8. The Argument

5K 793 68
                                    

Ups! Tento obrázek porušuje naše pokyny k obsahu. Před publikováním ho, prosím, buď odstraň, nebo nahraď jiným.


Vote-nya jangan lupaa manisss


Jam makan siang saja belum, tapi Marsha sudah mengomel pada seorang buyer produk alat tulis kantor. Gadis itu dikomplain habis-habisan oleh customer-nya, PT. Badai Pasti Berlalu, karena pasokan kertas HVS mereka sudah melewati timeline kedatangan yang dijanjikan.

"Ya gimana, Mar, ada keterlambatan dari distributor. Vendor-nya aja udah baik banget ini mau anterin langsung ke gudangnya customer, padahal harusnya kita ada screening dulu di warehouse. Gue udah minta izin juga buat ma—"

"Wait!" potong Marsha. "Lo mesti lihat ya, ini chat-an customernya, lo baca sendiri deh!" Ia menyodorkan layar ponselnya, agar gadis di meja bisa membaca lebih jelas repetan sumpah serapah orang purchasing dari PT. Badai Pasti Berlalu.

Gadis berkacamata itu mengernyitkan wajahnya, selagi membaca pesan di layar Marsha yang bunyinya begitu konyol. 'Mbak Marsha, stok kertas di kantor kami sudah habis, kalau siang ini tidak sampai juga, kami batalkan saja purchase-nya, Anda tidak profesional!'

"Idih, masa iya nggak ada stok sama sekali, sih? Lebay aja ini sih customer-nya, Mar! Suruh pake kertas bekas aja dulu, sehari doang masa sih nggak mau nunggu?" oceh Leni si buyer berkacamata.

Marsha memutar bola matanya secepat kilat, "Lo pikir? Gue bisa seenak udel apa ngomong begitu sama customer? Ya kali?? Sekarang kenapa dari distributor bisa telat kirim ke vendor, Len? Bukannya lo yang telat PO ke vendor?"

"Loh, kok lo jadi nuduh gue gitu? Gue udah ngerjain sesuai SOP, Mar! Begitu Sales Order masuk ya gue langsung kerjain, SLA* kita juga kudu cepet kali!" bantah Leni.

"Ya mana gue tahu! Gue nggak bisa ngecek juga sistem lo beda sama gue," seru Marsha tak mau kalah. 

Tim Sales kebetulan punya sistem yang berbeda untuk memproses Purchase Order dari customer agar berubah menjadi Sales Order. Nomor Sales Order itulah yang nantinya akan dilanjutkan oleh tim buyer untuk dicarikan vendor dengan harga terbaik. Permasalahannya di sini, tim buyer yang di berada di bawah payung tim merchandising juga punya sistem sendiri, sistem yang tidak bisa disentuh oleh divisi sales. Hal ini seringkali menjadi momok antara divisi merchandising dan sales. Gonjang-ganjing Marsha dengan Leni ini adalah sedikit contoh dari sekian banyak kejadian yang jadi makanan sehari-hari di SV Commerce. Ibarat Negara Api yang menyerang tanpa peringatan, tim sales selalu datang ke meja merchandising antara bawa masalah, atau bawa sedekah.

Dodo yang baru balik bertapa dari kamar mandi, terheran-heran karena ada mini konser kecil di dekat mejanya. Marsha dan Leni kelihatan seru. Dodo pun mendekat, mau dengar, Drama Cina mana yang lagi digibahin sama Marsha dan Leni. "Hai guys! Seru banget nih kayaknya! Gabung deh gue!" candanya.

"Mas Widodo! Ini nih, Marsha masa nuduh gue nggak ngerjain SO-nya dia tepat waktu dong! Lah orang gue udah ngejar-ngejarin vendornya kok, mau gimana lagi kalo supply dari pabriknya ada delay?"

Ideal CutKde žijí příběhy. Začni objevovat