ANDROMEDA : Part 34

4.9K 569 47
                                    

_____

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

_____

"Kalian nyiapin ini semua buat gue?"

Kali ini Meda tidak berbohong, ia benar-benar syok dengan apa yang mereka persiapkan untuknya.

Mini party yang Meda idam-idamkan.

Ada keluarganya, teman-temannya Ares, begitupun Eros.

"Happy sweet seventen, sayang!!" Cassiopeia menyambutnya dengan pelukan. Wanita yang sudah merawatnya sejak bayi itu menciumnya diberbagai tempat.

"Ma, I Love you so much. Thank you for all. Aaaa.. Meda gak bisa ngomong!!" Pecah sudah tangis haru yang gadis itu tahan.

Ares ikut merangsek kedalam pelukan, diikuti Eros, dan Effendy.

"Berpelukannn!!" Pekik Eros bernada.

_______

"Jadi apa yang pengen lo bicarain?"

Meda duduk berdua dengan sosok yang membisikinya tadi.

Sosok itu menatap lurus kedepan. Kearah bintang-bintang yang saling berkelipan. Berat rasanya untuk menyampaikan apa yang ia tau.

"Da, gue tau lo pasti gak percaya. Tapi, apa yang gue omongin ini kebenaran. Jadi, please.. dengerin sampe akhir."

Meda memberikan perhatiannya penuh kepada sosok itu.

"Gue, Irgi Pratama Gunawan. Gue adalah manusia penyakitan yang lahir diantara keluarga sempurna. Gue punya kelainan jantung bawaan, yang membuat gue harus hidup bersama kateter. Waktu anak-anak jantung gue membaik, jantung gue bisa memompa dengan normal dan bekerja dengan baik. Tapi, semakin kesini ternyata jantung gue kembali rusak. Gue udah biasa diabaikan karena penyakit gue, dan karena biaya pengobatan gue yang mahal. Gue dianggap beban."

Irgi tersenyum pedih.

Banyak yang ingin ditanyakan Meda, tapi tidak sopan rasanya memotong pembicaraan orang yang butuh didengarkan.

"Di kesendirian, gue menulis cerita. Berharap dengan menulis, kesepian gue terobati. Lo tau, apa yang gue tulis?"

Irgi menoleh kearahnya dengan mata berlinang. Astaga, hati gadis itu serasa diremas rasanya melihat seorang cowok menangis dihadapannya.

"Hidup lo."

"Gue yang nulis kisah lo, gue yang buat lo menderita dari awal kehidupan hingga akhir. Gue yang buat karakter Rian dan keluarganya yang kejam, gue juga yang buat Gentala yang lo cintai bermuka dua."

Meda tersentak.

Bagaimana bisa?

Hidupnya ditulis oleh seorang penulis? Berarti dia hanya karakter fiksi? Tapi kenapa ia bisa hidup? Kenapa pula Irgi bisa berada ditempat yang sama dengannya?

"M-maksudnya?"

Pemuda itu menghembuskan nafasnya yang berat.

"Gue yang nulis kisah lo. Kehidupan pertama lo itu ada atas alur yang gue buat. Kisah lo berakhir waktu lo mati diracun oleh Gentala."

Nafas Meda tercekat.

Bernafas pun rasanya berat.

"Cerita gue yang diterbitkan sebagai novel akhirnya best seller, dan gue bisa membiayai pengobatan gue sendiri. Tapi.."

Ingin rasanya Irgi meminta maaf sedalam-dalamnya pada Meda yang membuat hidup gadis itu menderita seumur hidup. Bukan Rian ataupun Gentala yang salah, tapi dirinya. Ia yang salah karena membuat karakter Meda yang terus menderita.

Ia ingin bersimpuh dihadapan gadis itu.

".. Tapi gue mati. Garis hidup gue ternyata sudah berakhir. Gue baru aja nulis bagian kedua kisah hidup lo.. sewaktu lo terbangun di kamar lo. Tapi ya.. gue mati. Jadi selanjutnya, semua yang lo jalani itu atas kehendak lo sendiri. Bukan karena alur yang gue buat."

Meda masih tidak bisa mempercayai fakta barusan. Tapi, ya Tuhann. Jadi selama ini hidupnya diatur oleh tangan penulis? Hidupnya yang tidak pernah tenang itu?

Keterlaluan.

