13 (21+)

83 4 0
                                    

  
Marsya tak ingin tinggal diam, ia mendorong tubuh Devan dan menatap perut sixpack milik pria yang sedang menatapnya dengan penuh gairah. Penis Devan mengacung menantang Marsya.

Marsya terkekeh lalu menduduki perut Devan.Pria itu masih membiarkan Marsya dan ingin tahu apa yang akan di lakukan oleh Marsya selanjutnya.

Perlahan Marsya menyesap leher Devan dengan sensual. Ujung lidah nya mempermainkan kulit leher kokoh Devan, pria itu mengerang dan meremas bokong Marsya. Marsya membuat kissmark di dada Devan dan sontak saja pria itu mendesah. Bokong Marsya tak tinggal diam, ia menggesekan vagina nya di perut Devan dengan seksi.

"Anjir! gila kamu yang!" Desah Devan. Jilatan Marsya turun ke perut dan berakhir di dua bola yang berada di pangkal paha Devan. Ia menjilat dengan ujung lidah nya dan mengocok penis Devan dengan lembut.

"Oh Shit! Gossssss!!" Devan mengangkat bokong nya merasakan kenikmatan yang tiada tara. Marsya yakin Devan adalah petarung yang ulung ketika di ranjang bukti nya pria itu belum menunjukan tanda-tanda akan menyerah. Devan terus mengerang ketika Marsya melahap penis nya ke dalam mulut hangat nya. Cukup lama Marsya bermain dengan benda itu. Perlahan ia melepaskan nya dan memasukannya ke dalam vagina nya dengan perlahan. Marsya tak meneruskan tindakannya ia merebahkan tubuhnya di samping Devan.

Pria itu nampak kecewa namun berusaha mengerti. Kenapa yang?" Tanya Devan. 

"Ngilu Dev." Bisik Marsya. Devan terkekeh.

"Udah kelamaan nggak ya yang?" Tanya nya. Perlahan pria itu mencium dada dan melumat dada Marsya. Ia membuat supaya Marsya merasa tenang dan nyaman. Devan mengecup perut rata Marsya. Lalu kembali turun ke pangkal paha Marsya dan mencium vagina Marsya. Wanita itu kembali mengerang ketik Devan menyentuh klitoris nya dengan ujung lidahnya. Devan mempercepat jilatan nya dan ketika Marsya ingin mencapai orgasme nya, dengan secepat kilat Devan bergerak memasukan penisnya, lalu ia memperlambat gerakan nya karena Marsya mengaduh dan mencengkram pundak Devan.

"Trust me, i'll do it sofly." Bisik Devan. Perlahan ia menekan penis nya hingga sepenuhnya berada di dalam vagina Marsya. Ia memaju mundurkan bokongnya dan tentu saja Marsya terlihat kelojotan di bawah Devan.

"Ah Dev.. Aku---Aku gak kuat." Marsya mendongak.

"Keluarin sayang--- Come on baby!" Devan menjilat leher Marsya. Tak berapa lama Marsya kembali mengerang dan kini terasa sekali cengkraman di penis Devan hingga membuat pria itu tak bisa lagi menahan dirinya.

"Aku mau keluar sayaaaaaang...." Devan menekan penisnya lebih dalam dan menaikan tempo gerakannya. Tubuhnya menggelepar melepaskan cairan nya yang terasa dahsyat.

"Thank you sayang, bulan depan kita menikah." Bisik Devan.

Akhirnya mereka tertidur dengan nyenyak.


***

Jika mengingat akan dosa ya tentu mereka berdosa, namun saat ini mereka tak ingin mengingat itu.

Marsya menggeliat di dalam pelukan Devan. Ia menatap wajah tampan Devan yang sudah membawanya ke dalam kehidupan seksual yang menggairahkan. Berbeda dengan Ragil dulu. Ragil adalah tipikal manusia yang tak mau tahu apakah pasangannya puas? apakah pasangannya ingin suasana yang lain. Ragil tak pernah peduli itu. Dulu Marsya hanya akan melamun dan menatap wajah Ragil yang sudah tertidur pulas sementara ia sendiri tak pernah benar-benar sampai puncak. Tetapi dengan Devan, Marsya merasa di hargai dan di lindungi. Devan akan bertanya, apakah ia kasar dalam permainan nya? apakah Marsya nyaman? 

"Kenapa melamun?" Suara serak Devan membuat Marsya tersadar dan menggeleng pelan.

"Thank you Dev, udah membawa aku ke puncak kebahagian ---kehidupan seksual aku." Marsya membenamkan wajah nya di dada Devan. Pria itu menyambut wanita yang memiliki hati yang baik dan tulus. 

"Dev, apa mami kamu akan terima aku dengan status ku sebagai---janda?" Marsya mendongak.

Devan tersenyum. "sayang, aku ini udah dewasa. Mami aku memang unik dan sedikit cerewet, tapi aku yakin dia akan menerima kamu. Nanti kalo kamu udah siap, kita bicarakan ini ke mami ya." Devan mengusap punggung Marsya menenangkan.

Janji senjaWhere stories live. Discover now