Kebenaran

430 32 0
                                    

Enjoy to reading!
_..._..._..._..._..._..._..._..._..._...

"Gimana, gimana?"
"Gimana kemaren acara jalan berduanya?"
"Lo minta dua permintaan apa?"
"Lo seneng, kan?" pertanyaan demi pertanyaan tidak ada habisnya Zara lontarkan pada Sandra. Diva juga ikut penasaran, dia menunggu jawaban apa yang akan Sandra berikan.

"Kalian, tuh,"
"Gue kemaren hampir keceplosan tau gak?!" bagaimana tidak, Sandra tidak mungkin mau menyia-nyiakan kesempatan untuk kedua kalinya. Dia hanya mengikuti alur yang sudah kedua sahabatnya itu rencanakan.
"Lagian harusnya sekarang gue yang harus nuntut penjelasan ke kalian. Kok bisa kertas yang gue kasih ke Sevix nilainya seratus?"
"Aslinya kan nilai gue pas KKM."

"Iya, iya, maafin kita deh." ungkap Zara akhirnya, kini terungkap bahwa ternyata Zara adalah dalang di balik semua ini.

Sandra merotasikan bola matanya malas, sorot matanya berhenti pada bola mata Zara. Dia menuntut penjelasan itu pada Zara. "Jadi, kemaren gue sama Diva--"

"Eh! kok gue?!" sanggah Diva tidak terima.

"Emang siapa lagi?!" Zara juga tidak mau kalah, nada bicaranya sama ngototnya dengan Diva.

"--Ya, kan. Gue cuma di suruh sama lo."

"Ini mau berantem apa mau ngasih pembenaran, hm?"

Mereka berdua langsung mengehentikan perdebatan itu karena menyadari Sandra benar-benar serius kali ini.

"Niat gue cuma bantu lo, San. Gak lebih."
"Iya, deh, yang nyaranin buat nuker jawaban di atas meja lo pake lembar jawaban Diva yang nilainya seratus itu gue." Diva hanya mengangguk-anggukan kepalanya. Menyetujui apa yang Zara katakan.

"Tapi gak gitu caranya."

Zara dan Diva saling pandang, mereka berdua semakin merasa bersalah pada Sandra.

"Tapi,-"
"Makasih." sambung Sandra. Diva mengangkat kedua alisnya, "-Ya. Makasih karena niat kalian mau bantu gue udah berhasil. Gue seneng."

Ketiga sahabat itu saling berpelukan. "Dan gue janji, gue bakal lebih giat buat belajar lagi."

"Wah, nah, gitu dong." sorak Zara dengan antusias sembari mengacungkan kedua jempolnya.

"Kemaren lancar kok. Lancar banget malah." jawab Sandra apa adanya.

-

"Kak Sevix, aku udah nentuin dua permintaan itu."

"Apa?" balas Sevix.
"Tunggu. Lo kalo makan ice cream kayak bocah." Sevix mengusap coklat yang menempel di ujung mulut Sandra.

Hal ini jelas tidak akan menjadi sesuatu yang biasa saja bagi Sandra, apalagi orang yang melakukan itu adalah Sevix. Sebenarnya tidak ada yang benar-benar biasa saja bagi Sandra terutama segala hal yang bersangkutan dengan Sevix. "M-makasih." ujar Sandra gugup.

"Hm. Lanjutin yang tadi."

"Permintaan aku gak banyak, gak aneh."
"Aku cuma pengen kakak selalu ada di samping aku kapanpun. Selamanya."

"H-hah?"
"Kenapa lo minta itu, San?"

"Karena aku mau, hubungan kita gak satu tahun dua tahun. Kalaupun takdir harus memisahkan kita. Semoga perpisahan itu masih jauh jaraknya."

"Gue pasti selamanya ada di sisi lo, buat jadi teman lo."

"T-teman. Iya, kak." Sandra tidak mengerti, ada rasa sesak yang tertahan di dalam hatinya. Rasanya sulit menerima kenyataan bahwa barusan Sevix baru saja menganggap dirinya hanya sebatas teman.

Kakak KelasWhere stories live. Discover now