Morning Kiss

10.6K 620 69
                                    

Sakura-sensei
.
Chapter 20
.
© Masashi Kishimoto
.

.

.

Pukul 9 pagi. Tak begitu terik, namun mentari masih menggantung di sana mengantarkan kehangatan dari sinarnya. Angin pun seolah-olah mendukung hari, berhembus tak cukup kencang namun mampu menyejukkan.

Sakura tengah sibuk di dapur, menyiapkan bekal makanan maupun minuman untuk dibawanya ke pantai. Sedangkan Sasuke dibelakangnya, tengah menyetel jam tangan dan memakainya. Kemudian iris matanya bergulir pada Sakura yang helaiannya ia ikat tinggi-tinggi, memperlihatkan leher putih nan mulus, nampak begitu menggoda. Namun ada yang lebih menarik baginya, melihat gerak-gerik tubuh Sakura yang nampak lihai seolah tak pernah lelah dengan segala beban yang sudah pernah dia lewati.

Tinggal satu atap bersama Sakura sampai detik ini memberikan banyak kesan bagi Sasuke. Dari awal ketika Sakura membuka pintu apartemen ini saat dirinya baru saja tiba, Sasuke akui kalau ia telah tertarik pada teduhnya hutan hijau di mata Sakura. Dan pada malam itu, saat pertama kali ia melihat lekuk tubuh Sakura di balik kain tipis berwarna putih, ia gugup bahkan berdebar tak karuan, tak bisa tidur sepanjang malam, terbayang teduhnya iris hijau Sakura.

Malam-malam yang terisi dengan isak tangis Sakura sama sekali tak membuat Sasuke nyaman, ia pernah ingin bertanya gerangan apa yang membuat hutan hijau itu gerimis setiap malamnya, seolah menangisi sesuatu yang begitu menyakitkan, dan terdengar begitu pilu. Ia pernah sangat ingin meraih Sakura, menghapus air matanya dan membuatnya merasa lebih baik, namun dia yang tak berpengalaman tak tau harus berbuat apa. Dan hal yang pernah Sasuke sayangkan adalah ketika dirinya memiliki kesempatan untuk meraih Sakura, ia malah melakukan sesuatu yang salah. Yang hanya bisa menambah beban Sakura.

GREPP

"Eh??"

Sakura berjengit, menghentikan kegiatannya mengisi keranjang makanan karena tersentak dua lengan besar yang melingkar di perutnya. Sasuke memeluknya dari belakang, semakin erat tanpa memperdulikan Sakura yang termenung, bertanya-tanya perasaan aneh yang tiba-tiba muncul di dada.

"Ada apa?" Tanya Sakura, merasakan Sasuke yang menyembunyikan wajah rupawan itu di tengkuknya, mengecup dan menyesapnya. Nyaman. Sakura akui dia terlena akan momen ini.

"Tidak ada. Aku cuma ingin seperti ini sebentar. Sebelum teman-temanku datang."

Sakura tak menolak maupun memberontak. Baginya, Sasuke yang seperti ini terlihat lucu. Manja dan ingin selalu diperhatikan. Maka dengan suka rela Sakura mengusap lengan kokoh yang masih melingkar di perutnya dan membelai rambut hitam lembut itu.

Dengan sengaja Sasuke menggerakkan tubuhnya ke kanan dan ke kiri, membuat Sakura sontak mengikuti gerakan Sasuke di belakangnya, seolah mereka tengah berdansa.

Sakura tersenyum geli, "kenapa kau mengajakku berdansa di dapur? Sangat tidak romantis."

"Lalu? Kau ingin berdansa di pesta pernikahan kita?"

Sakura lagi-lagi termenung, tak membalas perkataan Sasuke yang menggodanya. Mendengar kata pernikahan membuat Sakura merasa aneh, seperti ada yang mencubit luka di hatinya yang belum sepenuhnya sembuh.

Menyadari Sakura yang terdiam membuat Sasuke merasa bersalah. Otak jeniusnya tak sulit menebak apa yang dirasakan Sakura atas perkataannya barusan. Sasuke akhirnya membalikkan tubuh Sakura agar menghadap padanya.

"Maaf." Ucap Sasuke lekat menatap wajah Sakura yang seolah sudah kehilangan suasana hatinya.

"Kenapa? Ada yang mengganggumu?" Sakura menatap Sasuke lekat. Mencoba menyelami onyx itu, mencari jawaban.

SAKURA-SENSEITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang