⊳⊰ EMPAT ⊱⊲

Start from the beginning
                                    

Fazura menundukkan kepala dalam dan berhenti makan.

Bumi yang tak merasakan pergerakan disampingnya pun menoleh mendapati Fazura yang menunduk.

Perempuan ini kenapa?

"Lo kenapa? Pusing?"

Fazura mengangkat kepalanya dan menatap Bumi.
"Aku hadir cuma jadi pengaruh buruk doang buat kamu. Tolong biarin aku pergi, ya?" tatapan Bumi langsung berubah.

Mata hitam itu menatap Fazura tajam.

Bumi tak habis pikir, yang ia lakukan sepertinya selalu salah bagi perempuan itu. Salahnya malah menyalahkan diri sendiri, padahal maksud Bumi bukan begitu.

"Lo hobi banget nyalahin diri sendiri, ya? Ternyata di mata lo gue itu cuma anak anak yang lo manfaatin, padahal gue bisa dewasa melebihi dewasanya lo." Bumi tersenyum remeh. Sudah cukup, ia seperti dianggap anak anak.

Fazura menggeleng. "Bukan gitu, tapi aku bener bener bawa pengaruh buruk buat kamu. Buktinya kamu berantem sama orang tua kamu, kamu bohong sama orang tua kamu, sekarang kamu bolos itu semua karena aku. Kayaknya aku udah cukup ngerepotin kamu untuk sekarang. Tolong bahagiain diri kamu, jangan jadi anak durhaka. Makasih banyak buat satu hari nya, aku ke bantu banget."

Fazura turun dari kursi, matanya menatap Bumi yang tengah menunduk dengan tangan terkepal.

Mendengar suara langkah Fazura menjauh, Bumi memejamkan matanya kuat.

Kalian pikir Bumi akan membiarkan perempuan hamil yang hendak bunuh diri itu pergi setelah membuat hatinya hangat? Tidak.

"Satu langkah lo keluar dari pintu itu, gue buntingin lo berkali kali." suaranya terdengar tegas tanpa canda, kepalanya juga tidak menoleh kearah pintu.

Ia sudah yakin pada keputusan nya.
Mata Bumi yang menangkap harus juga Bumi dapatkan. Apapun itu.
Maaf saja jika egois.

Kepalanya perlahan menoleh kearah pintu yang sudah tertutup rapat. Perempuan itu sungguh sungguh ingin ia tunjukkan kedewasaan nya, ya?

Ia beranjak dan berlari keluar apartemen, ia harus mencari yang harus ia dapatkan.

"Azura!!"

Matanya menangkap punggung kecil itu di depan lift. Perlahan pemilik punggung berbalik dan terkejut.

Namun Bumi juga terkejut. Fazura tidak sendiri, melainkan bersama seorang perempuan yang sangat ia kenali.

"Mami?" Bumi memelankan langkah kaki nya dan menatap kedua perempuan itu.

Kiara keluar dari lift dan menatap anak nya.

"Mami mau bicara sama kalian berdua."

----

Duduklah ketiga nya di ruang tengah apartemen Bumi dengan iringan suasana yang tiada arti, masih sepi.

Bumi berdeham, "Mami mau bicara apa?"

Kiara menatap anaknya sejenak lalu kembali menatap Fazura.
"Boleh Tante tahu asal usul kamu?" Bumi mengangkat alis nya.

"Mami gak boleh nanya yang aneh aneh sama Azura, ya?" pesan nya.

Kiara tersenyum mengangguk lalu meminta anak nya menjauh dari ruang tengah. Sebelum pergi, Bumi berbisik pada Fazura.

"Bohong untuk kebaikan itu gak salah," Lalu beranjak pergi. Fazura menunduk dengan tangan meremas dress yang ia pakai semalam.

Kini tersisa Kiara dan Fazura diruang tengah.
Lagi lagi suasana sunyi.

Kiara menunduk dalam lalu mendongak lagi menatap Fazura.
"Tante minta maaf," Fazura mendongak terkejut.

Kiara bangun dan berpindah duduk menjadi disebelah Fazura. Tangan keriput halus itu menggenggam tangan Fazura yang dingin.

"Maafkan kesalahan anak Tante yang kurang baik menjaga batasan. Maaf karena anak Tante kamu jadi menanggung benih Bumi kecil. Tante minta maaf," Kiara menunduk lagi.

Fazura dengan mata yang sudah berkaca kaca menggeleng namun tak dilihat Kiara.
"Bumi gak salah, Tante. Fazura yang minta maaf, seharusnya Fazura gak muncul ditengah tengah keluarga ini." Kiara mendongak dan menggeleng kuat.

"Kamu gak boleh bilang gitu, sayang. Maafin Bumi, ya? Maafin Tante dan Papi nya Bumi, kami akan urus ini secepatnya." Fazura menggeleng kuat namun belum juga dilihat Kiara karena perempuan setengah baya itu memeluknya tiba tiba.

"Kamu gak perlu khawatir, Mami Kiara ada untuk bantu kamu. Sekali lagi Mami minta maaf untuk Bumi."

Kalian gak ada salah sama sekali, satupun kesalahan gak ada. Aku yang salah disini, kenapa aku muncul ditengah keluarga yang hangat? Aku gak seharusnya ada di sini. Maaf, Tante, Om, Bumi.

=^•^=

Sangat sepi, bintang ★☆☆☆
Sebenernya mau aku unpub sih, publish lgi kapan kapan kalo udah rapih gitu, tapi nunggu yang baca deh.

*abaikan pesan ini, ini hanya percakapan biasa antara author dan keyboardnya.

BUMI [Terbit]Where stories live. Discover now