Pulang

25.3K 2.5K 149
                                    

Awas!!
Banyak typo jalan²!!!
°
°
°

Sesuai apa yang di ucapkan oleh Zeon minggu lalu, sekarang Edrea sudah di perbolehkan untuk pulang. Dia sekarang sedang mendengarkan wejangan yang di berikan Zeon untuk dirinya, jangan di pikir bahwa seorang Edrea itu akan mendengarkan sudah pasti tidak akan! Edrea hanya memandangi wajah tampan Zeon saja.

Ia hanya memutar bola matanya malas. "Ck, berisik, Dok!" ucap Edrea dengan kesal.

"Kamu tidak mendengar ucapan saya Aletta?" tanya Zeon.

"Dokter berisik!" geram Edrea sembari menatap malas kepada dokter tersebut.

"Kalian ini ribut terus, jodoh baru tahu rasa!" celetuk Rena yang sedari tadi mengamati perdebatan mereka berdua, sedangkan Guntur hanya geleng-geleng kepala saja.

"Ogah/Aamiin,"jawab mereka dengan serempak.

Mendengar itu Rena dan juga Guntur saling pandang, lalu tersenyum misterius.

Sedangkan Edrea terus menatap tajam Zeon, tetapi yang di tatap hanya membalas tatapan itu dengan senyum manis. Mnurutnya, wajah milik Aletta itu sangat menggemaskan jika sedang kesal seperti saat ini. Edrea sempat tertegun melihat senyum itu. Nampak tidak asing, tapi tidak ada ingatan sama sekali tentang dokter muda ini.

"Udah-udah, ayok kita pulang Atta. Udah di tungguin sama Ayah,"ucap Rena melerai mereka.

Ya, kedua orang tua barunya itu untuk memanggil namanya dengan nama Atta, yang mana adalah panggilannya dulu. Ia tidak nyaman jika harus di panggil dengan nama Aletta yang sangat asing untuknya. Pun, nama itu di gunakan sebagai plesetan nama Aletta.

"Iya, Bunda," Edrea mengubah ekspresi'nya menjadi senyum yang begitu manis.

"Sudah semua, Atta? Tidak ada yang tertinggal?" tanya Rena memastikan.

"Iya, Bun, udah beres semua, kok." Edrea mengangguk mantap. Selama di rawat di sana, tidak banyak barang yang dibawakan untuknya, kedua orang tua barunya itu hanya membawakan beberapa potong baju ganti dan makanan, sehingga ia tidak perlu merasa takut jika ada yang tertinggal.

"Kita pamit, Zeon," ucap Guntur dengan datar seperti biasanya pada si dokter yang menangani Edrea itu.

Zeon mengangguk dan membalas dengan senyuman hangat kepada mereka. Lalu memandang punggung Aletta yang sudah mulai menjauh, dia menarik sudut bibirnya.

°
°
Di mobil mereka diam tidak ada satu pun yang memulai obrolan, sebenarnya Edrea itu tidak suka dengan suasana seperti ini.

"Mmm ... Bunda, kalau rambutnya aku potong boleh?" ungkap Edrea dengan sedikit rasa takut saat mobil yang mereka tumpangi meninggalkan pelataran rumah sakit.

Entah hilang kemana sifat blak-blakan nya itu.

Rena dan Guntur pun terkekeh geli mendengar itu.

"Ya, boleh, dong. Itu, kan, udah jadi tubuh kamu sekarang. Berarti apa yang mau kamu lakuin, tinggal lakuin aja," balas Rena dengan tersenyum tulus.

"Iya, kamu nggak usah malu gitu. Kita, kan, sudah termasuk orang tua kamu sekarang," timpal Guntur.

"Iya, aku usahain. Jadi kita mampir ke salon dulu bentar, ya," ucapnya dan di angguki oleh ayahnya dan juga bunda nya.

 EDREA TRANSMIGRASION Where stories live. Discover now