Kini, matanya sudah menangkap adegan terakhir dari yang ia lihat di memorinya. Papanya bersama istri barunya. Rasanya seperti de javu.

Hanin menarik napas panjang. Menguatkan hatinya untuk melangkah lebih dalam lagi. Menggenggam lebih erat jemari Dafan yang masih bertautan dengannya. Mengisyaratkan bahwa "ia sudah siap menghampiri meja papanya".

"Halo, Om, Tante. Maaf kami terlambat," sapa Dafan sembari menyalami keduanya.

Sementara itu, Hanin langsung duduk di hadapan papanya. Menghindari ibu tirinya. Dafan menduduki kursi satu-satunya yang tersisa di sebelah Hanin.

"Sehat, Nak?" tanya papa Hanin lembut.

Hanin hanya mengangguk. Ia berniat mengeluarkan ponselnya. Guna mengalihkan segala rasa sakit yang mendadak menjalari hatinya.

"Jadi, Nin. Tujuan aku bawa kamu ke sini karena aku ingat satu hal," ucap Dafan memulai obrolan mereka.

"Aku ingat di Semarang waktu itu kamu terlihat ketakutan memasuki restoran out door. Ya, kamu cerita penyebabnya adalah karena papa kamu. Dan sekarang, aku pengin kamu sembuh dari trauma masa lalu kamu. Dengan cara seperti ini."

Hanin menoleh ke arah Dafan. Raut wajahnya menunjukkan ketidakterimaan.

"Untuk ke sekian kali, Papa mau bilang maaf ke kamu, Nak. Bahkan papa nggak tahu traumamu sebesar itu. Papa betul-betul menyesal...."

Papa Hanin meraih jemari anaknya yang tertumpu di atas meja persegi panjang itu. Hanin menarik diri. Kini jemarinya saling bertautan di bawah meja.

"Tante juga minta maaf, ya, Nin. Tante sekarang juga sudah menyesal." Loli, Ibu tiri Hanin ikut berkomentar.

Lagi-lagi Hanin seolah dipojokkan dengan suasana seperti ini. Maaf, maaf, dan maaf. Hanin muak sebetulnya. Terlalu banyak kesalahan yang mereka buat. Terlalu banyak kata maaf yang diucapkan. Dan terlalu sesak untuk dimaafkan begitu saja.

"Nin.... Seperti yang orang-orang katakan, nggak ada manusia yang sempurna di dunia ini. Aku, kamu, orang tua kamu dan Tante Loli. Sampai kapan kamu akan terus memperlakukan mereka seperti ini? Bahkan Tante Hena aja udah bisa berdamai dengan ini semua...." Dafan menengahi.

"Aku nggak bermaksud menyudutkan kamu. Nggak mau pula memaksa kamu. Tapi aku tahu kamu tersiksa dengan ego kamu sendiri, Nin. Jadi, jalan satu-satunya untuk terlepas dari semua trauma masa lalu kamu ya adalah dengan menerimanya."

Hanin menutup kedua matanya. Telinganya menangkap dengan jelas maksud ucapan Dafan barusan.

Tidak, Hanin tidak ingin menangis malam ini. Jangan sampai!

Setelah mengembuskan nafas keras, Hanin menatap wajah ketiganya satu per satu.

"Ya. Aku akan mencobanya, Kak...."

Kelegaan berbalut kebahagiaan muncul di wajah mereka. Topik ini terlalu awal untuk dibahas di acara makan malam ini. Bahkan Hanin dan Dafan belum memesan apapun.

"Tapi, aku belum bisa terima Tante Loli kecuali dengan satu syarat," ucap Hanin datar.

Memudarkan raut bahagia yang beberapa saat tercipta. Mereka bertiga menunggu Hanin dengan harap-harap cemas.

"Kembaliin dulu tas belanja aku di minimarket waktu itu! Itu tas belanja kesayangan aku sejak SMA, Tan...," ucap Hanin dengan cengiran lebar.

Mereka bertiga dibuat melongo dengan pernyataan Hanin. Lalu tawa keras melebur semua kekhawatiran sebelumnya.

"Iya. Besok Tante kembalikan, ya. Mau Tante belikan dompet juga, biar kamu nggak lupa bawa lagi?" Loli menanggapi gurauan Hanin. Teringat kejadian Hanin yang tidak membawa dompet di kasir minimarket.

"Boleh!" sahut Hanin lantang.

Dafan mendekati telinga kiri Hanin. Berbisik lirih.

"Terima kasih, udah melepaskan semua beban di diri kamu. I love you, Hanin."

Minggu, 20 Maret 2022

❤️❤️❤️❤️

Hohoho!

Extra part sudah tayang!

Terima kasih buat yang sudah setia baca cerita ini hingga rampung.

Dari semua bagian cerita "Pada Orang yang Sama", bagian mana yang menjadi favorit kalian?

Oh, iya! Mungkin selama beberapa saat aku bakal off nulis di pf ini dulu. Kalian bisa tetep ketemu aku di akun Instagram-ku, ya. @ind.27.

Silakan share cerita ini ke keluarga, teman, pacar, mantan, dan sebagainya, ya!


Sekali lagi, sampai jumpa di ceritaku yang lainnya❤️

Mau ikutan Dafan ah!

I love you, Guys!

Salam hangat,
IndAwsoka

Pada Orang yang Sama (TAMAT)Where stories live. Discover now