"Yang lebih mengejutkannya lagi, ternyata gue hidup lagi. Gue hidup sebagai anak yang memiliki riwayat penyakit yang sama. Penyakit jantung bawaan. Gue hidup lagi dengan nama Irgi Kayottama Lo.. hemm, itu gue." Tak lagi melanjutkan nama panjangnya yang ingin ia beberkan.

"Sewaktu gue bangun. Yang gue liat lo jadi Meda yang berbeda. Lo bukan lagi budak Kanaya, dan lo memilih pindah sekolah. Semua pergerakan lo, gue liat, semuanya."

Semakin tak bisa berkata-kata. Meda sama sekali tidak bisa mengeluarkan suaranya. Terlanjur syok dengan fakta yang didengarnya. Jadi, Irgi juga mengulang kehidupan? Bedanya Meda yang benar-benar mengulang kehidupan, dan Irgi bertransmigrasi ke orang lain yang memiliki riwayat oenyakit yang sama.

"T-tunggu, jadi lo tau semua tentang gue? Semua rahasia gue? Bahkan rahasia yang gue gak tau?"

Cowok itu mengangguk.

"Yah, gue tau semuanya."

Sekarang Meda harus apa? Menggali semua rahasia yang Irgi tau? Ya Tuhan, mengetahui fakta bahwa ia mati karena diracun saja sudah mati-matian bertahan. Apalagi mengetahui semua rahasia yang Irgi tau?

"Gue gak tau ini berguna apa gak, tapi lo harus waspada sama orang-orang dikehidupan lama lo."

Kalau itu Meda sudah tau, bahkan ia sudah mulai menyusun rencana.

"Gue udah tau."

Meda udah tau?

Kali ini Irgilah yang terkejut.

"D-darimana lo tau?"

Meda mengernyitkan keningnya. Irgi kenapa? Kok seterkejut itu. Tapi ia menepis pertanyaan itu.

"Tadi di pesta, gue tau rencana Rian sama Gentala. Gue juga inget, kalo gue mati setelah dikasih minum sama Gentala." Sahutnya tanpa ekspresi. Ya, emang harus berekspesi seperti apa? Nangis? Udah kebal. Lagian nangis juga gak bakal menyelesaikan masalah.

Cowok itu mengangguk-anggukan kepalanya, tanda paham.

Irgi ingin sekali membeberkan rahasia lain, tapi sepertinya Meda sudah cukup syok dengan fakta yang diketahui malam tadi.

"Lo mau ngasih rahasia apalagi?"

Irgi menggeleng.

"Kayaknya lo belum siap denger rahasia lain."

"Kalo lo gak berniat ngasih tau gue, mending gak usah sekalian lo nemuin gue." Kesal, jelas kesal. Setelah tau hidupnya ternyata memang sudah diatur sedari awal, gadis itu sidah kesal setengah mati. Ingin rasanya ia mencekik manusia disampingnya itu. Tapi sayangnya.. ia masih butuh.

Kalo benar cowok itu adalah orang yang membuat garis hidupnya, maka ia akan memanfaatkannya. Memanfaatkannya untuk mengetahui semua yang tidak ia tau.

Hidup harus saling menguntungkan, kan?

Ia sudah membuat cowok itu meraih kesuksesan untuk novelnya, maka cowok itu pula yang harus membantunya keluar dari yang digariskan.

Jangan sampai kehidupannya yang lalu terulang.

"O-oke, gue kasih tau. Tapi lebih baik lo cari tau kebenarannya sendiri. Gue gak mau lo kalo lo ternyata belum siap menerima fakta ini. Jadi, lo cari waktu yang pas aja."

Irgi tidak berniat membebani Meda lagi. Sudah cukup gadis itu terkejut dengan fakta yang ada, jangan sampai gadis itu malah drop karena terlalu terkejut.

Ia tak mau itu terjadi.

"Oke, jadi dimana gue bisa tau rahasia yang lo tau?" Kali ini Irgi merasa, Meda yang ada dihadapannya itu adalah orang yang berbeda. Gadis itu menatapnya tanpa ekspresi, tapi dibalik itu tatapannya tajam bak laser. Tidak seperti biasanya yang selalu menatapnya ramah, tanpa intimidasi.

"....."

______

Jangan lupa tinggalkan jejakk!!!

ANDROMEDAWhere stories live. Discover now