Part 30

1.4K 142 43
                                    

“Gara-gara dirimu, Jovanka dan Vio selalu menderita, Berengsek! Harusnya kamu jauhin mereka. Tidak mendekat layaknya virus dan menambah beban di hidupnya. Lihat sekarang, dari pihakmu, nyawa Vio dan Jovanka terancam. Bajingan sepertimu tidak pantas berada di sekitar mereka, berengsek memang.” Baru saja masuk di ruang rawat Violetta dan masih pagi-pagi sekali, Brian mencaci maki Vincent. Bahkan, ia hampir menerjang lelaki itu jika saja Jovanka tidak menahan.

“Bi, tolong tenang. Kalau caramu seperti ini bisa mengganggu Vio tidur. Dan sekarang ini bukan waktunya untuk saingan memperlihatkan siapa yang lebih baik. Aku mohon, Bi, jangan pakai emosi. Aku tahu kamu sangat marah sama Vincent. Tapi, demi Vio, kita butuh pemikiran yang dingin agar bisa mencari solusi dan jalan keluarnya.” Sambil menahan tubuh Brian, Jovanka berucap penuh permohonan. Ia tahu Brian sangat marah dan emosi kepada Vincent. Setelah semalam Vincent mengabari lelaki itu dan membutuhkan pertolongannya.

“Aku memang salah, aku minta maaf, Bri. Aku memang lelaki berengsek, aku mengakui itu. Tapi, untuk melepaskan Vio dan Jovanka, aku tidak akan melakukannya. Sudah waktunya aku bertanggung jawab kepada mereka. Menjaga mereka dari mara bahaya. Dan di sini, aku memang sangat membutuhkan pertolonganmu, membutuhkan bantuanmu. Karena aku percaya, kamu memiliki satu tujuan yang sama denganku, melindungi Jovanka dan Vio.”

Vincent masih duduk anteng di sofa. Pandangannya tertuju kepada Brian yang menatapnya bengis. Meski begitu, ketegangan dan kekalutan masih menyelimuti dirinya. Hatinya sama sekali tidak tenang jika mengingat di luar sana, ada banyak orang jahat yang sedang mengintai keselamatan Jovanka dan Violetta.

Brian mengempaskan tangan Jovanka yang menahan lengannya, lantas mendaratkan pantat di sofa tunggal. Deru napasnya masih menggebu. Tatapannya masih menajam memandang Vincent. Sambil mengatur pernapasan agar emosi mereda, ia bertanya dengan sangat enggan. “Lalu, apa rencanamu untuk melindungi Jo dan Vio? Mereka tentu tidak akan tinggal diam. Namanya orang jahat pasti memiliki banyak cara untuk menjatuhkan lawan.”

“Yang pertama, kami akan keluar dari rumah sakit ini sebelum jam tujuh. Semalam aku sudah mengurus semua administrasi dan aku sudah meminta surat keterangan dari pihak rumah sakit atas penyakit yang diderita Vio. Dan aku memutuskan akan melanjutkan pengobatannya di luar negeri. Vio menderita anemia aplastik yang membutuhkan donor sumsum tulang belakang, bukan? Mungkin punyaku akan cocok.”

“Jadi, kamu sudah tahu?” tanya Jovanka, terkejut. Pasalnya, ia tidak pernah memberi tahu Vincent selama ini.

“Iya, Jo. Aku bukan orang yang akan tinggal diam untuk mencari tahu sesuatu, yang memang seharusnya aku tahu.”

Brian terdiam. Jovanka benar, ini bukan saatnya ia membesarkan emosi untuk bersikap keras kepala. Sementara itu, di satu sisi, ia merasa lega karena Violetta sudah menemukan obat penyakitnya.

“Lalu, apa yang harus aku lakukan?” Brian bertanya dengan nada rendah.

“Untuk mengelabuhi mereka, kami akan keluar dari rumah sakit menggunakan jalur udara. Aku sudah meminta bantuan dari temanku yang memiliki helikopter. Dan dari informasi pihak rumah sakit, rooftop rumah sakit ini bisa digunakan sebagai tempat mendarat helikopter. Nanti kami akan lewat sana. Lalu, tugasmu di sini untuk membawakan barang-barang kami. Nanti bisa diantar ke tempat temanku, untuk sementara waktu kami akan bersembunyi di sana sampai semua urusan selesai.”

“Baiklah. Beri tahu aku alamat temanmu itu. Lalu, apa lagi yang harus aku lakukan?”

“Nanti aku kirim di chat alamatnya. Aku juga minta tolong sama kamu, Bri, untuk mengambilkan semua dokumen identitas Jovanka dan Vio. Aku butuh itu untuk membuatkan paspor dan kepentingan lainnya nanti.”

OBVIOUSLY PAIN Where stories live. Discover now