BAB 6

3.4K 432 23
                                    

Pukul 10 malam, Chanyeol masih terjaga. Ia duduk di kursi belajar dengan meja penuh partitur nada. Di sisi kiri meja, secangkir kopi dan setoples kacang menemani malam ini. Sebenarnya ia sudah selesai mengerjakan tugas sejak beberapa menit yang lalu, namun terlalu malas untuk berbaring di ranjang karena rasa kantuk belum juga datang.

Tangan sibuk menulis asal, menulis sebuah lirik dengan kalimat paling indah yang ada di benaknya.

Tiba-tiba tersentak ketika bayangan lelaki mungil itu muncul dengan tawa yang dapat di dengarnya dengan sangat jelas. Tangan berhenti menulis, menarik napas panjang.

Ini mulai tidak benar.

Hampir satu minggu berlalu sejak kali terakhir Chanyeol melihat Baekhyun di studio. Chanyeol tidak lagi melihatnya, mungkin menghindar atau bagaimana Chanyeol tak tahu. Ia memilih tak peduli, mengabaikan sebagian hatinya yang berontak tak terima.

"Chanyeol, dia lelaki. Kau harus sadar!"

Nyatanya mantra itu tak membuatnya lebih baik, pikirnya malah sibuk membuat kalimat pembenaran lain. Mengingat bagaimana senyum manis membuat Chanyeol terpesona sejenak, lantunan indah di studio membuat Chanyeol terpana, inginnya menyangkal namun tak bisa.

Baekhyun terlalu indah, bagaimana pun gender nya.

Mendadak terserang gelisah ketika ingatan Baekhyun yang dekat dengan lelaki berkulit putih pucat itu melintas. Chanyeol tak tahu namanya, namun mereka terlihat dekat. Bahkan saling berangkulan ketika mereka keluar dari studio.

Apa mungkin dia lelaki yang Baekhyun sukai?

"Memang apa hubungannya denganku?" ucap Chanyeol pelan kemudian berdecak. Jika memang benar mereka dekat lalu apa hubungannya dengan Chanyeol? Biar saja jika Baekhyun dekat ataupun punya kekasih, ia tak peduli. Lagipula Chanyeol juga punya Seulgi, seseorang yang kini berada di sampingnya.

Gadis itu berbeda, dia tidak ketakutan atau memuja Chanyeol diam-diam seperti mahasiswi lainnya. Mereka bertemu karena Seulgi bekerja part time di Club hingga hubungan itu berlanjut ketahap pacaran.

Tidak ada yang tersakiti.

Kecuali rasa sakit di telapak tangan, di mana tanda itu berasal yang sering ia abaikan.

🍁

Langit begitu cerah ketika Chanyeol sampai di pelataran kampus. Pukul 10 pagi, ia akan punya kelas bersama dengan Mr. Cho, salah satu dosen dengan tingkah disiplin yang tinggi. Chanyeol menoleh ke sisi kanannya, dimana Seulgi berada. Gadis itu sejak tadi hanya berdiam diri, tak banyak berbicara seperti dia yang biasanya.

"Ada apa?" tanya Chanyeol sembari melepas sabuk pengamannya, lalu kembali menatap penuh atensi pada Seulgi. Pikirnya gadis itu sedang dalam mood yang buruk. "Apa ada masalah?"

"Chanyeol, aku minta maaf."

Mata cantik berlapis eyeliner itu menatap sendu, sementara Chanyeol kebingungan. Apalagi ketika jemari di genggam erat.

"Ayo kita putus. Aku tidak bisa meneruskan hubungan yang terasa salah ini."

Dahi berkerut dalam, sarat akan ketidak sukaan, "kenapa? Bukankan kita sudah setuju? Lagipula tidak ada yang tersakiti."

Gadis cantik itu menggeleng, "kau salah. Pasangan kita akan tersakiti, entah sadar atau tidak, kita sudah menyakiti mereka."

"Memangnya kau mencintai pasanganmu?"

"Aku memang tidak mencintainya, tapi seperti kata Baekhyun, setidaknya aku sudah mengenalnya. Menurutku itu tidak buruk, aku bisa belajar mencintainya."

IMPRIMARE [CHANBAEK] Where stories live. Discover now