Hansel and Gretel

433 89 32
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

.
.
.

×××

"Lee Suhyeok! Kau benar benar gila!"
Cheongsan mengumpat dan menggeram kesal pada sepupunya yang sedang menyetir.

"Aku tidak memintamu ikut, tapi kau yang memaksa. Jadi sekarang diam dan duduk manis saja.."ucap Suhyeok.

"Mana mungkin aku diam saja di rumah, sedangkan kau akan melakukan hal gila.. parahnya lagi, ini sudah hampir tengah malam!"lagi-lagi Cheongsan mengomeli Suhyeok.

"Kalau ada apa-apa denganmu, pasti aku akan jadi orang pertama yang diinterogasi tante Saebom,"

"Kenapa kau begitu takut dengan ibuku?"Suhyeok tertawa kecil.

"Ya! Jangan tertawa pada situasi seperti ini!"ucap Cheongsan kesal. "Lebih baik, kau berhenti dulu.. lalu kita bicarakan baik-baik,"Cheongsan menarik nafasnya.
"Dengar Suhyeok, jatuh cinta itu wajar. Tapi kegilaanmu pada Namra Cassano menurutku berlebihan dan harus segera dihentikan!"

Tiba-tiba Suhyeok mengerem mobilnya dengan mendadak.
Ia sengaja melakukanya.

Untung saja malam itu sudah pukul 10 lewat, jalananpun mulai sepi. Jadi berhentinya mobil mereka secara mendadak tidak merugikan orang lain.

Lagi pula mereka sudah keluar dari jalanan pusat kota.
Suasana jalanan itu bahkan tidak dilewati kendaraan lain selain mereka.

"SHIT!!"
Cheongsan mengumpat dengan keras.
Untung saja ia memakai sheetbelt.

"Lee Suhyeok! Kau benar ben-,"

"Gila? Kau mau bilang lagi kalau aku gila, Cheongsan?"Suhyeok memotong ucapan Cheongsan. "Apa kau pernah merasakan apa yang sedang aku rasakan saat ini?!"nada bicara Suhyeok mulai meninggi.

Cheongsan sedikit terkejut dengan nada bicara Suhyeok.
Akhirnya dia memilih diam, takut-takut sepupunya itu akan meledak dalam hitungan detik.

"Kau memintaku menghentikan kegilaan ini?? Sementara kau sendiri tidak tau segila apa aku sekarang!"Suhyeok menyenderkan punggungnya pada senderan jok mobil.
Mencoba menarik nafas perlahan untuk meredakan emosinya.

Keheningan bersama mereka dalam beberapa saat.

"Aku juga ingin kegilaan ini berakhir, Cheongsan. Makannya aku melakukan ini sekarang.."ucap Suhyeok dengan perlahan, akhirnya. Emosinya mulai reda.

"Aku ingin hari ini Namra menjawab ataupun menolak perasaanku, agar besok aku tidak memikirkan semua ini lagi,
jika Namra memang menolakku, besok aku harus langsung melupakannya. Agar semua perasaan yang selalu membuatku sesak ini selesai.."

Suhyeok memandang keluar jendela.
Dilihatnya lahan luas tak ada kehidupan di sekelilingnya.
Peneranganpun hanya dari beberapa lampu jalan.

"Baiklah.. anggap aku mengerti apa yang kau rasakan. Tapi, aku tidak mengerti rencanamu sekarang. Kita malam-malam ke wilayah tak berpenghuni ini buat apa? Mencari rumah Namra? Kau saja sudah lupa dimana tepatnya pertama kali kalian bertemu setahun yang lalu. Lalu bagaimana kita menemukan rumah Namra di tempat seperti ini? Kalau ternyata ini bukan daerah rumahnya dan saat itu Namra hanya sedang berkunjung melihat lahan properti keluarganya, bagaimana?"ucap Cheongsan tanpa jeda.
"Sekarang jelaskan rencanamu padaku Suhyeok.."

ENCHANTEDWhere stories live. Discover now