Bab 15

6.6K 338 4
                                    

"Cepat turun!"

Jessa menatap Raka keki. Wajahnya bahkan terlihat begitu keberatan dengan sikap Raka.

Lihat, setelah Jessa di bawa pergi sesukanya. Menginap dengan keluarganya tanpa pamit kepada kedua orangtuanya juga meminta ijin darinya. Sekarang Raka dengan seenak hati menyuruhnya turun layaknya dia adalah pengganggu.

"Mau sampai kapan kamu berada di sini? Cepat turun!"

Jessa berdecak. Kian menatap Raka kesal. "Apa kamu tidak merasa bersalah sedikitpun?"

"Untuk?"

"Untuk?" Ulang Jessa. Kedua matanya bahkan melotot lebar. Siap menelan Raka hidup-hidup. "Kamu bahkan membawaku tanpa ijin dari kedua orangtuaku, Raka. Tidak kah kamu berpikir jika kamu harus turun dan menjelaskan beberapa hal kepada orang tua ku?"

Raka mendengus jengah. Mulai kesal dengan omelan Jessa yang terasa mengganggu. Dan jika tidak dituruti oleh Raka. Dia yakin Jessa tidak akan pernah turun dari mobilnya,  mempersulit dirinya.

Tanpa banyak kata, Raka pun membuka pintu mobil. Keluar begitu saja dari mobilnya dengan wajah yang terlihat jelas menahan kesal.

"Dasar menyusahkan." Gerutu Raka membuat Jessa menahan senyum geli. Ikut turun dari mobil Raka dan mengekori Raka masuk ke dalam rumahnya.

Tidak lupa dia pun bersenandung kecil yang membuat wajah Raka kian di tekuk masam.

Bahkan ketika hampir tiba di depan pintu rumah orang tua Jessa. Raka mulai melambatkan langkah kakinya, membiarkan Jessa masuk lebih dulu ke dalam rumah orang tuanya.

"Wah-wah, lihat ini! Siapa yang baru pulang liburan? Tuan putri, kah?"

Senyum lebar Jessa luntur begitu melihat Jessi berdiri di depan pintu. Dengan kedua tangan terlipat di depan dada. Menatapnya sinis. Jangan lupakan kata-kata pedasnya itu yang membuat Jessa muak.

Tapi karena dia sudah cukup terbiasa, dia hanya melirik Jessi malas. Lalu membuka lebar-lebar pintu rumahnya hingga membuat Jessi mundur beberapa langkah.

"Lo--" ucapan Jessi terputus ketika kedua matanya tidak sengaja melihat pria tinggi di balik pintu. Yang menatapnya datar.

Jessi langsung salah tingkah karena tatapan mata Raka yang terlalu dingin tak bersahabat. Padahal pagi ini dia tampak cantik dengan balutan dress seksi. Hampir memamerkan seluruh lekuk tubuhnya.

"Raka, ayo masuk." Perintah Jessa menyadarkan Jessi.

Tanpa basa-basi Jessa bahkan melewati Jessi begitu saja. Tanpa tertarik menanggapi Jessi yang kini menatap Raka tanpa berkedip.

Raka menurut, masuk ke dalam rumah tanpa menoleh ke arah kembaran Jessa. Yang jelas-jelas saat ini tengah menatapnya tanpa berkedip.

Dia tau jika hubungan Jessa dan saudaranya tidak baik. Bahkan tadi Raka pun mendengar pertengkaran Jessa dan saudara kembarnya. Namun dia tidak ingin ikut campur. Itu bukan urusannya kan?

"Kamu ingin minum sesuatu?" Tawar Jessa begitu Raka duduk di sofa panjang.

"Tidak perlu, aku tidak akan lama." Tolak Raka tanpa pikir panjang. Terlalu malas hanya untuk berbasa-basi. Lagi pula dia disini bukan untuk minum. Dia hanya akan meminta maaf kepada orang tua Jessa seperti yang diinginkan gadis itu.

"Baiklah. Aku akan memanggil mama kalau begitu."

Setelahnya Jessa pun berbalik, melangkah lebih dalam ke dalam rumahnya. Meninggalkan Raka yang kini menjadi pusat perhatian Jessi.

"Raka." Panggil Jessi mendekat. Duduk di samping Raka yang hanya diam menghadap depan.

Meski Raka terlihat dingin padanya, entah mengapa Jessi malah terlihat tertarik padanya. Dia merasa tertantang untuk menggoda Raka. Karena selama ini, belum ada satu pria pun yang menolak godaan Jessi.

"Aku tahu kamu gak suka dengan Jessa, Raka. Bagaimana jika aku memberikan penawaran untuk mu?" Bisik Jessi mesra.

"Jika kamu mau, aku tidak keberatan untuk menjadi kekasihmu. Kita bisa menghabiskan malam yang panas." Lanjutnya lagi. Bahkan tanpa ragu dia mengulurkan tangannya ke paha Raka. Mengusapnya lembut.

Raka melirik tangan Jessi sinis. Dengan kasar dia langsung menepis tangan Jessi kasar. Membuka Jessi terkejut dengan perlakuan Raka.

"Meski saya tidak menyukai Jessa. Bukan berarti saya akan menyukai wanita seperti kamu. Begitu murahan."

Kedua mata Jessi melotot. Wajahnya bahkan langsung memerah dengan penolakan Raka.

"Brengsek. Siapa kamu berani berbicara seperti itu padaku, hah?"

"Kenapa? Kamu keberatan dengan kata-kata saya?" Tanya Raka dengan santainya. "Jika kamu keberatan dengan kata-kata saya, seharusnya dari awal kamu tidak bersikap murahan." Lanjut Raka beranjak bangkit dari duduknya. Sedikit menjauh dari Jessi yang kini menatapnya marah.

"Kau--"

"Jessi, Raka, apa yang terjadi?"

Jessi menarik kasar tangannya yang menunjuk wajah Raka begitu mendengar teguran mamanya. Dia merasa tak terima dengan apa yang Raka katakan. Dia adalah pria pertama yang berani berbicara sekasar itu dengan Jessi.

Tanpa basa-basi Jessi langsung berbalik pergi, melangkah keluar rumah dengan wajah marah. Mengabaikan teguran mamanya yang memintanya untuk berhenti.

"Raka, maafkan Jessi, ya? Sifat dia memang seperti itu."

Raka hanya mengangguk ala kadarnya. Sama sekali tidak ingin menanggapi lebih.

"Kalau begitu Raka permisi, tante."

"Kenapa harus buru-buru? Kamu baru datang juga, kan? Lebih baik duduk saja dulu. Kita bisa sarapan sambil bercengkrama."

"Maaf, tante, Raka harus kembali ke kantor. Ada hal penting yang harus Raka urus."

"Baiklah kalau begitu. Hati-hati di jalan." Setelah mengatakan itu, Nessya pun langsung berbalik. Kembali masuk ke dalam rumah.

"Apa yang kalian bicarakan?"

"Bukan masalah penting."

"Benarkah?" Tanya Jessa tidak percaya. Dia mengenal saudara kembarnya. Tidak mungkin Jessi bisa semarah itu jika tidak ada sesuatu yang menyinggung perasaannya.

"Aku harus kembali sekarang."

Jessa mengangguk. Melangkah mengikuti Raka yang berjalan di depannya. "Hati-hati." Pesan Jessa yang hanya membuat Raka berbalik.

Menatap Jessa dengan wajah kaku. "Kenapa?" Tanya Jessa bingung. Karena Raka malah menghentikan langkah kakinya.

"Kamu butuh sesuatu?" Tanya Jessa lagi.

Raka menggeleng. Lalu tanpa mengatakan apapun dia kembali berbalik. Kembali meneruskan langkah kakinya yang sempat tertunda. Membuat Jessa menatapnya tak mengerti.

"Dasar aneh."

The Perfect Bride (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang