Embun-Biru

60 8 2
                                    

Me time, itulah yang sedang dilakukan Embun sekarang. Bagi Embun, me time itu ya sekedar jalan-jalan di mall sendirian, masuk ke toko buku satu kemudian pindah ke toko pakaian, pindah ke toko kosmetik. Dan jika ada yang menarik perhatiannya maka dia akan membelinya. Terkadang dirinya juga suka menonton film di bioskop atau bakhan minum kopi dan makan desert di suatu kafe sendirian.

Sekarang Embun sedang  duduk disalah satu kursi yang berada di salah satu sudut kiri kios CGV, bioskop yang berada di mall tersebut. Dia sedang beristirahat setelah mengelilingi mall itu dan sekalian memilih judul film yang sedang ditayangkan hari ini. Benar dirinya sedang mood untuk menonton film sendirian sekarang. Sambil memilah-milah film apa yang kiranya bagus untuk ditonton, mata Embun tidak sengaja mengarah pada meja yang berada di seberang sudut kanannya. Di sana terlihat seorang lelaki dan perempuan seumuran atau bahkan lebih tua sedang saling menyuapkan makanan yang ada di tangan masing-masing sambil tertawa bahagia. Bukan, Embun bukan iri dengan kebahagiaan itu, tapi Embun yakin lelaki itu adalah pacarnya. Dia kemudian menyipitkan matanya guna mempertajam penglihatannya. Benar saja, itu adalah jaket pacarnya yang kemarin dia berikan saat ulang tahun lelaki itu. Dia yakin itu jaket yang diberikan sebagai hadiah ulang tahun karena memang jaket itu masih sulit untuk ditemukan di Indonesia. Dia saja sampai titip kepada sepupunya yang tinggal di luar negeri.

Embun langsung mencoba untuk menelpon pacarnya itu untuk memastikan apa yang akan dilakukan pacarnya saat dia menelpon. Beberapa kali mencoba menelpon dilihatnya Rendi mulai terganggu dan menggapai ponselnya di meja, melihat ke display screen kemudian langsung menutup ponselnya. Benar saja, nada yang menghubungkan ke nomor pacarnya itu langsung berbunyi tut panjang. "Ish, sialan. Beneran Rendi ternyata. Bangsat sia!"

Saat melihat kedua sejoli itu mulai beranjak berdiri setelah menghabiskan makanan di tangan mereka, Embun langsung menutup wajahnya menggunakan tas yang sedari tadi dia genggam. Melihat pasangan tersebut sudah melewatinya dan masuk ke ruangan teater 3 dirinya pun langsung mengambil telponnya dan men-diall nomer seseorang.

Setelah tersambung nada dering, dengan tidak sabar Embun langsung memanggil nama orang itu. "Bi! Bi! Bi! Bi... jawab cepetan!" Dirinya menggerakkan kakinya dengan tidak sabar di bawah mejanya.

Akhirnya saat di seberang telpon terdengar suara halo, dirinya langsung bisa bernafas lega dan segera menyahut.

"Bi! Lo sibuk nggak sekarang?" Jawabnya tergesa.

"Enggak, ini gue udah selese ngerjain tugas. Kenapa?" Jawab Biru pelan.

"Biii, ke sini dong cepetan! Ke mall Hybe deket rumah! Ke lantai 4 di CGV ya! Gue tunggu cepetan pokoknya!" Sahut Embun dengan tidak sabar.

Di seberang sana, Biru merasa heran. Kalau tidak salah hari ini memang jadwal Embun untuk me time yang artinya perempuan itu nggak mau ada yang ganggu acara dia di hari ini. Setelah menjawab iya telepon itu langsung terputus. Biasanya kalo udah kayak gini, Embun sedang terkena masalah atau ada yang sedang nggak beres sama perempuan itu. Maka dari itu, Biru dengan segera langsung memakai celana panjang serta jaket jeansnya dan langsung meraih helm yang yang ada di meja sudut kamar. Bergegas menaiki motornya untuk sampai ke mall yang di sebut Embun tadi.

Sekitar lima belas sampai dua luluh menit kemudian, Biru sudah sampai di lantai empat mall tersebut dengan nafas yang tidak beraturan. Sedari tadi pikirannya sudah berkecamuk, apa yang salah sama Embun, Embun kenapa, apa ada yang mencelakainya, dan berbagai macam pikiran yang lainnya. Dia kemudian memasuki kios CGV dan mengedarkan matanya ke seluruh penjuru ruangan tersebut. Kemudian di dapatinya Embun sedang terduduk di salah satu meja di dekat kasir yang berada di sudut sedang menunduk dengan kaki yang tidak berhenti bergerak gelisah. Dengan segera Biru menghampirinya dan menyentuh pundak Embun pelan.

Keluarga BiruWhere stories live. Discover now