32. Anak dan Bapak (PAD)

3K 902 34
                                    

Anak dan Bapak

~~~~

Duduk berdua menunggu senja dijemput malam, aku dan Papi masih belum pulang selepas mengurus pembatalan pernikahannya dan Hana. Tidak lupa, arwah pemuda yang masih suka membuntuti duduk di sebelahku, kali ini dia diam tidak bersuara.

Papi menepuk kepalaku dua kali, menatap dengan pandangan penuh makna. "Maafin Papi."

"Buat apa?"

Papi menghela napas berat. "Papi janji enggak akan kumpul sama temen-temen kecuali di rumah kita."

Papi tidak perlu melakukannya, sungguh aku tidak akan meminta hal itu. Dia menghilangkan penat dengan berkumpul bersama temannya, sepertiku saat bersama Raden dan Sakya. Hanya saja, kali ini temannya itu sesat.

"Papi juga janji enggak akan buat kamu sedih lagi," sambungnya. Kali ini berhasil membuat hatiku bergetar, sebentar lagi terdengar bunyi nada sambung seperti ponsel.

"Ngelawak." Nael mencibir.

"Guinandra janji enggak akan berantem lagi." Aku pun memiliki janji padanya.

"Takut gantengnya berkurang?" tebaknya membuatku terkekeh.

Namun, wajah Nael yang suram seperti lampu kurang aliran listrik membuatku ingin bertanya mengapa. Wajahnya semakin jelek jika seperti itu.

"Gue kangen sama bokap. No! Gue benci karena dijodohin paksa, tapi gue pengen punya bokap kayak Papi lo," ungkap Nael membuatnya terlihat lebih miris.
Kenapa aku menjadi kasihan padanya, semua hilang karena dia meninggal lebih dulu, termasuk kehilangan Auris. Namun, bukankah dia mendapat bidadari lain di surga? Pasti lebih cantik.

"Lo suka makan apa?" Aku berbisik pada Nael.

"Pete."
Kok, sama? Jangan-jangan Nael ikut-ikutan.

"Pi, besok kita masak menu pete, yuk?!" ajakku membuat lelaki gagah yang kumis dan brewoknya telah dicukur terkekeh geli.

"Nanti kalau deket-deket cewek, ceweknya bisa pingsan," cibirnya membuatku dan Nael terbahak.

"Enggak pingsan, paling masuk UGD." Kami kembali tertawa.

Di bangku taman, masih lengkap dengan pakaian rapi dan baju batik yang sama, aku dan Papi terlihat seperti rombongan pengantin gagal nikah. Jangan tanya bagaimana penampilan kami sekarang, tentu aku sangat tampan. Akan tetapi, ini terasa lebih menyenangkan.

"Pi, kita enggak kelihatan kayak pejabat lagi ngaso, 'kan?"

Papi terbahak, kemudian dia menghela napas pelan. "Akhirnya Papi bisa buktiin ke kamu kalau Papi enggak salah."

Aku mengangguk, lalu berucap, "Padahal aku udah nyiapin nama buat calon bayinya. Kalau cowok Boboiboy, kalau cewek Yaya. Kalau cewek-cowok dipanggil singkatnya Boya."

Papi terbahak sampai terpingkal, bahkan Nael juga ikut terkikik meski masih sok tampan. Jadi ingin mengadakan syukuran di rumah karena Papi tidak jadi nikah. Apa itu ide buruk? Sepertinya tidak, sebab aku sangat bahagia dengan kegagalan ini. Ya Allah, baru kali ini ada sebuah kegagalan yang membahagiakan.

Lagi-lagi Papi menghela napas, tangannya terulur mengusap kepalaku. "Pingguin, jadi anak yang baik dan bahagia, Papi janji enggak akan salah sebut kutang lagi."

Papi memang terbaik.

"Kecuali lupa."
Sama aja Bambang.

.

.

****

Btw, ternyata bukan Papi doang yang salah sebut kaus kutang jadi kutang doang. Kemarin ada artis juga ngomong singlet yang dipake cowok itu kutang.

Aneh enggak sih? Dan artis lain enggak benerin omongan dia. Apa sebenernya sebagian orang memang nyebutnya gitu ya?

Ini double up, part 31 & 32. JANGAN DILEWATIN PARTNYA.

Ramaikan VOMENT.

Besok bakal ngapain lagi ya si Guinan?

Guindigo | Pingguin Anak Duda (End)Where stories live. Discover now