᮱᮸. ᮛᮦᮀᮞᮦ

279 163 117
                                        

•❅───✧❅ᮝᮤᮜᮥᮏᮨᮀ ᮙᮎ❅✧───❅•

Pagi kembali menyapa Jumantara Paris Van Java, menyingkirkan kegelapan hingga sang fajar mendapatkan kekuasaan di ufuk sana.

Di dalam ruangan, Laila mulai bangun perlahan, dia menyaksikan ruangan kosong yang hanya menyisakan dirinya dan Afra, serta nyeri di seluruh tubuhnya.

Sayup-sayup ia mendengar suara orang cakap-cakap di luar sana. Dengan tenaga seadanya, gadis itu perlahan bangkit, membopong Afra untuk ikut bangun. "Ayo Afra, kita keluar," ucap Laila.

Ia berjalan keluar, menuju ruang makan, mendapati Riki dan Gazala sudah duduk sambil makan bubur.

"Eh, Ila udah bangun. Sini La, makan bareng," ajak Riki. Meski tak tidur semalaman, dia yang terlihat paling segar di antara mereka.

Sementara Gazala tampak terdiam, wajahnya pucat pasi, terlihat begitu lemas menyendok bubur di depan dengan pandangan kosong.

Laila mendudukkan Afra di sampingnya. Riki sudah menyiapkan sarapan pagi untuk mereka semua.

Gadis itu mulai makan, dia sangat lapar, tapi tenaganya seakan telah disedot habis, Laila bahkan merasa sangat lemah hanya untuk menyendok bubur ke mulutnya.

Setelah beberapa suapan, gadis itu sadar Afra masih terdiam, dengan sorot kosong, dia sepertinya masih tak sadarkan diri.

Laila tak peduli, dalam pikirannya Afra sudah kembali, dan dia baik-baik saja. "Afra ... dimakan dong buburnya." Akhirnya gadis itu bergerak mengambil sendok pada mangkuk Afra dan berusaha menyuapi pria itu.

"Aaa~ buka mulutnya," suruh Laila lembut.

Menyaksikan itu, Gazala menghela napas. "Udahlah, La ... itu gak bakal berhasil—"

Tanpa diduga, Afra membuka mulutnya perlahan. Seketika Laila tersenyum cerah meski dengan wajah pucat itu, air mukanya kembali bersinar.

Satu suapan berhasil masuk, Afra tampak mengunyah perlahan, pandangan itu masih tak mendapatkan fokusnya, tapi selalu menerima setiap suapan dari Laila.

Di tempatnya, Gazala membulatkan mata. "Aman deh kayaknya ... tinggal nunggu sadar aja ini mah," ucapnya sebelum kembali menyuap bubur di depannya.

Sementara Riki tampak terenyuh di tempatnya, dia tak tahu apa yang sedang terjadi, melihat Afra dan Laila seperti ini, hatinya benar-benar terluka. Ketulusan Laila berhasil menusuk hati Riki. Dia tahu Afra sudah menyimpan perasaan suka kepada gadis itu sejak lama, menyaksikan kepedulian Laila, membuat hati Riki terluka—bukan karena cemburu, tapi karena sebuah pertanyaan—kenapa cinta setulus ini harus terjebak dalam kondisi yang paling menyedihkan, diteror habis-habisan oleh Iblis hingga Afra nyaris kehilangan sukmanya.

Jauh dalam hati Riki, dia ikut terluka melihat kondisi teman-temannya. Dalam bungkam itu, dia bertanya, kapan semua ini akan berakhir?

•❅───✧❅ᮘᮒᮛ ᮜᮥᮛᮀ❅✧───❅•

Setelah selesai sarapan, mereka mengantar Afra pulang. Kisaran jam 7 pagi, mereka sampai di pekarangan rumah. Laila sempat terkejut mendapati motor Afra terparkir di sana, bukankah seharusnya kuda besi itu berada di parkiran gedung bioskop? Siapa yang membawanya ke sini?

Batara Lurang Where stories live. Discover now