"Gapapa dikit aja". Paksa rio.

"Enggak nanti aja". Akhirnya rio tidak jadi membuka kardus brownis tersebut.

"Oh iya ini mau gue tinggal atau kalian mau bicara sama devina aja?". Tanya rio kepada mereka kecuali devina.

"Bang rio disini aja gapapa deh kayanya". Ujar wikan kepada rio.

"Serius?".

"Iya bang lo disini aja gapapa kok". Jawab iskak agar rio tetap disana supaya nanti mereka tidak salah jawab ketika devina bertanya maupun menjawab.

"Oke kalo gitu. Kalian ngobrol aja gausah canggung. Gue juga mau main PS ini. Lanjut gih". Ujar rio sambil menyalan TV didepannya dan membiarkan mereka ngobrol kembali.

"Dev lo masih inget nama gue kan?". Tanya wikan.

Devina pun hanya terdiam dan mencoba mengingat.

"Feby?. Eh kok feby. Sory. Siapa gue lupa lagi". Jawab devina dengan sedikit senyuman karena yang ia tau cuma feby.

"Gue wikan dev ya ampun". Jawab wikan dengan sabar karena dia masih memaklumi kondisi devina.

"Kalo gue, lo pasti inget lah dev. Orang paling kece se kampus". Ujar william dengan gaya tengilnya.

"Lo siapa gue gatau". Jawab devina dengan senyuman kecil dengan raut wajah bingung.

"Lah njir dia gatau siapa gue".

"Kalo gue lo pasti inget dong dev". Tanya iskak kepada devina.

"Siapa ya? Asep bukan?". Jawaban devina membuat tertawa orang yang ada disana termasuk rio yang fokus dengan PS nya namun ikut ngakak dengan jawaban devina.

"Lah, gue disamain sama asep beda jauh lah dev. Itu mah asep yang satu kelas sama lo. Kita mah beda kelas". Ujar iskak dengan nada bicara kesal.

"Muke lu sama asep keknya hampir sama - sama mirip kak". Ujar william masih menertawakan iskak yang disamakan dengan asep teman sekelasnya devina.

"Duh sory gue gatau. Gue ingetnya malah asep". Ujar devina dengan tawa kecil juga.

"Gue iskak dev fahrudin iskak aldiansyah jurusan otomotif satu angkatan sama lo cuma beda kelas. Gue sekelas sama william dan arsen. Udah jelas?".

"Ohh".

"Lah gue jelasin panjang lebar jawabannya oh doang buset". Ujar iskak sudah kesal lalu meminum minuman yang tadi sudah di sajikan oleh pembantunya devina.

"Haduh sory ya gais gue bener - bener masih lupa lupa inget. Otak gue masih ngelag banget. Ibarat jaringan mah masih E belum H+".

"Anjir otak lo serasa di hutan amazon tapi orangnya di jakarta". Ujar william.

"Dari tadi diem mulu sen, gantian nanya ngapa". Ujar wikan sambil menyenggol pundak arsen yang duduk disebelahnya.

"Gue juga bingung mau nanya apa?". Jawab arsen dengan raut wajah datar.

"Dia siapa?".tanya devina sambil melihat kearah arsen.

Arsenpun hanya terdiam sambil melihat ke arah devina juga.

"Jawab dong sen. Diem mulu anjir". Ujar wikan sambil memakan cemilan yang ada di meja.

"Gue arsen". Jawab arsen dengan raut wajah yang masih datar tapi tatapan tertuju kepada devina.

"Ohh anser". Jawaban kedua devina membuat tertawa mereka lagi.

"Woilah dev cape gue ketawa mulu". Ujar wikan sambil terguling guling ngakak di sofa.

EccedentesiastWhere stories live. Discover now