu terbaring tak berdaya waktu itu, hidupku terasa sangat gelap."

Kelvin tersenyum tipis, seraya menatap lurus ke depan. Di sampingnya Rea berdiri, sama-sama menatap ke arah pantai yang sedang menampakan indahnya sunset pada sore hari ini.

Deburan ombak terdengar merdu di Indra pendengaran mereka. Suara-suara anak kecil bersahut-sahutan di sekitar mereka. Semua orang menikmati indahnya senja, begitu pula dengan mereka berdua.

"Dulu, aku berharap dapat melihat indahnya senja dengan wanita yang aku cintai. Aku ingin juga melihatnya kembali sampai hari tua nanti bersama wanita itu. Bahkan, bersama anak-anak kita di sekeliling. Seperti halnya senja yang menjadi alasan banyak orang untuk tersenyum, kamu adalah alasan untuk aku tersenyum."

Kelvin mulai menatap sang istri, membuat mereka berdua saling bertatapan satu sama lain. Menyelami indahnya bola mata sang pasangan. Mereka dapat melihat rasa cinta yang begitu menggebu di antara keduanya.

"Rea, aku bahagia karena kamu menjadi alasan aku untuk terus bertahan sampai sejauh ini. Aku senang, saat aku terbangun dari tidurku orang yang pertama kali aku lihat adalah dirimu. Wanita yang menyambutku dengan senyuman hangat di pagi hari. Wanita yang sangat aku cintai dan akan terus bertahta di hatiku ini. Kamu adalah rumahku, tempat aku berteduh dan berkeluh kesah."

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now