Bab 9 : Pembalasan untuk Aurel

408 56 32
                                    

NEW PART!!

VOTE, KOMEN, dan SHARE cerita ini ke temen-temen kalian!

Ready?

GO!

Happy Reading 🧡🧡

***

Di belahan dunia lain, seorang pria sedang sibuk dengan berkas-berkas yang ada di atas mejanya. Pekerjaan sampingannya, entah yang ke berapa.

"Tuan, semuanya sudah siap, anda bisa berangkat malam ini juga," ujar asistennya.

Pria itu melirik tajam. "Apa kau bilang? Kau tidak bisa melihat kertas-kertas di mejaku masih menumpuk?!"

"Maaf, Tuan." Si asisten menundukkan kepalanya. Dalam hati dia menggerutu kesal, karena baru sepuluh menit yang lalu tuannya mengatakan akan berangkat malam ini juga.

"Aish!" Pria itu mencampakkan pulpennya begitu saja, lalu mengacak-acak rambutnya, tampak seperti orang frustasi. "Punya keberanian dari mana dia memutuskan teleponnya? Padahal dia yang lebih dulu menelepon. Ini pasti gara-gara para badut sirkus itu. Pengganggu sialan!"

Sebenarnya dia memang menginginkan keberangkatan malam ini juga, sebelum dia mendapat telepon dari sahabat adiknya yang dengan menyebalkan malah mengakhiri panggilan begitu saja setelah mendapat apa yang gadis itu mau.

Namun ada sedikit rasa bangga dalam dirinya saat tau Averyl membutuhkannya dan mengandalkannya walau dalam hal sekecil apapun. Melantunkan lagu River Flows In You bukan hal sulit baginya.

Baiklah! Dia akan menyiapkan pekerjaannya malam ini juga agar bisa berangkat besok pagi.

Tok tok tok

"Kakak, ini aku, Cat."

"Masuk."

Catherine masuk, disusul seorang pria di belakangnya. "Aku juga di sini, kakak ku tercinta," ujar pria itu.

Laiv menatap sengit adik laki-lakinya. "Aku belum mengizinkanmu masuk," desis Laiv. Jujur, melihat wajah menyebalkan itu saja sudah membuatnya ingin melayangkan pukulan.

"Sungguh? Kau menyambut ku seperti ini? Padahal aku baru saja membantu kesayanganmu."

Mendengar topik yang menyangkut Averyl membuat Laiv penasaran. "Diavolo," panggil Laiv.

"Sepertinya julukan itu sudah melekat pada diriku," gumam adik Laiv, panggil saja Diavolo seperti orang-orang memanggilnya.

"Apa yang gadis itu minta darimu?"

Catherine memiringkan kepalanya, mencoba mencerna perkataan kakaknya. "Gadis itu? Sungguh? Apa kalian sedang bertengkar? Biasanya kakak akan menyebutnya dengan sebutan yang membuatku tercengang, tak habis pikir."

Diavolo menahan tawanya agar tidak lepas dan menimbulkan musibah bagi dirinya sendiri.

"Sahabatmu yang membuatku kesal." Laiv menjawab dengan wajah datar. "Cepat katakan, apa yang dimintanya?"

"Sebenarnya aku yang menawarkan, kau tidak ingin kekasihmu itu kesulitan bukan? Jadi aku dengan baik hatinya menyuruh anak buah ku mencelakai musuh Averyl, dengan begitu Averyl tidak harus mengotori tangannya," papar Diavolo. Dalam hati dia memuji dirinya sendiri karena melakukan sesuatu yang pastinya sangat bermanfaat bagi calon kakak iparnya.

"Jadi salah satu musuhnya sudah mati?"

"Tidak. Sebenarnya aku sangat ingin mengurangi populasi hama di dunia ini tapi apalah daya Averyl tidak mengizinkan aku untuk membunuhnya."

Averyl's GameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang