BAB 7

2.6K 508 28
                                    

"Maksudku— mungkinkah, jika kita ditakdirkan memiliki mate seorang alpha?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Maksudku— mungkinkah, jika kita ditakdirkan memiliki mate seorang alpha?"

Anggap saja dirinya gila ketika senja mulai menghilang dan sebentar lagi malam akan menyapa untuk kesekian kalinya di musim yang berguguran kali. Udara terasa lebih dingin dari hari sebelumnya dan prakiraan cuaca mengatakan jika hari akan cerah hingga malam, semoga tak ada kata meleset mengingat awan mendung menghiasi langit sejak siang menyapa.

Namun, pertanyaan itu berbekas dalam benaknya, tak mampu terpikirkan seolah angin musim gugur yang melintas di trotoar pun tak mampu membawa nya pergi. Kakinya melangkah menyusuri jalanan dengan kening yang sesekali berkerut karena ia tak menemukan jawabannya hingga pertanyaan itu terlontar begitu saja pada sosok pria yang masih melangkah dengan tergesa untuk memasuki sebuah restoran. Ia merasa lapar dan pertanyaan Kim Taehyung terlalu sulit untuk sekarang.

"Maksudku— pandanganku, menilai jika dia," ucapannya terhenti dengan sedikit gugup dan mencoba kembali memilah kata yang harus ia gunakan, tetapi memang hanya ada satu kata dan itu sudah cukup menjelaskan semuanya. Benar— Kim Taehyung terlalu bingung hingga keduanya pun masuk ke dalam sebuah restoran yang cukup ramai dan melangkahkan kakinya menuju ruangan private yang telah di pesan. Kim Namjoon yang mengurusnya dan ia hanya perlu memikirkan mengenai kegilaan pikiran senja kali ini.

"Jika dia apa?"

Alpha Kim itu akhirnya bersuara setelah ia mendapatkan tempat duduk dan ruangan yang nyaman tanpa bising kendaraan. Pertanyaan yang dilontarkan oleh adiknya itu terlalu penting jika ia menjawab sambil terburu- buru ditengah kendaraan yang mengamuk karena kemacetan tadi hingga Taehyung pun terdiam dengan tubuh yang bersandar pada dinding dan kaki diluruskan ke dalam meja, seperti rumah sendiri. Restoran dengan duduk beralaskan lantai memang cukup nyaman, setidaknya untuk saat ini.

"Dia mate ku?"

Taehyung berucap ragu hingga menghasilkan tanda tanya di akhir kalimat nya dengan kening yang berkerut dan pergerakan yang terhenti begitu saja. Hening— Kim Taehyung tak mampu menjawab dan Kim Namjoon mencoba mencerna hingga kedua alpha itu bersama menundukkan pandangannya, memikirkan hal yang sama. Hal gila apa yang sebenarnya si bungsu Kim itu pikirkan. Mungkin, adiknya terlalu banyak bekerja dan insting pencarian untuk mate nya sedikit mengabur.

"Bedakan, kau tertarik dengan nya dan dia memang mate mu," ucap Namjoon yang memberikan jeda pada ucapannya, menatap Taehyung yang kini menghela napas dan memijit pelipis nya begitu saja. Pernyataan itu cukup menyentil untuknya, tetapi jika Kim Taehyung mengingat kebetulan untuk ketiga kali nya ia bertemu pemuda itu dan Kim Taehyung merasa tertarik– Benarkah hanya sekedar itu? Bahkan, pertanyaan itu tak mampu terjawab.

"Ketika kau mengklaim dia mate mu yang ditakdirkan oleh Tuhan— pastikan, ketika pheromones nya bisa membangkitkan rut mu dan kau hanya ingin dia dan insting mu akan mengatakannya."

Penjelasan itu sebenarnya tidak masuk akal untuk Kim Taehyung kali ini. Tidak logis jika hanya mengikuti insting untuk meyakinkan diri jika dia adalah matenya hingga Taehyung pun memilih untuk bertengkar dengan pikirannya dan memikirkan hal yang lebih masuk akal. Namun, tetap— segala hal yang Tuhan ciptakan memang tidak masuk akal dan Kim Taehyung mengakui hal itu, tetapi perasaan nya ketika melihat mata bulan sabit itu tak mampu diabaikan begitu saja.

Et Cetera (Etc) [ TAEKOOK ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang