Bagian 8

424 63 6
                                    

Pukul 10 pagi, adalah janji yang diucapkan oleh Dafan untuk menjemput Hanin di kosan. Namun, sudah lebih dari 15 menit, belum ada tanda-tanda kehadiran cowok tersebut.

Hanin memutuskan untuk keluar kamar. Duduk di ruang tamu kos. Menahan rasa sabarnya dalam menanti Dafan.

Sesuai dengan permintaan Hanin kemarin, hari ini ia memutuskan untuk menemui seseorang. Seseorang yang terakhir ia temui sekitar tiga tahun lalu. Dan perpisahan mereka pun tidak dalam keadaan baik.

"Halooo! Selamat morning!"

Seseorang muncul dari luar sembari menyapa Hanin yang kebetulan duduk seorang diri.

Hanin segera bangkit. Hendak menyalami perempuan berusia 40 tahunan itu.

"Jadi, kamu yang namanya Hanin, tho?"

"Iya, Bu."

"Lho, lho, lho, lho! Jangan panggil 'Bu'. Nggak gaul!"

"Ehm, baik, Tante."

Ibu itu tertawa keras. "Jangan 'Tante' juga! Panggil 'Mami' aja. Mami Kos."

Oh ya. Hanin baru ingat sebutan yang dilontarkan oleh Dafan kemarin.

"Baik, Mami."

"Nah, bagus!"

Hanin kikuk. Sudah duduk kembali di tempatnya semula. Mami Kos pun mengambil bagian tak jauh darinya.

"Gimana tinggal di sini? Betah? Maaf ya, kemarin Mami lagi ada urusan. Jadi kunci dititipin ke anak lain."

Hanin mengangguk maklum. Menjawab, "Betah, Mi."

"Enakan di mana sama di rumah? Di sini dong pasti?" cecar Mami Kos setengah memaksa.

Hanin jadi bingung sendiri untuk menjawabnya. Maka jalan satu-satunya hanyalah mengiyakannya.

"Nah, kalau sudah betah begini, nanti kos aja di sini sampai lulus, ya."

"Insyaallah, Mi," balas Hanin seadanya.

"Dafan dan teman-temannya itu lho, juga betah tinggal di kontrakan Mami. Ya, walaupun mereka sering nunggak bayarnya. Tapi, nggak papa lah. Mami maklumi."

"Ehh. Iya, Mi."

Hanin menggaruk belakang rambutnya yang tak gatal. Selalu seperti ini berbicara dengan orang baru. Hanya mengiyakan. Menjawab singkat. Berharap Dafan segera datang, dan kecanggungan ini segera hilang.

Doanya terkabul. Ponselnya bergetar cukup lama, menandakan telepon masuk. Hanin meminta izin pada Mami Kos, untuk mengangkatnya. Ternyata Dafan mengabari bahwa dirinya sudah di depan gerbang. Dengan segera Hanin pamit pada Mami Kos.

Namun, rupanya, Mami Kos justru mengikutinya.

"Pagi-pagi, udah ngapel aja!" Kata Mami Kos dengan nada menyindir Dafan.

"Eh, Mami. Selamat morning, Mi!" sapa Dafan sama seperti ketika Mami Kos masuk ke ruang tamu tadi.

"Morning, morning! Mana uang Kos bulan Juni. Udah bulan Juli, masih belum bayar juga! Kalian kan berempat. Miskinnya jangan serentak dong!" ujar Mami Kos tajam.

Dafan justru santai menyikapinya. Sementara Hanin hanya berdiri kaku di dekat dua orang itu.

"Mami Cantikku, nanti secepatnya dibayar double, kok. Biasanya juga gitu. Tenang, Mi."

"Awas ya, sampe pertengahan bulan nggak dibayar juga, siap-siap angkat jemuran!"

"Angkat kaki, Mi," ralat Dafan malas.

"Iya. Itu. Bonus angkat jemuran Mami selama sebulan."

"Nanti lagi deh, Mi. Kasian Tuan Putri berdiri kelamaan di situ." Dafan menunjuk Hanin dengan dagu.

"Pacaran bisa, bayar kos nggak bisa!" cibir Mami Kos lagi. Tampak belum puas memaki-maki.

Dafan segera memberi kode Hanin agar naik ke boncengannya. Hanin sendiri bingung, pasalnya, Mami Kos masih belum selesai mengomel.

Dengan sedikit mencondongkan tubuh, Dafan menarik sebelah tangan Hanin agar mendekat. Lalu menyuruhnya naik. Setelahnya melajukan motor sembari berteriak, "Dadahhh, Mamiiii!"

Hanin hanya menunduk beberapa kali pada Mami Kos. Agak malu dengan kelakuan Dafan yang dirasa tidak sopan pada orang tua.

Setelah agak jauh dari area kos, Hanin menggeplak kencang punggung Dafan. Membuat Dafan mengaduh, yang untungnya masih memegang kencang kedua setang motor.

"Apaan sih! Sakit, tauk!"

"Sopan banget tadi sama Mami Kos!" sarkas Hanin.

"Yailah. Udah biasa. Mami Kos, ngomel-ngomel begitu, tapi aslinya baik." Dafan membelokkan setang ke pom bensin. Antrian pagi ini cukup panjang. Mereka masih duduk di jok motor itu.

"Ya tapi jangan gitu dong caranya."

"Udah biasa, Nin ...."

"Ya jangan dibiasain!"

Dafan mengegas pelan motornya. Masih ada 5 antrian motor lagi.

"Kamu tahu apa yang aneh dari Mami Kos?"

"Nggak ada yang aneh kok."

"Mami kos, punya dua rumah untuk dikontrakkan, dan 1 rumah untuk disewakan tiap kamarnya, tapi dianya sendiri justru ngontrak di rumah lain," ujar Dafan sembari menahan tawanya.

"HAH?!"

"Kaget kan pasti?"

"Kak Dafan bercanda?"

"Tanya aja sendiri nanti. Mami ngontrak di rumah yang lebih kecil. Di sebelah kos kamu tadi."

"Kenapa gitu?" Hanin bertanya penasaran.

"Katanya sih, nggak betah aja kalau tinggal satu rumah sama ABG-ABG yang tiap malam jadi kelelawar. Bikin Mami nggak bisa tidur. Dan akhirnya milih ngontrak rumah deh di sebelah."

Hanin manggut-manggut. Dafan kembali memajukan motornya, yang tak terasa tinggal satu antrian lagi.

Hanin turun dari motor, tanpa diminta. Dafan pun ikut turun. Membuka jok dan penutup tangkinya untuk diisi bensin.

Hanin menunggu di depan agak jauh dari antrian. Supaya tidak mengganggu orang yang juga akan melakukan pengisian bahan bakar motor.

Setelah selesai, mereka berdua kembali melajukan perjalanan.

"Tadi belum selesai cerita ya. Anak-anak Mami udah pada nikah. Jadi, ya untuk tinggal di rumah berukuran agak besar nggak worth it banget. Mending dikontrakin dan Mami dapet duit lebih buat bayar kontrakannya yang lebih murah itu. Gitu sih katanya."

Hanin hanya menganggukkan kepala mendengar penuturan Dafan barusan. Dafan rupanya sudah sangat mengenal Mami Kosnya. Karena seperti kata Dafan semalam, teman-teman sekontrakannya sudah ia anggap sebagai keluarga. Secara tidak langsung, Mami Kos pun berperan menjadi Ibu selama para penghuni Kos menetap di kos miliknya.

"Kita mau ke mana?" Dafan kali ini bertanya agak kencang. Karena mereka memasuki jalanan yang agak ramai.

Hanin memang belum menceritakan pada Dafan, siapa orang yang akan ia temui. Maka, Hanin hanya menyebut nama daerahnya. Dan Dafan tahu letaknya, meski tidak tahu pasti yang mana rumah orang yang dimaksud.

Beruntung ingatan tentang patokan daerahnya masih sangat jelas. Di sebelah masjid di desa itu. Maka yang harus mereka cari adalah masjidnya, sebelum setelahnya mereka temukan rumahnya.

Rabu, 9 Februari 2022

❤️❤️❤️❤️

Kira-kira Hanin mau nemuin siapa ya?

Ada yang bisa nebak?

Pada Orang yang Sama (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang