22. Can You Believe in Me?

303 59 34
                                    

Setelah huru-hara kejadian soal Kezia di kantin, Winter tetap berusaha buat fokus sama kegiatannya.

Termasuk les privat yang malam ini jadwalnya disatuin jadi bareng Asahi sama Mashiho.

Terhitung 4 hari nggak teguran, Winter sama Asahi berusaha biasa aja di depan guru les meskipun kentara banget kalau mereka nggak saling ngobrol.

Sekitar jam 8 les selesai. Mashiho langsung pamit pulang disusul Winter yang langsung siap-siap juga.

"Kamu mau langsung pulang juga?" tanya Asahi waktu lihat Winter beresin alat tulisnya.

"Iya," jawab Winter tanpa noleh.

Asahi diam sejenak kemudian ngangguk. "Bentar ya, aku mau ke toilet dulu."

Winter nggak nyahut. Sedangkan Asahi langsung berdiri dan masuk ke dalam toilet yang ada di perpustakaan kecil di kamarnya.

Cewek itu nebak-nebak apakah Asahi mau ngajak dia bahas soal masalah kemarin...

Lagi asyik mikir tiba-tiba pintu perpustakaan kebuka, Ms. Cassie muncul di sana dan langsung duduk di sofa di depan Winter.

"Winter, kamu yang bikin surat buat temen klub Asahi?"

Winter diam dengar pertanyaan Ms. Cassie. Matanya yang berkaca-kaca natap Ms. Cassie yang juga lagi ngeliatin dia.

Kenapa ya kok jadi begini...

Padahal Winter nggak kenal sama sekali sama Kezia. Winter bahkan nggak ingat kalau dia yang ngomongin Asahi waktu itu. Gimana bisa dia kenal ayahnya Kezia kalau Kezianya aja dia nggak kenal?

Dari tadi siang sejak banyak siswa Lazu mulai ngomongin ini, Winter pengen banget bilang kalau bukan dia yang ngelakuin. Winter pengen teriak sekeras-kerasnya dan bilang kalau dia nggak ngelakuin itu.

Tapi nggak bisa.

Untuk sekedar bilang 'bukan aku' aja dia nggak sanggup. Mau nangis juga nggak bisa. Akhirnya dia cuma diam.

Tapi malam ini, setelah dengar pertanyaan Ms. Cassie, tiba-tiba aja rasa sesak yang Winter rasain dari tadi siang meluber keluar.

Sedetik kemudian, air mata yang sudah dari tadi siang mau Winter keluarin akhirnya keluar juga. Cewek itu nangis sambil nutup muka dengan dua tangannya.

"Bukan aku, Miss," katanya sambil sesenggukan. "Aku bahkan nggak ingat dia yang ngomongin Asahi. Aku nggak tahu ayahnya kerja di perusahaan papa. Aku nggak tahu sama sekali soal dia. Bukan aku yang nulis..."

Winter nangis sejadi-jadinya. Sakit banget rasanya.

Ms. Cassie yang lihat Winter nangis langsung ngerasa bersalah banget. Padahal niatnya cuma nanya ke Winter, mastiin kalau bukan dia pelakunya.

"Winter maaf, bukannya saya nuduh kamu," ujar Ms. Cassie panik sambil ngusap punggung Winter.

Asahi yang sebenarnya dari awal dengar semuanya langsung keluar dari toilet dan meluk Winter yang masih nangis. Dia natap ke Ms. Cassie dan ngasih isyarat buat ninggalin mereka berdua.

Ms. Cassie menghela napas kemudian ngangguk dan keluar dari kamar Asahi.

Sepeninggal Ms. Cassie, Asahi cuma diam sambil ngusap punggung Winter karena tangisan cewek itu nggak juga berhenti.

Jujur Asahi ikut sakit lihatnya. Terakhir kali Asahi lihat Winter nangis sekeras ini tuh waktu pemakaman Sunny. Winter itu bukan tipe orang yang gampang nangis.

Beberapa menit kemudian, tangisan Winter mulai reda. Dia inhale exhale berkali-kali sebelum akhirnya mundurin badannya tanpa ngelepas rengkuhan Asahi di pinggangnya.

InnefableTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang