Tidak ada yang bisa memperkirakan kedalaman sungai. Yang jelas, monster itu langsung meluncur masuk ke dalam perairan.

‘Heee, semudah itu? Mati karena tersetrum?’

Kemudian semua orang pun baru bisa bernapas secara normal. Sebagian orang bahkan langsung duduk bersimpuh, tidak menyadari bahwa kedua kaki mereka telah kehilangan daya dan sekarang mulai lembek seperti agar-agar.

Aku langsung berlari dan menghambur ke pelukan Oscar. “Suamiku, kau terlihat gagah!”

“Wah, semoga kau selalu memujiku seperti ini,” katanya sembari terkikik ketika aku menghadiahinya dengan ciuman di pipi dan kening. “Apa aku semakin naik tingkat di hatimu?”

Oscar melingkarkan tangan di sekitar pinggangku, tersenyum.

“Sedikit,” jawabku. “Masih butuh perjuangan panjang agar aku bisa memujimu dengan layak dan superhebat.”

Kemudian aku mendengar suara batuk Duke Asherah.

Lantas aku melirik sekitar, memperhatikan satu demi satu wajah orang-orang yang terlihat seperti tomat, kemudian kepada Elodile yang pura-pura malu kemudian menyikut dada suaminya seolah berkata, “Diam saja kau! Dasar tidak romantis!”

Terserah. Aku tidak peduli!

Aku hanya ingin menikmati kedamaian dan rasa tenang yang dihadiahkan Oscar kepadaku.

Kemudian Oscar tertawa dan membelai kepalaku dan mengomentari mengenai seharusnya mereka terbiasa menyaksikan pengantin baru memperlihatkan kasih sayang satu sama lain, asal tidak melewati batas.

‘Uhuhu, suamiku memang yang terbaik!’

Pada akhirnya tidak ada satu orang pun berani meneliti monster yang mendiami sungai. Mereka takut ada makhluk lain, walau ukuran tubuh mereka kecil, yang jauh lebih mengerikan daripada monster bertentakel tapi sangat cantik dan seksi tersebut. Dengan kata lain, mereka membiarkan makhluk itu terlupakan begitu saja.

‘Benar-benar seperti tokoh sampingan,’ kataku dalam hati. ‘Muncul sekali, lalu terlupa.’

Pengobatan pun mulai dilakukan. Mereka mulai bergosip mengenai pengaruh peri kegelapan atau iblis hingga monster berani muncul ke permukaan. Ketika topik itu disebut, sontak Gweny bergerak tidak nyaman dalam saku mantelku. Seolah ingin terbang ke luar dari sana, melesat menuju para penggosip, dan mematuk mereka satu per satu.

“Kau baik-baik saja?”

Aku mendongak, menatap Oscar yang berdiri di sampingku. “Jadi, apa suamiku yang luar biasa ini menemukan sesuatu?”

Oscar menggeleng. “Suamimu yang luar biasa ini terbiasa menghadapi manusia, bukan monster. Keduanya bisa serupa, tapi dalam beberapa hal jelas berbeda.”

Aku menggunakan telunjuk dan menusuk-nusuk lengannya yang, uhuk, otot dan daging? “Sebaiknya kita segera menyelesaikan masalah dan pulang.”

“Istriku tidak sabar ingin menyerang-aduh! Kenapa kau menginjak kakiku?”

“Karena kau mulai GENIT!”

Oscar hanya tertawa ketika aku menyerangnya dengan jurus gelitik sampai tidak berkutik! Benar-benar tidak ada takutnya. Oscar seharusnya memohon ampun kepadaku! Oke, aku tidak akan memberi ampun kepadanya. AHAHAHA.

“Celine, berhenti. Hei!”

Oscar mencengkeram kedua tanganku dan meminta maaf kepada orang sekitar, terutama mereka yang masih sendiri dan belum memiliki pasangan, kemudian membawaku menyingkir ke sisi lain.

“Hei, jangan menggodaku. Apa kau tidak kasihan dengan mereka?”

Aku mendengus. “Kau suka digoda!”

Sebelum sempat aku melancarkan jurus gelitik jilid dua, seseorang berdeham, dan kali ini aku bersiap menguliahi mereka dengan ceramah selama tujuh menit!

‘Apa mereka tidak bisa membiarkanku menggoda Permen Kapas?’

Lantas rencana kuliah tujuh menit pun padam.

Kelompok Silvios, yah dengan luka dan lumpur dan keringat dan tatapan ingin hengkang dan malu dan jelas ada tatapan iri, tampak terperangah menyaksikan kami berdua. Sebagian dari mereka membawa kepala monster kerbau dan ular, sementara yang lain melempar-lemparkan tanduk seperti tengah bermain bola. Lalu, ada satu yang jelas tidak nyaman dan TIDAK SENANG melihat Oscar bersamaku, yakni Julian!

“Count, apa Anda sudah kehilangan kewarasan berani mengajak istri Anda datang ke tanah tercemar?”

Seperti anjing yang hendak melindungi majikan, aku pun ingin maju dan membalas, tapi Oscar menyela: “Istriku tidak selemah dugaan Anda, Duke.”

Tatapan Julian berlama-lama kepadaku. Seolah hendak menyeretku menjauh dari Oscar, membawaku pergi, dan mengurungku. Sontak gigilan dingin menjalari tulang belakang.

‘Benar-benar mengerikan!’

“Dia tidak sekuat asumsimu, Count.”

Tiba-tiba aku merasa Oscar dan Julian tengah berperang! Andai saja kami tidak sedang dalam keadaan genting, barangkali mereka akan dengan senang hati saling serang!

“Istriku bukan termasuk dalam salah satu hal yang wajib Anda cemaskan, Duke,” Oscar membalas, sengit.

“Selama dia berada di wilayah pekerjaanku,” Julian meneyerang, “maka dia termasuk dalam tanggung jawabku.”

Di belakang Julian, beberapa kesatria Silvios terlihat seperti berdoa agar Julian tidak melakukan tindakan konyol. Bahkan sebagian dari mereka menatapku, seakan memohon bantuan.

‘Wah, kenapa aku?’

Kemudian aku pun hanya tersenyum dan berkata, “Duke, saya tidak butuh Anda!”

... dan kesatria Silvios pun ternganga.

‘Hei, bukankah kalian yang memohon bantuanku?’

***
Selesai ditulis pada 22 Maret 2022.

***
Halo, maaf telat. Saya istirahat nulis bentar tadi. Hehehe. (0_0) Btw, tadi keyboard laptop seperti ngetik sendiri, mencet tombol garis miring \\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\\ terus. Hiks, saya takut harus keluar uang lagi buat ngebenerin keyboard alias ganti keyboard. (0_0) Mana mahal lagi. 400.000! Hmmm. Pengin nangis saya. NANGIS! Kemarin baterai, sekarang keyboard. Hiks.

Salam hangat,

G.C

Survive as Hero's Mother  (SELESAI)Onde as histórias ganham vida. Descobre agora