01. Come to Indonesia

126 63 26
                                    

Indonesia.

"Grandma, Grazlie datang." Grazlie berdiri di depan pintu rumah minimalis sederhana namun terlihat modern dan luas dengan halaman hijau menyejukkan.

Wanita paruh baya berambut coklat dan terlihat awet muda tidak seperti grandma yang umumnya berambut putih, tersenyum bahagia membuka pintu rumah, wanita paruh baya itu bernama Ellieana.

"Grazlie, grandma kangen sama cucu grandma yang cantik ini! How are you beauty?" Ellieana memeluk Grazlie melepaskan rindu.

Grazlie menggelengkan kepala mendengar pertanyaan kabar dirirnya, dengan mata masih terlihat sembab memeluk kembali Ellieana.

Ellieana melepas pelukan memegang wajah Grazlie dengan raut wajah khawatir. "Cucu grandma yang cantik ini kenapa? Oh iya, Kethly, Bobert dan Bricea mana sayang? Grazlie sendiri datang ke Indonesia?" tanya Ellieana sembari menyambut hangat Grazlie memasuki rumah.

Grazlie menghela napas gusar, duduk di sofa mulai menceritakan kejadian yang tak terlupakan saat pengincar kaca mata itu telah membuat keluargnya pergi.

Ellieana bungkam terdiam, meneteskan air mata anaknya Kethly pergi meninggalinya terlebih dahulu, tak percaya akan Bobert dan Bricea cucunya yang memiliki bibir sefrekuensi suka membahas ini itu, pergi meninggalkannya juga.

Ellieana memeluk Grazlie erat, tidak terbayang bagaimana posisi cucunya melihat kejadian itu secara langsung dan sudah tidak memiliki kedua orang tua. "Grandma akan jagakan cucu grandma ini, jangan sedih lagi ya, sayang." Ellieana mengalirkan air matanya.

"Grandma, don't cry." Grazlie tersenyum kearah Ellieana.

Ellieana mengangguk menepis air matanya, meskipun terlihat jelas bola mata Ellieana menahan air mata. "Grazlie, sebaiknya Grazlie pakai aja kaca mata itu biar gak ngilang, kaca mata yang harus di jaga, sayang."

Grazlie mengerutkan alis mengeluarkan kaca mata dari saku, sebenarnya Grazlie tidak menyukai memakai kaca mata, itu akan membuatnya risih dan tidak terbiasa, tapi karena pesan keluarganya ia mulai memasangkan kaca mata di matanya.

Grazlie berhati-hati memasang kaca mata, ia memejamkan mata dengan memegang mata pusing kaca mata itu mengeluarkan sinar terang bercahaya silau.

Ellieana menganga melihat sinar itu dan panik akan keadaan mata Grazlie sekarang. "Grazlie?"

Ketika sinar dari kaca mata itu telah henti, Grazlie membuka matanya baik-baik saja, tidak ada yang berubah dari pandangannya, kaca mata itu terlihat seperti kaca mata biasa. "Enggak terjadi apa-apa grandma."

"Kaca mata itu bukan kaca mata biasa, gak mungkin biasa saja, sayang." Ellieana mulai meneliti kaca mata itu dengan teliti.

Grazlie tersadar keberadaan tombol kecil berada di tengah-tengah kaca mata itu, apakah sebaiknaya dirinya coba tekan? "Grandma, coba lihat tombol ini." tunjuk Grazlie namun belum menekan.

"Mana? Grandma tidak lihat apa-apa, kayak kaca mata biasa, tapi masa biasa aja?" Ellieana tidak mengerti dengan kaca mata itu.

Grazlie faham, sepertinya hanya yang memakainya bisa melihat tombol itu, selama ini dirinya tidak melihat tombol saat Kethly dan Bobert memakai kaca mata.

Tangan Grazlie mulai menekan tombol itu dengan hati-hati. Detik berikutnya Grazlie mendengar suara dari kaca mata itu active.

Grazlie membulatkan bola matanya mendengar suara itu begitu kagum dengan cara kerja kaca mata itu membentuk seperti bendungan transparan berwarna putih yang melindungi Grazlie.

"Grandma dengar dan lihat ini sekarang?" tanya Grazlie karena Ellieana masih terlihat seperti sedang meneliti.

"Enggak sayang, grandma masih cari di mana ajaibnya kaca mata ini." Ellieana fokus meneliti.

Magic Glasses [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang