"Bi, tolong lihat aku sebagai keluargamu. Aku mohon maklumi Sasuke." Ucap Sakura, menggenggam tangan Tsunade.

Tsunade menghela napas. Sulit baginya mengambil keputusan untuk kasus seperti ini, terlebih Sakura adalah keluarganya yang telah mengikutinya ke Konoha, menimba ilmu di sana di bawah bimbingannya.

"Apa yang ada dipikiran kalian berdua? Ini konyol sekali, serius." Tsunade mengurut keningnya.

"Apa aku harus menjelaskan semuanya, Bi?"

Tsunade mengibaskan tangannya, "tidak perlu. Aku yakin aku tidak akan suka mendengarnya. Tapi, apa kau yakin dengannya?"

Sakura terdiam sejenak. Selalu saja ada pertanyaan itu. Apa ia yakin dengan Sasuke?

"Apa kau mencintainya?"

Sakura menatap lurus hazel Tsunade, seolah yakin. "Aku yakin, dan aku mencintainya."

Tsunade berkedip, "apa kedua orangtuamu merestui?"

Bukan tanpa alasan ataupun tak menjaga perasaan Sakura, Tsunade pun tau bagaimana jalan hidup Sakura mengingat Sakura pernah tinggal bersamanya di Konoha. Mereka begitu dekat hingga Tsunade tak pernah tak tau apapun mengenai keponakannya.

"Mereka merestui."

Tsunade mengangguk, "ya, mengingat anak itu tampan dan konglomerat." Ucapnya lalu tertawa keras. Tentu dia tau impian para orang tua persoalan menantu.

"Jadi bi?"

"Menikahlah. Dan Sasuke akan tetap punya ijazah."

Sakura memeluk Tsunade tanpa ragu. Mengucapkan terima kasih berkali-kali. Dan Tsunade tersenyum sambil menepuk punggung keponakannya.

Apapun keputusan Sakura, ia tak punya hak untuk menolak. Ia hanya ingin membantu Sakura apapun yang dia bisa. Agar setidaknya beban Sakura berkurang, dan ia tidak mengalami banyak kesulitan. Dan apapun keputusan Sakura, ia harap keponakannya akan terus bahagia.

"Apa aku mengganggu?" Kizashi datang menghampiri kedua wanita yang masih berpelukan itu.

"Aku datang untuk menjemput cinderella." Ucapnya, menunduk dan menyodorkan tangannya kepada Sakura.

Sakura terkekeh geli, meraih tangan ayahnya.

Sakura siap!

.

Lonceng berbunyi mengiringi Sakura yang berjalan seraya menggandeng lengan ayahnya.

Sanak keluarga telah di kursinya masing-masing, berdiri sambil menatap dirinya dan sang ayah.

Bunyi lonceng seolah menggelitik jantungnya, sehingga ia mencengkeram erat lengan sang ayah karena ia mulai bertambah gugup. Ayah mengerti perasaan anaknya, maka ia genggam tangan lembut yang masih mencengkeram lengannya itu.

Di depan sana, di atas altar. Pria dengan balutan jas hitam dihiasi dasi kupu-kupu hitam, juga bunga mawar putih yang bertengger di saku dada.

Sakura ingin menjerit, rasanya. Lihatlah Sasuke yang berdiri dengan gagahnya. Dengan wajah tampan yang semakin menambah karismanya. Menatap ke depan, kepada calon istrinya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Apr 17, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SAKURA-SENSEIWhere stories live. Discover now