11

51 5 0
                                    

   Dante terkekeh mendengar cerita Devan, saat ini mereka hanya duduk berdua di meja.
"Gue ketemu Tania tadi." Perkataan Dante membuat Devan terdiam sejenak.
"Oh? Gue malah belum ketemu." Sahut Devan.
"Lo masih mau balik sama dia?" Tanya Dante. Devan menggeleng.
"Gak tahu gue.." Suara Devan terdengar lirih tapi masih jelas bisa di dengar oleh Marsya. Tania mengusap punggung Marsya dengan lembut.
"Tunjukin kalo kamu juga bisa jadi yang terbaik untuk Devan." Lusi berbisik. Marsya menoleh pada Lusi model cantik itu mengangkat alisnya.
"Aku tahu seluk-beluk Tania, aku nggak mau sahabatku, Devan dan kamu hancur gara-gara ular betina itu." Lanjut Lusi.
"Percaya sama aku, Tania bukan wanita yang tahu diri, Sya. Jadi kamu harus lawan dia dengan berani tapi elegan." Lusi mengedipkan matanya lalu Marsya pun ikut tertawa. Marsya yang berzodiak taurus sudah lah tentu akan melakukan apa saja demi orang yang dia sayangi. Jangan macam-macam sama wanita berzodiak taurus!.

"Udah, yang?" Tanya Devan.
"Udah." Sahut Marsya.
"Oh ya, Tania itu mantan kamu kan?" Tanya Marsya. Devan menelan salivanya karena terkejut.
"I--iya sih..." sahutnya.
"Tuh orangnya datang ke sini, mungkin mau silaturahmi." Bisik Marsya.  Devan menoleh dan tentu saja wanita tak tahu diri itu sedang berjalan berlenggak-lenggok menuju mejanya. Lusi menyenggol kaki Marsya lalu ia mengedipkan matanya ketika Marsya menoleh.
"Show time.." ucapnya tanpa suara.
Devan menoleh cepat ketika bibir hangat Marsya mendarat di pipinya lalu lengannya yang kekar sedang di peluk oleh Marsya.
"Aku kedinginan.." Bisik Marsya berbisik lalu ujung lidahnya menyentuh daun telinga Devan.
"Oh shit!!" Gumam Devan tak memperdulikan Tania yang tengah mengobrol dengan seseorang sementara matanya tak lepas dari tingkah Marsya yang nakal.
"Kurang greget." Bisik Lusi. Marsya semakin merasa tertantang.
"Kiss me, Dev." Bisik Marsya. Devan merasakan tubuhnya meremang, selain suara dan tingkah Marsya yang semakin nakal, juga payudara Marsya yang kenyal kini bisa di rasakan di lengan kanan Devan.
"Sure, sayang.." Devan memiringkan wajahnya lalu menyambar bibir tips Marsya dan mengecupnya lembut. Tania membelalakan matanya sementara Dante dan Lusi terkekeh pelan.
"Kita lanjut nanti ya.." Marsya menjauhkan bibirnya dari bibir Devan.
"Nakal banget!" Devan meremas paha dalam Marsya yang berada di bawah meja. Marsya mungkin bisa di bilang sudah gila, dia meremas penis Devan yang di beri mama si Jack.
"Kamu aku telanjangin di sini, mau?" Bisik Devan.
"Jangan dong...Rugi di lihat mantan kamu." Marsya terkekeh pelan.
Marsya berusaha tak menoleh pada arah jam 12 ketika seorang wanita berjalan dengan tingkah sombong nya.
"Hai Dave..How are you?" Tania menggeser kursi di samping Devan dan mengelus punggung tangan Devan.
"Watch your hands!!" Geram Devan. Dante dan Lusi menahan tawanya.
"Teman kamu, yang?" Tanya Marsya yang seketika menahan tawanya.
"Iya teman lama, tepatnya mantan kekasih Devan." Sahut Tania dengan sombongnya.
"Oh mantan kamu.." Marsya tersenyum anggun.
"Kenalin yang, ini Tania mantan aku dulu." Devan menekankan kata mantan pada kalimatnya.
"Marsya.." Wanita berlesung pipi itu mengulurkan kan tangannya.
"Tania." Sahut Tania nyaris tanpa ekspresi.
"Dev, nanti kamu datang ke club, kan?" Tanya Tania.
"Kamu gak akan bawa wanita bayaran ke club, kan?" Ejek Tania yang mengira Marsya adalah wanita bayaran.
"Itu urusan gue, pergi deh sana!" Devan mendelik pada Tania.
"Gue tunggu di club!" Tania menatap tajam pada Marsya. Sementara Marsya hanya tergelak pelan.
"Dia kenapa sih? Gak bahagia apa gimana?" Ujar Tania.
"Orang gila.." Sahut Devan.
"Iya dan aku benci banget sama dia." Sambar Lusi.
"Lho? Kenapa?" Marsya menoleh.
"Ceritain beb!" Lusi menatap Dante yang sedang menggaruk alisnya.
"Susah ya kalo urusan sama wanita." Gumam Dante. Mengalirlah cerita dari Dante jika saat berhubungan dengan Devan, Tania sering mendekatinya karena Dante saat itu lebih kaya dari Devan. Untung saja Dante tipe sahabat yang setia.
"Idih...Dasar pantat monyet!" Gumam Marsya.
Semua tergelak mendengar ucapan Marsya.

Janji senjaWhere stories live. Discover now