56. Satu Hati dan Satu Cinta

Start from the beginning
                                    

"Aku mau Mas Kelvin," balas Rea pelan, membuat kedua sudut bibir Kevin berkedut.

Perkataan sederhana dari Rea mampu membuat desiran hangat menjalar di hatinya. Seperti ada kupu-kupu yang berterbangan dan membuatnya sangat bahagia. Kelvin sampai tidak tahu lagi bagaimana dia harus meluapkan rasa bahagianya kini.

"Pagi-pagi sudah menggombal." Kelvin menjawil hidung Rea.

"Gak gombal, tapi sebuah kejujuran. Aku senang, karena kini sudah bisa melihat Mas sehat, tidak sakit seperti waktu itu."

Rea menerawang jauh ke belakang, waktu dia menemani Kelvin yang masih sakit. Dia tidak pernah menyangka jika dia bisa melewati fase-fase penuh air mata itu dengan baik.

Untuk soal dia menjadi pendonor untuk Kelvin. Waktu itu Rea tidak berharap banyak, jika dia memang tidak selamat dari operasi itu maka dia tidak masalah. Yang terpenting Kelvin selamat dan dapat sehat kembali.

Tetapi nyatanya Tuhan begitu baik, walaupun dia sempat drop dan sampai harus masuk ruang ICU. Tapi sekarang dirinya sudah berangsur-angsur membaik dan dapat bersama suaminya lagi.

Harapan mereka berdua hanya satu, agar mereka dapat tetap bersama sampai hari tua. Tidak lagi ada permasalahan besar yang membuat mereka hendak berpisah kembali.

"Rea, kamu tahu tidak, Mas sayang sekali sama kamu. Mas berterima kasih banyak kepadamu, karena kamu telah mendonorkan hati kamu buat aku. Tetapi, kenapa harus kamu yang melakukannya? Apa kamu tahu, Mas sampai frustasi dan sangat hancur saat melihat kamu terbaring lemah di ruang ICU."

Kelvin mengeluarkan semua unek-unek yang mengganjal di hatinya. Menatap wajah Rea lekat seolah tidak ingin hengkang sejenak saja. Dia selalu ingin berada di samping Rea sampai kapanpun.

"Mas gak suka?" Hanya itu yang dapat Rea tanyakan, dia menatap lirih sang suami.

"Bukannya Mas gak suka, Sayang. Mas gak bisa melihat kamu sakit begini, rasanya Mas tidak tega." Kelvin menatap istrinya dari atas hingga bawah.

"Kenapa Mas gak suka? Aku ngelakuin ini semua buat kamu, Mas. Lagian, sekarang aku sudah berangsur pulih, kamu tidak usah khawatir lagi." Rea melihat mata Kelvin berkaca-kaca.

Kelvin mengambil tangan kanan Rea, mengecup punggung tangan istrinya begitu mendamba. Memejamkan mata dan meresapi semuanya.

"Kenapa dulu kamu gak ngebiarin Mas nyusulin Ara saja? Kamu tahu, semua keluarga sedih melihat kamu waktu itu." Kelvin masih saja tidak rela jika yang mendonorkan hatinya adalah Rea.

Tangan Rea tergerak untuk mengelus rambut sang suami lekat. Senyuman manis tak luntur dari bibirnya sama sekali. Rea berusaha untuk duduk, tapi Kelvin melarangnya dan tetap menyuruhnya untuk tiduran saja. Mengingat kondisi Rea belum benar-benar baik.

"Kenapa Mas malah berkata seperti itu? Kehilangan Mas Kelvin adalah hal yang tidak pernah aku inginkan di dunia ini. Bagaimana aku hidup jika ragaku mati nantinya? Rumahku, hidupku, cintaku, ragaku, semua itu ada di kamu, Mas."

Mata Rea ikut berkaca-kaca, dia merasa sedih ketika harus membicarakan hal ini lagi.

"Kamu tahu, sehancur apa setiap hari aku melihat kamu terbaring tak berdaya waktu itu? Setiap hari aku hanya dihantui rasa ketakutan yang luar biasa. Ketika dokter mengatakan kamu mungkin tidak dapat bertahan hidup lebih lama dan harus segera mendapatkan donor. Saat itu semua orang hancur, semua orang sedih."

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now