30. The Games

3.6K 654 90
                                    

Games pertama sore itu mudah saja

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Games pertama sore itu mudah saja. Judulnya sih team building. Entah nantinya jadi solid atau malah sembelit, itu urusan belakangan. Shabrina menenteng toa, berdiri di tengah lingkaran besar. Tepatnya di halaman belakang sebuah vila sewaan di perumahan Vila Istana Bunga. Mereka bahkan menyewa sampai dua rumah besar untuk menampung seluruh karyawan yang ikut.

Lingkaran yang terbuat pun sudah besar, sampai Shabrina terlihat mungil di tengah-tengah. Sulit pastinya meredakan keributan nyaris seratus manusia dewasa. Pada kenyataannya memimpin plesiran gerombolan anak sekolah dengan pegawai kantoran, bedanya tidak jauh-jauh amat. Sama susah diaturnya.

Sirine dinyalakan sebentar, sampai perhatian tertuju lagi pada Shabrina. "Ayooo teman-teman! Minta perhatiannya sebentar ya, saya mau jelasin permainan pertama kita nih!"

Desas desus was wes wos mulai mereda, dan lingkaran semakin rapat. Shabrina pun tersenyum, dan menjelaskan, permainan yang pertama dia namakan 'ultimate couple'. Jumlah peserta yang hadir kali ini ganjil, sudah dipastikan bakal ada yang tidak dapat kelompok, dan yang gagal mendapatkan tim akan ada hukuman menarik. Mendengar peraturan soal hukuman begitu, semua mata memandang waspada ke kiri kanan. Siap sikut siapa saja, asal diri sendiri selamat.

"Jadi, nanti kalau saya sebutkan angka, kalian harus dengan cepat kumpulkan teman untuk memenuhi kuota angkanya ya! Contoh saya sebutkan lima, berarti dalam satu tim harus ada lima orang, kalau lebih, itu hak kalian mau buang siapa. Orang-orang yang terbuang bisa membuat kelompok baru, selama memenuhi kuota, kalau enggak, mohon maaf tereliminasi ya. Sampai sini, paham?"

"Pahaaaam!"

"Ah gampang ittuuu!!"

"Kuyy!"

Shabrina mengangguk puas. "Strategi bebas, pokoknya setiap kali saya sebutkan angka, kalian hanya punya beberapa detik untuk berkumpul."

"Ada hadiahnya nggak, Shab?" pekik Alvin sambil menempelkan kedua tangan di mulut, membentuk corong.

"Adaa dong! Untuk tim yang bertahan sampai akhir, ada hadiah keren pokoknya! Jadi, jangan ragu-ragu, jangan malu-malu, jiwa kompetitifnya harus dibakar sekarang!"

Semua meng-oke-kan iming-iming si staf HR itu. Kalau sudah dengar istilah hadiah, mata semua orang otomatis menghijau. Padahal disebut saja tidak, entitasnya apa.

"Oke, kita mulai ya! Udah siap kan semuanya?"

"Siaaap!!"

Shabrina melempar pandang ke sekelilingnya, dengan senyuman tipis. Menyadari semua orang sudah punya strategi masing-masing. Antara memanggil-manggil teman segeng yang posisinya jauh, atau berdiri mepet-mepet ke teman sebelah, karena takut ditinggal. Ada juga yang santai-santai saja, masih jongkok.

Mario refleks menggenggam tangan Marsha begitu Shabrina menyebutkan angka tujuh. Marsha menarik Clarissa, dan seperti efek domino, tangan Clarissa meraih tangan Joseph yang di sampingnya. Alvin yang sejak tadi berdiri di samping Mario otomatis menyabet tangan Mario. Mereka bergegas membuat lingkaran kecil, berpisah dari yang lain. Lima orang dalam kelompok mereka. Kurang dua orang.

Ideal CutWhere stories live. Discover now