09. Petir

424 76 4
                                    

Setelah bel istirahat pertama bunyi, Minju sama Winter pergi ke ruangan Klub Lukis buat ngecek hasil lukisan anak-anak klub kemarin.

Mereka berdua dimintai tolong oleh Giselle, ketua Klub Lukis untuk mencatat nama-nama anggota klub yang melukis semua lukisan yang mereka selesaikan serentak kemarin sore.

Sekaligus nyusun lukisan mana yang mau dijual dan dipajang di ruangan klub dan beberapa ruangan lain di gedung kelas.

"Duh, gue laper," keluh Minju.

Winter yang lagi mencatat nama pelukis dari lukisan yang niatnya mau mereka susun itu menoleh. "Ya udah sana, masih ada sepuluh menit buat ke kafetaria," kata Winter.

"Lo sendirian aja emang bisa?" tanya Minju ragu.

Lukisan-lukisan berukuran 30 x 40 cm itu berat dan jumlahnya banyak, lebih dari 20 kanvas. Menurut Minju, mustahil Winter kuat nyusun semua lukisannya.

"Kan nggak harus diberesin sekarang semuanya," ujar Winter. "Kalau nanti udah mau bel gue tinggal, kok. Udah sana nanti maag lo kambuh," usirnya.

Minju masih ragu buat ninggalin Winter tapi perutnya meronta-ronta minta diisi karena tadi pagi dia nggak sarapan.

"Ya udah gue tinggal, ya. Lo jangan maksa nyusun semuanya pokoknya!"

Akhirnya Minju meninggalkan Winter di Klub Lukis. Cewek itu berjalan menuju kafetaria di gedung kelas 11 yang masih lumayan ramai dengan para siswa.

"Kok sendiri, Winter mana?" tanya Hyunjin yang antri sandwich pas di depan Minju.

"Masih ngurusin lukisan. Gue laper banget tadi pagi gak sarapan," jawab Minju.

Keduanya antri sandwich dan beli air mineral kemudian sama-sama balik ke kelas. Mereka sepakat buat makan di kelas aja karena waktu istirahat sudah hampir habis.

"Mau hujan ya?" tanya Hyunjin setelah keduanya duduk di kursi masing-masing.

Di luar jendela terlihat awan tebal berwarna abu-abu sudah siap buat nurunin air ke bumi.

Minju ikut noleh ke jendela. "Iya, padahal tadi masih panas," ucapnya kemudian matanya membulat setelah melihat kilat muncul di awan.

"HYUNJIN KAYAKNYA MAU PETIR," pekik Minju.

Hyunjin yang tadinya mau nyuap sandwich langsung meletakkan sandwich-nya dan berdiri. "Winter di mana? Masih di ruang klub? Sama siapa dia di sana?"

"Gue gak tau, tadi terakhir dia ngusir gue dia sendirian," kata Minju kemudian mengikuti Hyunjin yang berlari keluar kelas menuju gedung utama tempat ruang klub berada.

Kilat kembali terlihat saat keduanya melewati koridor yang tersambung dengan gedung kelas 12.

Hyunjin menghentikan langkahnya kemudian mengeluarkan ponselnya dan menelepon Asahi lalu lanjut berlari diikuti Minju.

"Asahi lo di mana?"

"Di ruang klub."

"Klub mana?"

"Klub Fotografi. Kenapa?"

"Ke ruang lukis sekarang, Winter sendirian di sana. Gue sama Minju gak keburu, petir bakal duluan muncul."

Asahi memutuskan sambungan telepon sepihak. Hyunjin langsung mengurangi kecepatan larinya karena tahu Asahi pasti langsung pergi datangin Winter.

"Hyunjin kenapa berhenti!!" seru Minju, masih panik.

"Asahi di ruang Klub Fotografi," kata Hyunjin.

"Ah, syukur deh.." Minju menghela napas lega.

Ruang klub fotografi persis berseberangan dengan ruang Klub Lukis. Hanya perlu hitungan detik (kalau berlari) Asahi pasti sudah ada di sana.

InnefableМесто, где живут истории. Откройте их для себя