36. Pewaris (PAD)

2.9K 868 40
                                    

Pewaris

"Ternyata lo anak orang kaya." Pernyataan hantu bernama Nathanael membuatku menoleh.

"Gue juga enggak nyangka," sahutku masih merapikan baju layaknya anak bos.
Ya, Papi mengajak keliling kantornya, serta memperlihatkan desain furniture terbaru yang dia buat. Banyak yang tidak aku ketahui ternyata, tentang cara kerja pabrik dan kantor utama.

Sepertinya tidak hanya melelahkan, tetapi membuatku stres sebelum bekerja. Apa ini efek baru sembuh dari sakit?

"Orang tua gue bangkrut, makanya gue dijodohin sama anak orang kaya," ungkap Nael membuatku menghentikan langkah sebelum masuk ke ruangan furnitur terbaru.

"Jadi karena itu?" tanyaku membuatnya mengangguk.

Sepertinya Nael memiliki banyak hal yang belum dia selesaikan sebelum kecelakaan. Apa karena itu juga dia menjadi seperti ini? Kadang mendengar kenyataan tentangnya membuatku sedih, kali ini aku serius. Kupikir hidupku paling menyedihkan, tetapi ternyata dari sudut lain masih ada yang lebih parah.

"Mungkin enggak, sih, lo bisa jadi manusia? Atau kayak di drama-drama kalau tubuh lo sebenarnya terbaring di rumah sakit alias koma?" tanyaku. Sebenarnya kasihan mendengar kenyataan menyedihkan tentang hidupnya.

Namun, Nael tersenyum simpul. "Terus makam gue waktu itu apa? Gue enggak yakin sama apa yang lo pikirin."

"Yang lo maksud kemarin apa? Waktu lo bilang gue harus siap." Masih penasaran dengan ucapannya saat itu, pasalnya dia suka sekali mempermainkanku.

"Lo harus siap kalau ketemu Inara kapan pun."

Oh, jadi itu yang dia maksud. Apa dia khawatir aku sakit lagi? Menggelikan kalau sampai dia seperhatian itu.

"Guin!"
Suara Papi menginterupsi, aku masuk mengikuti lelaki itu yang sudah di depan bersama salah satu pegawainya.

Setelah berdiri di samping Papi, pria itu tersenyum simpul. "Mohon perhatiannya!"

Semua orang langsung berdiri setelah mendengar instruksi dari Papi. Enak juga jadi bos, tidak ada yang dapat membantah.

"Kalian pasti sudah tahu anak saya yang gantengnya sampai luber. Saya bawa dia ke sini untuk memperkenalkannya sebagai pewaris, atau penerus saya selanjutnya," ujar Papi tampak berwibawa. Padahal, saat di rumah dan memakai celemek dia terlihat berwibowo.

"Selamat siang. Saya Guinandra Kenway, mahasiswa di jurusan desain, sering mampir ke sini cuma jadi tukang ojek Papi, mau memperkenalkan diri sebagai anak kandung Pak Lingga Kenway. Mohon kerjasamanya," ujarku dengan suara serak-serak berat. Mendadak sok keren.

"Siap!"

"Siap ganteng!" Suara seorang karyawati terdengar kencang sendiri, membuat yang lain terkekeh kecil, kecuali aku karena dalam mode sok dingin.

"Oke, kalian boleh bekerja kembali." Papi mengakhirinya.

"Pak, saya mau ngasih brownis buat Pak Guinandra boleh?" Salah satu karyawati meminta izin pada Papi. Parahnya aku sudah dipanggil 'Pak'.

"Boleh." Papi menjawab dan melirikku, kode agar menerimanya.

Aku menerima kue tersebut. "Makasih."

"Sama-sama, Pak." Wanita bertubuh sedikit berisi itu mengedipkan satu mata.

Allahu Akbar, lindungi hamba dari wanita lain ya Allah. Karena aku hanya boleh luluh pada gadis lugu yang sopan dan lemah lembut, terutama jodohku. Setelah menerimanya kami pamit ke ruangan Papi.

Baru membuka mulut untuk berbicara, Papi sudah lebih dulu memerintah. "Coba kamu desain kursi yang bagus, sebelum selesai jangan coba-coba buat pulang. Ini edisi percobaan."

"Pi, ini namanya penyiksaan. Papi, 'kan, tau kalau aku balu cembuh dali sakit." Aku berakting lemas di sofa.

Papi memeriksa keningku, sepertinya dia curiga anaknya hanya pura-pura. "Jangan lari dari magang kamu. Kalau enggak sanggup, kamu kerja jadi OB setelah wisuda."

Momen seperti inilah aku ingin ada suara Mami meneriaki Papi karena sudah menyiksa anaknya.

.

.

******

Belum kerja udah pusing duluan Guinan.
Bisa bayangin sih gimana depresotnya.

Dukung PAD terus ya.

Yang tanya 'Boleh ikut promosikan atau enggak.'

Boleh banget.

Tapi jangan lupa ya, judulnya itu —PINGGUIN ANAK DUDA—

Bukan 'Pinguin Anak Duda'

Karena kalau penulisan judulnya salah, promo kalian sia-sia, dicari enggak bisa.

Makasih yang setia baca dan voment.

Pingguin Anak Duda | ENDWhere stories live. Discover now