Chapter 01

518 53 0
                                    

Mengerjapkan matanya bingung, seorang gadis melihat kesana-kemari dengan kerutan di dahi nya. Sebuah alat pendeteksi detak jantung begitu nyaring mengisi kesunyian yang ada.

Gadis itu menatap langit-langit ruangan yang serba putih dan bau obat-obatan yang begitu menyengat. Sudah di pastikan bukan gadis itu sekarang ada di mana?

Menggerakkan tangannya mencoba mencari bantuan. “Sayang kamu udah bangun?” tanya seorang wanita paruh baya yang baru saja datang.

Menyerengitkan keningnya bingung, gadis itu menatap heran wanita paruh baya yang terlihat begitu bahagia saat melihatnya terbangun. Gadis itu masih menatap bingung sekitar, bukankah terakhir ia berada di kamar kost nya setelah selesai membaca novel. Kapan ia kecelakaan?

Tak lama suara grasak-grusuk terdengar dan muncullah seorang dokter dengan dua perawat di belakangnya.

“Nona Lauren telah melewati masa kritis nya nyonya, dan sekarang nona Lauren sudah bisa di pindahkan ke ruang rawat inap.” ujar dokter itu setelah mengecek keadaannya.

Gadis itu terlihat bingung ketika sang dokter bilang bahwa namanya adalah Lauren, ingin protes namun suaranya seakan tertahan di tenggorokannya.

“Hei aku Dila, bukan Lauren kau telah salah mendiagnosis seseorang dokter.” teriaknya, namun percuma tak ada yang mendengar teriakannya itu.

Tak lama semua alat yang menempel di tubuhnya di lepas, gadis itu langsung saja di pindahkan ke ruang rawat inap VVIP.

Setelah selesai memindahkan dirinya, para perawat tadi pamit pergi dan meninggalkan dirinya dengan seorang wanita paruh baya yang menatap haru dirinya.

“Astaga mama seneng akhirnya kamu bangun sayang, kamu tau mama rasanya ingin mati ketika mendengar kamu mengalami kecelakaan.” ujar wanita itu dan menggenggam sebelah tangan gadis itu.

“Ha—haus.” ujar gadis itu pelan, namun sang wanita paruh baya tadi langsung segera memberikan apa yang putrinya inginkan.

“Kamu haus? Sebentar.”

Ketika air sudah membasahi kerongkongan nya, gadis itu meminta wanita tadi mendudukkan dirinya yang langsung di bantu oleh wanita yang memanggil dirinya mama.

Wanita paruh baya itu langsung mendudukkan dirinya di sebuah kursi dekat brangkar dan menggenggam tangan anak gadisnya.
“Jangan lakukan itu lagi Lauren, jangan membahayakan dirimu lagi ya sayang, mama takut, mama takut kehilangan Putri semata wayang mama yang cantik ini?” ujar wanita itu dan menangis sesenggukan menatap wajah anaknya yang penuh luka.

“Maafin aku.” hanya kata itu yang mempu keluar dari mulutnya, karena sejujurnya gadis itu masih bingung dengan apa yang terjadi.

“Gapapa sayang, sekarang kamu istirahat ya. Mama mau kabarin papa sama kakak-kakak kamu,” ujar wanita itu dan segera pergi dari ruangan miliknya.

Gadis itu langsung saja turun dari brangkar tempat dirinya tidur dan berjalan tertatih, ketika di depan cermin gadis itu hendak berteriak namun mulutnya dengan cepat ia bekap. “Ini bukan raga gue, ini di mana?” monolog nya dan menatap bingung. Wajah di depannya itu nampak begitu tak asing.

Dila mematung di depan cermin itu hingga ia tak sadar ada yang membuka pintu ruangannya dan munculah satu gadis berseragam SMA dengan buah di tangannya.

“Lauren, yuhuu katanya Lo udah sadar.” teriaknya masih tak menyadari seorang gadis yang berdiri mematung di depan cermin.

Ketika berbalik, gadis yang berteriak tadi langsung menjatuhkan buah-buahan nya dan langsung berlari menuju gadis yang tengah asik mematung.
“Astaga Lauren, Lo ngapain udah jalan-jalan aja. Sini-sini duduk, astaga Lo itu masih sakit jangan banyak tingkah deh.” omelnya dan menyeret Lauren ke brangkarnya kembali.

“Kamu siapa?” tanya Lauren berbisik, membuat gerakan gadis tadi yang masih membantu Lauren duduk terkejut.

“Hah. What? Lo gak kenal gue? Seriously? Lauren ini gue Chika temen lo yang cantiknya tiada duanya. OMG, apa yang Lo lakuin ke gue itu jahat, jahat banget Lau.” ujar gadis itu mendramatisir.

Gadis bernama Chika tadi kembali mengambil buah-buahan yang ia bawa dan meletakkannya dengan emosi.

“Maaf tapi gue bener-bener gak tau Lo siapa.” ujar Lauren dan menundukkan kepalanya sambil memainkan jemarinya ketika gugup.

Chika melotot kan matanya dan langsung saja gadis itu memeriksa kepala Lauren dan berteriak memenuhi ruangan Lauren.

“Ya ampun, Dokter dokter ini kenapa temen saya gak inget sama saya? Dokter cepet dong!!” ujarnya heboh, namun sedetik kemudian gadis itu terdiam.

“Aishh kan ada tombol darurat kenapa juga gue harus teriak.” Chika yang menyadari kebodohannya langsung bersikap seolah-olah tak terjadi apapun. Gadis itu dengan tak sabaran menekan tombol darurat hingga tak lama datanglah beberapa perawat dan dokter.

“Apa ada keluhan nona?” tanya dokter itu dan langsung saja memeriksa keadaan Lauren. Namun para dokter dan suster tak menemukan hal-hal janggal.

“Nona Chika, nona Lauren baik-baik saja, ia tak apa-apa sekarang.” ujar dokter itu mencoba bersabar dengan tingkah kelakuan dari anak pemilik rumah sakit tempatnya bekerja.

“Gak apa-apa gimana? Lauren lupa sama gue, bahkan dia gak inget sama gue. Pokoknya gue gak mau tau, Lauren harus inget sama gue lagi titik ga pake koma.” ujar gadis itu dan menatap dokter itu dengan tajam.

Dokter menyerengitkan keningnya bingung, dan mulai kembali memeriksa keadaan Lauren. Tak lupa juga dokter itu memeriksa kepala Lauren.

“Sepertinya akibat benturan yang di alami nona Lauren akibat kecelakaan Minggu lalu membuatnya kehilangan ingatannya. Oleh sebab itu nona Lauren tak mengingat anda nona!”

“Apa?! Bukanya waktu itu Lo bilang Lauren gapapa, dan gak ada tuh acara hilang ingatan segala.”

“Maaf nona, sepertinya waktu itu saya keliru.”

Lauren yang menjadi objek kedua orang di depannya hanya menatap bingung. Hilang ingatan? Kecelakaan? Lauren? Lauren. Dila melototkan matanya dan tak lama sebuah ingatan menghantam nya bertubi-tubi membuat kepalanya sakit.

Chika melotot kan matanya dan langsung menghampiri Lauren. “Lau, lo kenapa? Lauren jawab gue, heii aduh jangan gini dong. Lau lo buat gue takut tau ga.” ujar Chika panik, buru-buru dokter tadi langsung menangani Lauren hingga akhirnya Lauren kembali pingsan.

“Lauren bangun Lau.” Chika berteriak dan mengguncang tubuh gadis itu, tak lama mama dari Lauren masuk dan langsung terbelalak melihat putrinya kembali pingsan.

“Lauren, Lauren kenapa Chika?” tanya mamanya Lauren panik.

“Aku gak tau Tante, Lauren tiba-tiba aja gini.”

To be continued.

Hallo gimana chapter satunya, maaf ya dialog Lauren belum aku kasih.

Jangan lupa vote, komen, share dan follow okay.
See you papay🌻

Not an AntagonistWhere stories live. Discover now