Mereka yang tidak terlihat

9.4K 1.1K 25
                                    

Warning ⚠ jangan baca pas lagi makan, Oke.

Gue tegaskan sekali lagi, jangan baca pas lagi makan!!!

Banyak typo jalan²!!

Awas!!
Banyak typo jalan²!!!
°
°
°

Karena perut merasa lapar, akhirnya mereka berdua memutuskan untuk mampir ke sebuah kedai makan terlebih dahulu. Namun, saat ingin masuk ke dalam  Edrea melihat adanya mahkluk lain yang tengah menjilati piring pedagang itu.

Makhluk dengan wajah yang penuh dengan lubang, banyaknya belatung yang keluar masuk melalui lubang tersebut. Mata yang sudah hilang satu dan penuh darah, dengan tempurung kepala yang menganga lebar, dan juga lidah panjang yang penuh lendir.

Sedangkan mahkluk dengan bentuk kerdil semacam jenglot, bertugas mencampurkan air liurnya kedalam nasi pedagang itu.

Edrea pun melihat para pengunjung yang tengah makan dengan santainya, bukannya tergiur Edrea justru merasa mual setelah melihat cara bagaimana pedagang itu gunakan untuk memikat pembeli.

"Ayo kak masuk," ujar Alka seraya menarik tangan kakaknya.

Edrea pun menggeleng tegas. "Nggak mau! Kamu nggak lihat, Al?" tanya Edrea kepada Alka karena Alka memegang tangan miliknya.

"Lihat apa kak?" kata Alka dengan heran lantaran melihat wajah kakaknya yang tampak menahan mual.

"Tuh, coba lihat," bisik Edrea seraya menunjuk ke stand penjualan.

"Nggak ada apa-apa kak," terang Alka lantaran ia tidak melihat tanda-tanda mencurigakan sama sekali.

Edrea pun mendengus, lalu ia memegang tangan milik Adiknya itu.

"Aaaaaa," jerit Alka spontan ketika melihat makhluk menjijikkan seperti itu, ia pun langsung memeluk tubuh Edrea dengan tubuh bergetar hebat.

Mereka berdua pun di pandang aneh oleh orang-orang sekitarnya.

"Udah ayo kita pindah, cari tempat lain aja," Edrea berujar sembari menarik lengan adiknya itu. Sedangkan Alka hanya mengikuti kemana tujuan kakaknya ini pergi.

Entah kenapa jaman sekarang masih ada saja cara penjual mencari untung. Tetapi intinya jangan lupa berdoa dimana pun dan kapanpun berada.

Setelah berputar mencari tempat makan yang pas. Akhirnya mereka menemukan sebuah warung soto minimalis di dekat sebuah pohon yang lumayan besar.

Dan lagi-lagi, Edrea melihat satu sosok makhluk dengan perawakan tinggi besar, tubuhnya penuh dengan bulu hitam pekat dan juga lebat, kedua taring yang panjang nan tajam tak lupa pula dengan bola mata merah yang menyala.

Huft!

Dan untuk kesekian kalinya Edrea menghela nafas kasar, padahal dirinya hanya ingin makan dengan tenang. Kalau begini caranya mending makan di rumah saja, dan udah kenyang dari tadi.

"Padahal siang kenapa udah pada nangkring aja sih," ucap Edrea membatin.

"Pulang aja ya, Al. Kakak capek," kata Edrea dengan lesu lantaran belum makan dari tadi.

 EDREA TRANSMIGRASION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang