"Gak mau, gue mau sama gebetan gue." kata Nata pelan.

"Oh punya gebetan, pantes, it's oke it's oke, tetep pulang, gue udah banting jam tidur gue demi ke rumah lo, enak aja lo enggak ngehargain gue."

"Dibilang enggak! Gak usah maksa, ya."

"Kenapa, Nat?" tanya Jihoon yang tiba tiba mendekat.

Nata refleks menjauhkan handphone dari telinganya.

"Kak? Enggak ini, orang aneh nyuruh gue pulang, padahal gue mau makan batagor dulu." jawab Nata.

"Orang rumah?" tanya Jihoon.

"Eeee... I-iya orang rumah." jawab Nata gugup.

Jihoon langsung mengambil handphone Nata, "Halo permisi, Nata nya masih sama saya, aman kok, kita mau makan batagor dulu, ya? Habis itu saya antara Nata pulang." kata Jihoon ramah, meskipun ia enggak tahu siapa orang di sebrang panggilan itu.

"Nih," Jihoon menyerahkan handphone itu kepada pemiliknya.

Nata menatap tak percaya kearah cowok yang berusia dua tahun lebih tua darinya itu.

"Ayo." ajak Jihoon sembari meraih tangan kanan Nata, dan membawanya ke motor.

"Btw es kelapa nya juga gak sih?" tawar Jihoon sembari sibuk memasang helm nya.

"Boleh." jawab Nata seadanya.

"Eh bentar, Nat, sini gue pasangin." Jihoon bergegas mengambil helm ditangan Nata.

"Kak, gak usah, gue gak cacat, bisa masang helm sendiri." cibir Nata.

Jihoon terkekeh, "Gemes deh lo." katanya.

Nata mengulum bibirnya kedalam, dibandingkan dibilang cantik, Nata jauh lebih salting kalo orang bilang dia gemes.

Nata buru buru menutupi rasa saltingnya, "Batagor kalo minumnya es boba, enak gak ya kira kira." Nata berceletuk.

"Es boba-nya enak, tapi agak kurang nyambung sih menurut gue kalo disandingkan sama batagor, batagor nya berasa murahan." Jihoon tergelak.

"Batagor shaming, parah lo kak." Nata menunjuk Jihoon dengan ekspresi serius yang dibuat buat.

Kemudian keduanya tergelak, sebelum akhirnya Jihoon naik keatas motor, dan keduanya mulai melaju dengan kecepatan normal.

"Kak gue mau nanya deh, tapi nanti pas udah nyampe di batagor." kata Nata kepada Jihoon.

Jihoon hanya mengangguk dan kembali fokus dengan jalanan.

Tidak terlalu lama, akhirnya Nata dan Jihoon sampai, Jihoon langsung memarkirkan motornya dengan rapi, dan setelah itu ia meraih tangan Nata dan membawanya menuju penjual batagor.

"Bang, batagor nya dua ya, yang satu cabe nya banyakin, yang satunya jangan pake cabe, ya, terus es kelapanya dua, tapi satu enggak pakai jeruk nipis ya bang." Jihoon menyebutkan pesanannya secara detail.

"Siapppp." sahut penjual bersemangat dan sudah sibuk menyiapkan pesanan yang baru saja Jihoon ucapkan.

Setelah itu Jihoon menggiring Nata menuju sebuah meja yang tidak terlalu ke pojok untuk menikmati batagor nya.

"Kak, kali ini BMM aja, ya?"

Fyi, BMM = Bayar Masing Masing.

"Kenapa?" Jihoon menatap Nata setelah duduk di kursi nya.

"Enggak enak aja kalo tiap jajan diluar kayak gini, lo selalu traktir gue." jawab Nata seadanya.

"Padahal gue gak papa." sahut Jihoon sambil tersenyum.

"Tapi kali ini mau BMM."

"Oke oke, kali ini gue enggak traktir lo." akhirnya Jihoon mengiyakan kemauan Nata. "Btw lo tadi mau nanya kan?"

"I-iya..." jawab Nata terlihat canggung.

"Tanya aja." ujar Jihoon.

"Sebelumnya gue minta maaf kak, tapi beneran pengen tau aja, sejauh apa lo nganggep gue..."

Jihoon hanya diam dan menyimak ucapan Nata.

"Gue sama lo itu apa sih, kak?" tanya Nata menatap Jihoon serius.

Raut wajah Jihoon pun perlahan menjadi serius, yang tadinya dihiasi senyum, sekarang berubah menjadi ekspresi dingin yang tidak Nata ketahui maknanya.

"Gue cuman mau tau aja, menurut lo, gue itu apa, kak." ulang Nata.

Jihoon menarik napas, dengan hati hati ia menjawab, "Adek sekaligus temen gue?" katanya juga tak yakin.

Seketika napas Nata tercekat, tiba tiba saja rasanya sesak, ternyata anggapan Jihoon tentang dirinya hanya sampai disitu.

"O-ohhh, haha, iya adek sekaligus temen, kalo lo kakak sekaligus temen." kata Nata hambar.

Batagor dan minuman pesanan mereka datang.

"Kenapa tiba tiba nanya?" tanya Jihoon tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Eeee enggak kak, gak papa, kan gue udah bilang, pengen tau aja." jawab Nata benar benar kikuk.

Jihoon mengangguk angguk pertanda paham dan tak mau membahas ini lebih lanjut lagi.

Nata menunduk, "Hahaha, salah Nat, lo salah banget suka sama kak Jihoon, tolol Nat, hampir tiga tahun di friendzone in, tolol banget." maki Nata dalam hati.

"Sialan, mau nangis gue, alesan apa, ya buat pulang?"  batinnya mencari cari ide mau pulang.

"Eh kak, habis ini gue langsung pulang ya? Kasian temen gue nungguin nih, kata nyokap." bohong Nata.

"Ohh yaudah, nanti gue anter."

"Enggak, gak usah, gak usah, gue pulang sendiri aja, kak." tolak Nata.

"Gak papa emang?"

"Iya, gak papa, suer gue, beneran gak papa."

"Tapi ini gue yang bayar, alias gak jadi BMM."

Nata terlihat berpikir sebentar, hingga akhirnya mengangguk saja karena merasa tidak ada pilihan lain dan tidak mungkin juga berdebat dengan Jihoon hanya karena ini.




To be continued

Hallo...
Scene Nata dan Hyunsuk nya masih sedikit ya di part part awal ini, karena saya mau ceritakan dulu bagaimana kehidupan asmara Nata dengan Jihoon. Hehe.

Jujur nih si Jihoon ini bias wrecker saya sebenarnya.

Dijodohkan || Choi HyunsukWhere stories live. Discover now