Just an Ordinary Day

8.1K 570 70
                                    

Sakura-sensei
.
Chapter 11
.
© Masashi Kishimoto
.
DLDR
.

.


Waktu berlalu seolah tak mau menunggu apapun. Detik demi detik terlewati dan hari pun berganti.
Matahari masih setia, menyambut pagi dengan sinarnya yang hangat. Kicauan burung dalam sangkar yang tergantung di balkon tetangga, menyanyikan lagu semangat pagi untuk memulai hari.

Sakura sudah sibuk di dapur, bersama alat-alat tempur dan amunisinya. Berlebihan. Sakura hanya sedang memasak. Sasuke? Dia masih mengarungi mimpinya.

Bunyi hentakan pisau dan tatakan terdengar di telinga, sebab sakura tengah mengiris lobak menjadi irisan tipis seperti keripik. Lalu mengirisnya kembali menjadi potongan panjang dan kecil.

Jangan kalian kira pikirannya fokus pada irisan lobak di tangannya. Sebab mata itu menatap kosong apa yang dilakukannya. Nasib baik pisau itu tak mengenai tangannya.

Sakura sendiri terheran. Entah kenapa ia merasa beban pikirannya belum lepas sepenuhnya. Ada banyak waktu dimana dia terpikirkan tentang apa yang sudah terjadi padanya. Kadang kala ketika ia melakukan aktifitas tiba-tiba dia termenung, kembali terpikir akan hal-hal yang telah lalu itu. Dan banyak sekali pertanyaan yang timbul, walau sebenarnya dia selalu merasa kosong.

Kenapa ini terjadi?

Apa ini semua juga salahnya?

Apa alasan pria itu memilih untuk mengakhiri hubungan ini?

Sakura mencoba menemukan jawaban atas semua pertanyaan-pertanyaan yang membludak di otaknya. Tapi sejauh apapun dia berpikir selalu saja hanya ada satu pertanyaan yang muncul. 'apa salahnya?'

Tepukan dibahu menyadarkannya dari lamunan yang mungkin tak ada jawabannya.

"Sedang apa?"

Sakura menoleh mendapati Sasuke sudah lengkap dengan seragamnya. Aku tak bisa menyebutnya rapi, karena dia memang tidak rapi. Tak ada dasi dan kerahnya terlihat berantakan.

"Mengiris lobak." Jawab Sakura.

"Kau hanya diam menatap lobak itu sambil memegang pisau."

Ah sial. Sakura pun tak sadar kalau dirinya mematung cukup lama sambil memikirkan hal sialan yang tak ada jawabannya.

Sakura mendesah, menyerah dengan pikirannya.
"Rapikan kerahmu dan pakailah dasi."

"Hn." Gumam Sasuke sambil mengangguk ogah-ogahan.

Beberapa menit kemudian makanan tersaji dan mereka mulai menyantap sarapan pagi mereka.

.

Suasana kantin mulai ramai. Sasuke dan teman-temannya memilih meja yang berada di pojok kantin. Menikmati makan siang sambil bercengkrama. Namun ada beberapa yang memilih bermain game terlebih dahulu. Seperti Neji, Sai, dan Shikamaru.

Terlihat Neji yang serius menggerakkan ibu jari di atas layar ponsel yang dimiringkan. Pun dengan Sai dan Shikamaru. Jangan tanya aku angin apa yang membuat Shikamaru si pemalas bisa dengan antusias bermain game.

"Sai sai belakang gudang!" Seru Neji mengarahkan Sai untuk melawan musuh yang bersembunyi.

"Tunggu tunggu tunggu!"

"Ish tolol." Kutuk Neji. Pasalnya Sai gagal menyerang musuh yang malah kabur dan hilang entah kemana.

"Sorry sorry jempolku keringatan." Ucap Sai membela diri.

"Shik ke kiri shik!" Seru Neji lagi tak memperdulikan ucapan Sai.

"Santai santai." Hah... Ternyata dia masih saja ogah-ogahan.

SAKURA-SENSEITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang