Dua Puluh Enam || Kebenaran

2.1K 192 324
                                    

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!
SELAMAT MEMBACA
TANDAI TYPO!

JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN!SELAMAT MEMBACATANDAI TYPO!

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

o0o

26. Kebenaran

***

Adnan sedang membaca buku dalam masjid, cowok itu sedang bahagia karena sedang memikirkan sesuatu yang membahagiakan.

Siapa lagi kalo bukan, Nabilla.

Mengingat Nabilla yang sedang marah, cowok itu jadi mendengus geli.

Adnan heran, apa istrinya itu tidak paham dengan perilakunya pada sang istri, kenapa harus bertanya, harusnya Nabilla tau kan kalo Adnan mencintai dirinya. Terlihat dari perilaku cowok itu saja sudah tertebak.

Tapi, sepertinya Nabilla butuh sebuah pengakuan, bukan hanya perlakuan.

Adnan tersenyum geli sendiri, memikirkan apa yang akan ia lakukan dan respon dari Nabilla sudah membuat dirinya bahagia bukan main.

"Stres ini anak senyum-senyum sendiri." Alif menatap ngeri pada Adnan. "Gue jadi makin ngeri sama si Adnan, dia sering senyum-senyum sendiri mulu." lanjut Alif begidik.

Adnan hanya memutar bola matanya dengan malas. Sedangkan Rizky cowok itu sedang alim, sedang khusuk membaca Al-Qur'an tanpa memperdulikan Alif yang mengoceh sendirian.

"Gue mau duluan deh." ucap Adnan menutup buku yang ia baca dan beranjak dari sana.

"Mau kemana, Nan?" bingung Alif.

"Assalamualaikum." pamitnya. Bukannya menjawab Adnan justru pergi begitu saja.

Cowok dengan baju koko hitam dan sarung putih bermotif itu keluar masjid dengan santai. Otaknya terus terpenuhi oleh bayang-bayang istrinya, sedangkan dalam hatinya cowok itu terus berdzikir.

Drt... Drt...

Ponsel Adnan bergetar dalam saku celana pendek di dalam sarungnya, cowok itu melihat sekitar terlebih dahulu sebelum mencari tempat sepi untuk mengangkat telepon.

Semenjak Nabilla hamil, Adnan kemana-mana membawa ponselnya. Takut-takut keluarga ndalem menghubunginya ada kepentingan atau istrinya butuh bantuan.

Adnan merogoh saku celananya, mengerutkan dahi saat Ustadz Aji menghubunginya.

"Assa—"

"Ke ndalem sekarang juga!"

Tutt!

Adnan menatap cengo ponselnya, mengerjap pelan sebelum memasukkan ponsel dalam saku celananya kembali.

"Ustaz Aji kaya panik banget." gumannya kebingungan.

Mendadak perasaan Adnan juga tak enak, pemuda itu sontak berlari menuju ndalem.

Adnan berlari kecil, tak lama merubah langkah menjadi berjalan cepat. Perasaan Adnan menjadi tidak karuan, calon abi itu berubah menjadi gelisah.

I'am Not Muhammad SAW (On Going)Where stories live. Discover now