four

5.1K 433 40
                                    

Rasa pening langsung mendera saat ia mulai membuka netra nya, tubuh nya sudah seperti dihancurkan, karena memang begitu.

Para member ilichil memukul nya dengan sekuat tenaga, tanpa jeda selama 3 jam, ntah berapa kali atau bahkan puluhan bogeman yang dilayangkan pada tubuh nya.

Tidak ada rasa belas kasihan, mereka terus memukuli haechan, tanpa peduli rintihan kesakitan yang ia keluar kan.

Tubuh nya sudah dipenuhi memar biru tanpa satupun yang terlewat, hanya tubuh bukan wajahnya, para member tidak mungkin mengambil resiko dengan memukuli haechan tepat diwajah, bagaimanapun haechan tetap akan tampil di media, pasti akan ada pernyataan bahkan bisa saja menyangkut pautkan mereka, karena sebenarnya memang begitu.

Ringisan kembali terdengar dari bibir yang kian pucat dan membiru, udara dingin dari pendingin ruangan yang terkunci, ditambah pakaian atas nya dibuang ntah kemana.

Tubuh kurus hanya dibalut dengan celana training pendek, tidak ada benda yang dapat ia jadikan penghangat tubuh nya, sekarang ia hanya berharap salah satu member membukakan pintu untuk keluar, karena sungguh haechan tidak akan kuat hanya untuk bertahan selama 2 jam lagi.

10 menit telah berlangsung, tubuh kurus nya semakin mengigil karena udara yang sepertinya bertambah dingin.

Saat kesadarannya hampir direnggut oleh rasa sakit yang tidak tertahan, pintu keluar terbuka lebar, namun belum sempat ia ingin melihat siapa yang datang, netra nya sudah tertutup dengan tubuh nya jatuh ke lantai dingin.
















































Untuk kesekian kalinya haechan merasakan pening mendera di bagian kepala nya, kali ini disusul oleh rasa sakit tubuh yang sudah seperti ingin hancur.

Pengelihatan memburam karena rasa pening tersebut, yang ia dapat pastikan dirinya sudah terbaring di ranjang rumah sakit, karena bau obat yang begitu menyengat.

Pintu bercat putih itu terbuka, menampakkan siluet bayangan seseorang berpakaian putih pula.

"Oh anda sudah bangun?!"-seseorang itu buru buru menghampiri haechan yang masih menerjap nerjap kan netranya.

"Apa yang Anda rasakan sekarang?"

"Pu-sing"-saut haechan dengan nada lemah, lidah nya keluh, mengucapkan satu kata terasa amat sangat sulit.

"Selain itu?"

Haechan tidak menjawab netra nya kembali terpejam, terdengar helaan nafas panjang dari ruangan tersebut.

"Anda boleh istrahat kembali, setelah itu kita bicara masalah penting ini nanti sesudah Anda benar-benar sadar"

"Saya permisi"-dokter itu keluar dari ruangan haechan.

Ruangan begitu hening sampai isakan kecil keluar dari bibir pucat itu, haechan menangis, ia tau menangis semakin membuat pening dikepala nya terasa begitu menyakitkan, namun hati nya terlalu sakit, air matanya lolos begitu saja tanpa permisi, isakan kecil nya tidak bisa ditahan.

"Hiks eomma"-ia memandang kearah jendela, diluar sangat gelap, bintang bertebaran dimana-mana dengan bulan cerah sebagai penghias, namun keindahan itu mengalahkan rasa sedih diri nya.

"Sakit hiks"-tangan lemas nya memukuli dada nya yang terasa sesak, tangisan pilu menyaratkan kesedihan, kesakitan, kesendirian dan keputusan asaan.

Bersama dengan itu ada seseorang ikut merasakan kesedihan yang dialami oleh haechan, namun ia tidak berniat untuk menenangkan atau masuk kedalam, diri nya hanya bersandar dipintu dengan telapak tangan menutup bibir nya agar haechan maupun orang lain tidak mendengar tangis nya.

"Maaf haechan maaf"-guman nya.

Untuk kesekian kalinya lagi haechan menangis disaat bulan dan bintang menghiasi langit, ia tidak sendiri ada seseorang yang menemani nya namun orang itu terlalu pengecut untuk sekedar menghampiri nya.























































Setelah dua hari absen latihan, haechan sudah diperbolehkan untuk pulang oleh pihak rumah sakit, ia sekarang sedang duduk di atas kasur tipis dengan tubuh sepenuhnya bersender ke tembok.

Ia melihat tangan kanannya yang dilapisi plaster, haechan mengusap perlahan tangan nya yang bengkak karena ia ceroboh dengan sembarangan mencabut infus yang terpasang di tangannya.

Haechan memejamkan matanya, perkataan sang dokter 2 hari yang lalu kembali terbayang, jelas sangat jelas ia mendengar perkataan dokter tersebut.

Ia tiba tiba membuka mata nya saat seseorang dengan kasar nya menarik tubuh rapuhnya, dipaksa untuk berdiri.

"Menikmati waktu istirahat mu sialan?"-Haechan menunduk takut tidak berani melihat seseorang yang berstatus lebih tua darinya.

"H-hyung biarkan aku istrahat sebentar s-saja"-yang dipanggil hyung itu tersenyum miring, tangan yang sedari tadi diam saja mulai menjambak kuat surai coklat haechan.

"Shh s-sakit hyung"-rintihan lemah haechan tidak dihiraukan, ia malah semakin menarik surai yang dulu ia anggap jadi adik nya.

"Jangan berpura-pura sakit, aku tidak akan mempan dengan akting mu itu, sekarang cepat belikan bahan untuk memasak, aku mau kau sudah sampai sebelum jam 4 sore"-Taeil melemparkan sejumlah uang dan selembar kertas yang berisi tulisan apa yang perlu haechan beli.

Dengan kasar Taeil menghempaskan tubuh haechan yang belum sepenuhnya kuat, hingga terjembab tembok.

Haechan kembali pusing, tubuh nya semakin lemas, ia melihat kearah jam dinding sudah jam 14.30 waktunya tidak banyak dan haechan yakin bahwa bahan yang diperoleh untuk memasak tidak lah sedikit.

Ia memaksakan tubuh lemah untuk beranjak meskipun pening, dan sesekali hampir terjatuh membuat nya terhenti.

Saat ingin keluar dari drom ia berpapasan dengan Jungwoo dan member Dream, mereka menatap tidak suka.

"Ayo masuk, biarkan pembunuh sialan ini, jangan hiraukan dia"-ucap mark.

Mereka menurut, pergi masuk ke dalam, meninggalkan haechan yang sudah siap akan menangis.

Ia benci di sebut sebagai pembunuh, hatinya amat sakit, namun ia hiraukan karena sekarang yang dilakukan adalah berbelanja.








































Saat sedang memilih bahan apa saja yang dituliskan dikertas sebuah tarikan cukup kencang dari arah belakang menghentikan langkah nya.

Haechan berbalik ia terkejut dengan seseorang di hadapan nya

"D-donghyun?"

"Lama tidak bertemu Donghyuck hyung"



































Hai:)

Pa kabar kalean

Aku tebak pasti kalean lagi nafas sambil baca wattpad kan?

Betul kan☺

Yaudah lah, ntar makin gak jelas.

See uuuu

Don't Hate Me (End) Where stories live. Discover now