"Hallo tuan."

"Ada apa Varen?"

"Terjadi masalah lagi di pabrik."

Tangan Marvis mengepal, "Masalah apalagi sekarang, bukannya semua buruh sudah setuju."

Varen terlihat gugup diseberang telepon, terdengar dari suaranya yang terbata-bata. "Anu tuan itu tentang jam kerja."

"Apa ? Jam kerja apa ? Jelaskan dengan benar."

"Lebih baik anda datang kekantor tuan saya akan menjelaskannya nanti setelah anda tiba dikantor."

Pria itu menutup teleponnya mengacak rambutnya frustasi."Arghh . ." Dia mengurungkan niatnya bertemu dengan Vio, lalu dia bergegas kembali kekantor.

Setelah kepergian Marvis wanita itu terduduk di balik pintu kamarnya. Hatinya sakit, segala yang di rasakan berkecamuk didalam hatinya.

Dia menangis sesegukan sembari memanggil nama Marvis.

"Marvis keluarkan aku. ."

"Marvis. ."

"Tolong keluarkan aku Marvis. ." Rancaunya.

Wanita itu sudah tak memiliki kekuatan lagi, akhirnya dia bangun dan duduk dipinggir ranjang, mencari cara agar dia bisa keluar dari rumah ini sebelum jam 9 pagi besok. Itu yang dikatakan wanita terkutuk bernama Violetta.

***

"Aku tak mungkin meninggalkannya sekarang, aku juga harus memberikan penjelasan pada anakku." Amala terus memohon.

"Ok, aku berikan waktu sampai besok jam 9 pagi. Kalau kamu dan putrimu masih ada dirumah ini, berita itu akan kusebarkan ke media."

Amala menghapus airmatanya dengan kasar, tak ingin terlihat lemah didepan Violetta. Wanita itu nampak kesal pada Vio terlihat dari dahinya yang berkerut dan pupil matanya yang membesar.

"Ya, akan ku lakukan sesuai permintaanmu."

"Bagus! Ternyata kamu wanita yang sangat pintar." Violetta menyeringai, wanita dengan senyum congkaknya itu keluar dari rumah Marvis seolah-olah dia nyonya dari rumah itu.

Damn it ! Kita tunggu saja besok, kamu atau aku pemenangnya. Gumam Vio.

***

Langit mulai gelap, hujan turun dari sore hingga malam hari di iringi dengan suara gemuruh petir. Amala menatap luar dari balik jendela kamarnya. Sekilas terlintas pemikiran untuk kabur lewat jendela, namun diurungkan niatnya karena kamarnya berada dilantai dua.

"Apa yang harus dia lakukan sekarang?"

Krekk . .

Dia melirik kearah pintu, pintu besar itu sedikit terbuka. Dari luar seorang pelayan mendorong sebuah nampan berisikan makan dan minuman untuknya. Amala berlari menuju pintu itu, namun dengan cepat pintu itu sudah tertutup lagi.

"Hei ? Bisa bukakan pintunya aku ingin keluar."

Pelayan itu menolak, "Maaf nyonya, saya tidak bisa ini perintah dari tuan."

Bukkk . .bukk .

Amala memukul pintu itu kuat, "Tolong keluarkan aku."

"Maaf nyonya saya benar-benar tidak berani melanggar perintah tuan."

Dia benar-benar seperti di dalam penjara, wanita itu melirik kearah makanannya sekilas. Walaupun dia dikurung tapi makanan yang diberikannya masih saja makanan yang sangat mewah. Amala menghembuskan nafas kasar, tak ada niatan untuk mengambil makan itu.

Dia berjalan kearah ranjang dan meringkuk diatas sana, hati dan pikirannya sungguh lelah, dia butuh istirahat.

Esok paginya Marvis ternyata tidak pulang sejak kemarin terakhir setelah pertengkaran mereka. Wanita itu tahu saat dia bertanya pada pelayan yang mendorong kan nampan berisi sarapannya pagi tadi.

Wanita itu melirik kearah jam dinding yang menunjukkan pukul 9 lebih 10 menit, harusnya berita yang dikatakan Vio sudah menyebar ke media saat ini. Amala tak bisa mencari tahu karena ponselnya di sita oleh Marvis.

"Aku hanyalah beban untuk suamiku." Gumamnya.

***

Sedangkan dikantor Varen dengan heboh membawa tablet pintarnya masuk keruangan bosnya tanpa mengetuk pintu itu lebih dahulu.

"Tuan. .tuan lihat ini." Ucapnya menunjukan benda pipih itu pada Marvis.

"Berita apa ini ?" Ucapnya kesal.

Disana tertulis bahwa : Istri seorang Marvis Sean Ceo tampan muda dan kaya raya dulunya adalah p*lacur. Wanita itu hanya mengincar harta kekayaan Marvis Sean.

Marvis geram rahangnya mengeras, masalah pabrik baru saja dia selesai tangani, tapi sekarang masalah baru timbul lagi.

"Varen !"

"Ya tuan." Dengan sigap Varen menjawab.

"Cari media yang merilis berita itu, dan selanjutnya kamu pasti tau kan maksudku."

Varen mengangguk paham. "Ya tuan saya mengerti."

"Bagus pergilah, jika kamu berhasil akan aku naikan gajimu lima kali lipat bulan ini."

Varen mendelik kaget. "Ya tuan, saya akan menanganinya."


Gimana tangan onlinenya udah siap nampar Violetta belum, kalo udah langsung ketik dikomentar yaa. Kita tampar bareng bareng biar si Vio nggak gangguin Marvis lagi.

Aku bakal cepet update part selanjutnya kalo votenya udah sampai 100⭐ yaa, terimakasih buat kalian yang sudah beri dukungan ❤️

AMALA Istri Kontrak Sang CEOWhere stories live. Discover now