BAB 20

2.8K 516 40
                                    

Udara terasa begitu dingin, rimbunnya pohon tak lagi tersisa, hanya ada ranting rapuh yang membiarkan sinar mengeringkan tanah yang terbiasa lembab di musim yang lain

Ops! Esta imagem não segue as nossas directrizes de conteúdo. Para continuares a publicar, por favor, remova-a ou carrega uma imagem diferente.

Udara terasa begitu dingin, rimbunnya pohon tak lagi tersisa, hanya ada ranting rapuh yang membiarkan sinar mengeringkan tanah yang terbiasa lembab di musim yang lain. Tak perlu lagi pohon merasa lelah untuk melindungi dunia dari terik nya mentari karena pagi ini pun awan telah membantu, menutup langit hingga hanya ada warna abu.

Jam makan siang sudah terlewat begitu saja, tak ada acara makan bagi sosok pemuda yang kini terdiam dengan tatapan sendu nya. Iris hitam nya masih sibuk memantulkan bayangan nisan dengan nama Jeon Jungkook di sana yang mampu membuat pikirannya kembali merasa penuh dan harapan, andai dan segala hal yang tidak mungkin ia inginkan hingga air matanya kembali terlihat di pipi yang masih tak memiliki rona.

"Apa kabar, Jeongguk Hyung?"

Jungkook bertanya dengan suara yang begitu pelan bahkan menghilang begitu saja terbawa oleh angin musim gugur seolah tak berbekas. Pertanyaan yang biasa ia tanyakan setiap kali datang berkunjung dengan harapan jika alpha itu baik-baik saja dan semesta memberikan tempat yang terbaik untuknya.

Jungkook masih mengingat bagaimana alpha itu melindunginya dari pukulan pria dewasa hari itu, meminta nya untuk berlari lebih dulu melewati jendela walaupun ia gagal pada akhirnya. Suara Jeongguk yang berat masih menggema dalam pikirannya, setiap kali ngantuk menyapa, setiap kali ia mengingat hal kecil yang membawa rindu pada sosok Kakak dalam hidupnya.

Jantungnya masih berdetak cepat setiap kali Jungkook mengingat bagaimana Jeongguk tertawa dan mengusap helaian rambutnya atau khawatir karena luka kecil di tubuhnya. Jungkook mengingat dengan baik membuat air mata nya menetes lebih banyak walaupun kelopak matanya tak berkedip karena lamunan begitu panjang.

Namun, bayangan lain memasuki benaknya hari di mana ia tertawa lepas untuk pertama kalinya, hari di mana ia meminum minuman kesukaannya dan terlepas dari kopi yang pahit, bahkan hingga hari ini Jungkook masih merasa jika kopi itu pahit. Jungkook mengingatnya dengan siapa ia mampu tertawa lepas setelah sekian lama dan bersikap seperti apa dirinya. Kim Taehyung hadir dalam ingatannya siang kali ini.

Pria yang memiliki senyuman seindah kotak musik, suara selembut gemersik daun di musim panas dan pheromones ciri khas hutan yang begitu disukainya. Jungkook menyadari jika ia menyukai setiap hal yang pria miliki. Bahkan, Jungkook menyukai bagaimana jemari itu menyentuh pinggang nya, menghapus jejak air mata nya begitu hangat hingga Jungkook ingin Jeongguk mengetahui rasanya.

"Aku menyukai alpha ku, Hyung."

Jungkook mengatakannya, mengenai apa yang dia sukai untuk musim gugur kali ini. Ketika Jungkook terbiasa untuk tidak mengatakan apapun ketika mengunjungi Jeongguk, takut jika pria itu merasa tidak nyaman akan ceritanya karena ia hidup dengan baik. Entah, hanya saja Jungkook begitu khawatir menyakiti hati Jeongguk walaupun pria itu telah berada di dalam rengkuhan semesta.

"Maafkan aku, tapi aku menyukainya." ucap Jungkook sekali lagi, meyakinkan diri mengenai apa yang baru saja ia katakan. Jika Jungkook diperbolehkan, Jungkook akan mengatakan hal itu ribuan kali dalam satu waktu karena Jungkook benar-benar menyukai Kim Taehyung dan Jungkook berharap jika Jeongguk tak terluka karena apa yang ia katakan.

Et Cetera (Etc) [ TAEKOOK ]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora