Raja Ilyan dan Oscar tertawa menyaksikan dua bocah yang masih saja adu pelotot. Sekarang Raja Ilyan menggendong Putra Mahkota Chan, yang memilih tidak mau kalah dalam hal memelototi lawan, dan berkata, “Chan, katakan ‘Halo’ kepada Cian.”

“Ayah, dia sepertinya tidak menyukaiku,” kata Putra Mahkota Chan. “Lihat saja pandangan penuh angkara itu.”

“Cian, biar Ayah yang menggendongmu,” Oscar menawarkan diri. Dia meraih Cian dan menyerahkan buket bunga kepadaku. “Lihat, Madam Elodile terlihat bersemangat ingin menemuimu.”

Sontak Elodile datang dan menghujaniku dengan ucapan selamat. Dia pun memperkenalkan gadis cilik bergaun putih; gadis itu benar-benar mewarisi kecantikan Elodile, rambut putih dan mata ungu. Kepadaku Elodile berkata, “Besan, perkenalkan putriku, Belle!”

“Sayang, aku belum sanggup berpisah dengan putriku,” Duke Asherah menyela. Dia jelas ingin menangis dan menolak ide Elodile.

“Halo,” aku menyapa, menunduk, menatap langsung kepada gadis cilik yang benar-benar seperti boneka imut. “Apa kau mau buket bungaku?”

Belle tersipu, mengangguk pelan, dan menerima buket bungaku.

“Boleh aku menggendong Belle?”

Elodile tersenyum riang. “Tentu saja, Besan!”

“Sayang, tolong jangan besankan Belle dengan pemuda mana pun!” Duke Asherah berjalan gontai menghampiri Oscar dan Raja Ilyan. “Putriku masih kecil!”

Lantas aku mengangkat Belle, menimangnya, dan mencium pipinya. “Dia sangat imut!”

“Tentu saja,” Elodile menyetujui. “Dia mewarisi kecantikan dan pesonaku.”

Heroine ada dalam gendonganku! Huhuhu aku ingin menculik-eh, maksudku segera mencuci otaknya agar memilih Cian sebagai calon suami.

“Besan,” Elodile memanggil. “Kenapa warna rambutmu berubah? Apa kau memakai produk tertentu?”

“Tidak,” aku menjawab. “Sepertinya tidak ada yang berbeda.”

Elodile mengangguk. “Rambutmu warnanya makin cerah. Seperti tunas muda. Wah aku tidak mengerti, pokoknya ada yang berubah dan ... Besan, jangan nikahkan putramu selain dengan putriku!”

“Sayang, jangan!” Duke Asherah.... Pendengarannya memang tajam.

Lalu, baik Cian maupun Chan langsung melihat ke arahku.

Awalnya aku mengira mereka terpesona dengan si Heroine, alias Belle, ternyata.... Ada bara api di kedua mata bocah itu. Seolah berkata, “Hei, seharusnya aku yang digendong!”

‘Apa aku salah lihat?’

Haha... tidak mungkin. Mereka pasti terpesona dengan Belle. Sama seperti di cerita utama. Mereka berdua akan jatuh hati kepada Belle dan cinta segitiga pun dimulai.

Belle, yang melihat kedua bocah memelototinya, pun langsung membenamkan wajah di pelukanku.

“Belle,” kataku, “kau sangat imut dan manis! Bibi ingin memelukmu selama mungkin!”

“Tentu saja boleh, Besan!” Elodile mengamini, yang tentu saja langsung ditentang Duke Asherah. Kemudian aku dan Elodile pun pergi ke meja jamuan. Pelayan menyajikan kue cokelat dan keju kepada Elodile dan Belle yang ada di pangkuanku. Sementara aku memilih agar-agar dan potongan buah segar.

Sebelum makan, aku menyuapi Belle kue cokelat. Dia benar-benar patuh dan tidak merengek. Hanya saja di suatu sudut aku melihat tatapan sengit Cian dan Chan yang tak kunjung padam.

‘Hei, ada apa dengan kalian berdua sih?’

“Besan, aku dengar ada perubahan cuaca di sekitar Pulau Nicta.”

Pulau Nicta. Seharusnya pulau itu sekarang menjadi salah satu pulau yang bisa dihuni manusia setelah Julian berhasil membereskan monster yang ada di sana. Namun, tampaknya ada perubahan situasi yang berbeda dari cerita asli.

“Aku takut monster dan iblis lain muncul,” kata Elodile sembari mencicipi kue keju. “Terutama yang berwujud manusia. Hanya segelintir saja dari kita, para manusia, yang memiliki kesaktian. Aku hanya mampu memurnikan beberapa pulau kecil, tapi beda cerita bila berhadapan dengan monster kelas atas.”

Belle meringkuk di pangkuanku, membenamkan kepala di dadaku, dan sama sekali tidak keberatan dengan percakapan orang dewasa.

“Wah, putriku menyukaimu,” kata Elodile.

“Dia menyukai semua orang,” kataku.

“Besan, andai raja dan ratu para peri bersedia menampakkan diri, mungkin kondisi kita tidak seburuk ini.”

Aku tidak terlalu paham mengenai spirit dan peri. Selain karena mereka jarang disebutkan dalam cerita, juga karena ada beberapa hal yang membuatku takut menggali lebih dalam terkait identitas Celine.

“Dulu para raja dan ratu peri, dalam berbagai musim, tidak segan menampilkan diri di dahadapan manusia,” Elodile melanjutkan. “Namun, karena suatu hal, mereka memutuskan menghilang, lenyap. Coba bayangkan bantuan yang bisa kita peroleh begitu para peri turun tangan menghadapi iblis dan monster!”

“Madam, saya pikir tidak semua monster ganas.”

“Jarang, Besan. Monster jinak pasti akan memilih melarikan diri dan bersembunyi, sementara yang ganas lebih suka mengunyah kaki kita daripada bicara.”

Aku membelai rambut Belle. Gadis cilik itu tertidur lelap seolah aku telah memantrainya. ‘Hmm mengapa Heroine lengket kepadaku?’

Belum sempat aku menjernihkan pertanyaan dari kepala, tiba-tiba Cian dan Chan menghampiri mejaku, dan keduanya berseru, “Aku juga ingin dipangku!”

‘Hei, kenapa kalian berdua ini?’

***
Selesai ditulis pada 17 Maret 2022.

***
(0_0) Sekarang saya nggak bisa sering-sering makan pedas. Nyesek sumpah.

Salam hangat,

G.C

Survive as Hero's Mother  (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang