24. The Secret

3.7K 654 83
                                    

Yudis memandangi ke depan dengan tatapan kosong, nyaris tak berkedip

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Yudis memandangi ke depan dengan tatapan kosong, nyaris tak berkedip. Di depan sana Clarissa dengan lancar menyampaikan target timnya untuk kuartal 4, tahun ini. Tim Clarissa kuartal kemarin berhasil tembus target, dan kuartal sekarang mereka harus mempertahankan pencapaian sebelumnya, syukur-syukur kalau lebih. Entah apa yang diperhatikan Yudis lekat-lekat, power point yang tengah bergerak dinamis, atau Clarissa yang mengenakan atasan berwarna peach dengan rok span broken white? Rambut gelombangnya rapi, dari jauh saja kelihatan lembut. Tidak tampak sedikit pun risau di wajah Clarissa, sejak tadi penuh percaya diri menjawab pertanyaan-pertanyaan Sammy, atasan mereka. Mungkin memang Clarissa seprofesional itu, sementara Yudis tadi justru tidak fokus dan presentasinya dikritik habis-habisan oleh Sammy karena banyak detil yang terlewat.

Bagaimana Yudis mau fokus tadi, kalau yang duduk paling depan adalah Clarissa. Dan yang berputar di kepala Yudis justru kejadian sabtu kemarin? Bagaimana mata berkaca-kaca itu memandang Yudis penuh dengki, dengan jelas bibir itu mengucap seberapa benci. Yudis jelas tidak sempat mengucap maaf karena gadis itu sudah meninggalkannya bahkan sebelum makanan pembuka sampai di meja mereka.

Apa memperbaiki keadaan sudah semustahil itu?

Yudis mengerjap, karena tim sales yang lain tengah bertepuk tangan, mengembalikan fokus Yudis ke ruangan. Semua anggota tim ada di ruangan ini, mulai dari tim Yudis, Clarissa, dan Joseph. Ketika pandangan Yudis kembali ke depan, Clarissa sudah digantikan Joseph. Kepala Yudis melongok ke barisan depan, ternyata Clarissa sudah duduk manis lagi di samping Marsha. Kelihatannya mereka sibuk sikut-sikutan sewaktu Joseph mempresentasikan pencapaian timnya di kuartal sebelumnya. Tentu Yudis tidak bisa dengar bisik-bisik mereka di depan sana, tapi ujung bibirnya mulai naik, karena Clarissa tampak baik-baik saja, setidaknya.

***

"Hei," sapa Yudis pada Clarissa, ketika sebagian besar tim sudah keluar dari ruangan.

Gadis itu melirik sebentar sambil membereskan laptopnya, mengendikkan kepalanya singkat, lalu berjalan lebih dulu ke pintu. Marsha sudah menunggunya di depan pintu rupanya, jadi langkah Yudis tertahan untuk mengikuti Clarissa lebih jauh. Hari ini tampaknya tidak terlalu baik kalau Yudis bersikeras meminta waktu Clarissa. Yudis pun hanya bisa memandangi punggung Clarissa menyeberangi lorong, dalam diam.

Marsha berjalan mepet sekali dengan Clarissa, seolah takut bila ada celah, pertahanan terbaik mereka akan runtuh begitu saja. Langkah mereka lebih panjang dari biasanya. Begitu tiba di coffe shop lobby, keduanya meletakkan laptop dengan tampang lega. Marsha inisiatif memesankan americano untuk Clarissa, dan latte untuknya sendiri. Hingga pesanan mereka siap diminum, keduanya tak bersuara.

Keduanya seolah sama-sama tidak tahu harus mulai cerita dari mana.

Clarissa menyesap ice americano-nya banyak-banyak, sebelum bertanya pada Marsha. "Joseph kemaren sama cewek, kata lo?" Menyambung dari info sepotong yang disampaikan Marsha kemarin malam, itu pun karena mereka berdua sama-sama lelah dan mengantuk, jadi sepakat untuk melanjutkannya saja di hari Senin.

Ideal CutWhere stories live. Discover now