Tiga Belas

184 22 1
                                    

Diaz tidak tahu sejak kapan ruang rawatnya seramai ini. Begitu ia membuka mata, sudah ada dua orang yang sibuk mondar-mandir, lengkap dengan suara rengekan anak kecil yang anehnya justru membuatnya tersenyum tanpa sadar. Dia ingat sekarang, sekarang adalah waktu operasi Archie. Pantas saja anak itu dilarang makan semalam dan sekarang tengah merengek minta makan.

"Eh, Diaz udah bangun? Atau kebangun gara-gara Aci?" tanya Suster Risha yang tengah membawakan baju rumah sakit untuk Archie.

"Udah mau operasi, Sus?" Diaz malah bertanya balik. Pandangan matanya masih asik menatap Archie yang tengah merajuk pada kakak perempuannya, minta makan.

"Iya, nih. Kata Dokter Nath setengah jam lagi dia ke sini, mau periksa kondisi Aci." Diaz mengangguk-angguk mengerti. Tak lama, Nico juga ikut terbangun. Tak jauh berbeda dari ekspresi Diaz, Nico juga tersenyum melihat Archie yang tengah meringkuk membelakangi kakaknya.

"Aci kan laper, Kak. Kenapa gak boleh makan, sih? Sedikit aja gak boleh. Kalo pingsan di sana gimana?" celetuk Archie dengan polosnya. Dia tidak tahu jika sebentar lagi dia akan dibius total, tentu saja dia tidak akan merasakan lapar lagi.

"Kalo usus kamu yang sehat ada isinya kayak usus kamu yang nakal terus Dokter Nath salah potong gimana? Nanti kalo ususnya yang nakal sudah diambil, Aci boleh makan lagi, kok. Sabar, ya?" Laras masih berusaha memberikan pengertian pada Archie kenapa dia dilarang makan sekarang.

"Kapan? Satu jam lagi? Dua jam lagi? Aci lapar, Kak!" Tanpa sadar Archie menaikkan nada suaranya pada Laras. Untungnya, pasokan sabar Laras cukup banyak pagi ini.

"Nurut, dong. Mau sembuh, gak?"

"Mau."

"Makanya, nurut. Gak akan lama. Nanti kalo Aci udah diperiksa sama Dokter Nath juga gak kerasa lagi laparnya."

"Bener?"

"Iya, sekarang ganti baju dulu, ya? Biar cepet diperiksa, cepet operasi, cepet makan lagi."

"Oke!"

Suster Risha dan Laras kompak menghela napas lega saat melihat Archie turun perlahan-lahan dari tempat tidurnya dan berjalan menuju kamar mandi dengan membawa pakaian rumah sakit yang tadi Suster Risha bawa. Menyadari dirinya masih ditatap oleh dua pasang mata di belakangnya, Laras buru-buru berbalik sambil tersenyum kikuk, kemudian meminta maaf tanpa suara.

Tepat ketika Archie sudah naik kembali ke atas tempat tidurnya, Dokter Nathalie bersama satu dokter lagi masuk ke dalam ruang rawat mereka dengan senyum terkembang lebar. Keduanya menyapa Diaz dan Nico lebih dulu yang juga dibalas oleh senyum dan lambaian tangan.

"Udah siap kayaknya?" tebak Dokter Nathalie. Archie hanya mengangguk, matanya fokus menatap Diaz dan Nico yang tengah mengeluarkan robot masing-masing.

"Kalian mau main robot, ya? Tungguin Aci, nanti main bareng." Diaz dan Nico kompak saling pandang. Menunggu Archie operasi? Pasti Archie baru sadar besok pagi dan mereka tahu itu. Namun, mereka kompak mengangguk sambil tersenyum lebar.

"Kita tunggu di taman, ya? Kalo udah selesai operasi langsung susul kita ke sana. Ada Kak As juga. Katanya punya mainan baru."

"Oke!"

💊💉💊💉💊💉

"Kak As!" teriak Diaz dan Nico bersamaan saat melihat lelaki dengan hoodie yang menutup tubuh hingga kepalanya tengah duduk di kursi taman membelakangi mereka. Lelaki itu segera memutar tubuh, kemudian bibir pucatnya tersenyum lebar saat melihat dua anak yang sebenarnya tengah ia tunggu itu berlarian ke arahnya. Ia segera merogoh kantung hoodie-nya, mengambil tiga buah masker khusus dan mengenakan salah satunya sebelum mengulurkannya pada Diaz dan Nico.

Till Last Breath ✔Where stories live. Discover now