16. The Group

3.9K 698 87
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Clarissa tertawa.

Yudis adalah bagian terlucu dari situasi komedi hidupnya. Gadis itu malah terbahak-bahak sampai kepalanya mendongak. Beberapa jam lalu ia mengira Yudis yang akan tertawa setan di hadapannya, tapi hidup selalu penuh kejutan kan? Detik ini justru Clarissa yang tertawa ala penjahat.

"Lo bales dendam, kan?" Derai tawanya masih belum bisa berhenti. Butuh beberapa detik sebelum kotak tertawa Clarissa bisa melambat. "Eh, sumpah demi apapun ya, gue minta maaf, tadi siang bikin lo repot, bikin lo malu. Cuma, please, jangan begini banget bales dendamnya, gue nggak sanggup!"

Yudis masih memandangi Clarissa seolah gadis itu adalah mainan rusak. Sebelah alisnya melenting, mungkin tak paham dengan logika Clarissa yang agak unik. "Lo bisa nggak gini aja mikirnya, simple aja sih, gue minta makan, bukan minta celana."

"Oke, oke yaudah nanti gue pesenin grab food ya, bilang aja mau pesen apa, atau mau lo yang pesen, gue yang isiin ovo lo deh!" timpal Clarissa.

"Makannya bareng lo."

Kotak tertawa Clarissa sudah benar-benar padam, dan helaan napas terdengar. "Tadi siang kan udah makan bareng gue?"

"Ralat," potong Yudis, "makan berdua elo."

Clarissa tampak berusaha keras untuk memasang tampang netral. Ujung bibirnya berkedut-kedut. Sementara Yudis mengangkat dagunya, dan tersenyum tipis. "Gimana? Deal?"

"Nggak," Clarissa mulai memutar heels-nya sambil menggeleng pelan.

"Oi, minggu depan ultah gue, bisalah dinner, daripada lo pusing-pusing nyariin kado buat gue?"

Clarissa menghentikan langkahnya lagi, "Nggak ada rencana juga gue beliin lo kado! Nggak usah ngarep! Oh iya, tapi kalo lo mau anggep tuh celana sama sempak sebagai kado ultah lo juga nggak papa sih, up to you!"

Yudis terkekeh pelan. "Oke, minggu depan hari sabtu kebetulan lho, Clar, gue kasih tahu aja duluan, biar nggak kaget!"

Clarissa tak mengindahkan Yudis, tangannya tampak buru-buru meraih pintu rooftop, lalu punggungnya melebur dengan kekosongan. Meninggalkan Yudis yang masih tersenyum asimetris.


***


MARSHA AND THE BEARS


Alvin added Yogi

Alvin added Ray

Avin added Marsha

Ideal CutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang