Part 27

657 133 10
                                    

“Hallo, Var?” Menerima telepon dari Varisca, Vincent berdiri di depan jendela. Ia melemparkan pandangan ke luar, menatap gedung-gedung sekitar rumah sakit.

“Kak, kamu dan Jo harus hati-hati.” Suara perempuan di seberang sana terdengar serius dan tanpa basa-basi.

“Ada apa? Kenapa kamu bicara seperti itu?” Vincent mengernyit tak mengerti.

“Aku tidak sengaja mendengar pembicaraan Mama dan Emberlyn, mereka merencanakan hal jahat untuk Jo. Tapi, aku tidak mendengar seluruhnya karena Amora memanggilku tadi. Hanya saja, point besarnya mereka sedang merencanakan hal jahat. Kamu ada di mana sekarang?”

“Di rumah sakit. Violetta dirawat di sini dari dua hari lalu, dan aku menemani Jovanka untuk menjaganya.” Vincent menyelipkan salah satu tangan ke saku celana pendeknya. Ia menoleh ke arah Violetta sekilas, yang sedang mendengarkan Jovanka mendongeng.

“Iya. Pokoknya kamu jaga mereka, ya, Kak. Kamu tahu sendiri bagaimana kerasnya Mama. Oh, ya. Boleh share lokasi rumah sakitnya? Nanti aku sama Amora datang ke sana menjenguk Vio.”

“Oke. Bagaimana kabar Amora? Aku sudah lama tidak melihatnya. Kamu juga tidak pernah main ke apartemen.”

“Kadang dia nanyain kamu. Tapi, sekarang dia sudah mulai terbiasa tanpa papanya.”

Vincent menunduk. Ia merasa sangat bersalah karena telah ingkar kepada dirinya sendiri, yang katanya akan menjaga Amora. Namun, di sisi lain, ia juga butuh mendekatkan diri dengan Violetta selaku darah dagingnya sendiri. “Kamu juga jaga diri baik-baik di rumah, Var. Maafkan aku kalau memutuskan pergi dari rumah. Pokoknya kalau kamu mengalami masalah dan ada sesuatu yang bahaya, langsung kabari aku.”

“Iya, Kak.”

“Ya, sudah. Sampai jumpa di sini. Aku tutup teleponnya, ya.”

Memutuskan sambungan setelah mendengar jawaban dari seberang sana, Vincent terdiam sejenak. Ia akan menyimpan ponselnya ke saku celana. Namun, urung saat ponselnya bergetar lagi. Ia pikir Varisca yang memanggilnya kembali. Namun, setelah melihat nama Ely tertera di layar datar, ia dibuat bingung dan langsung menggeser tombol hijau untuk menyambung panggilan.

“Hallo, El.”

Mendengar Vincent memanggil nama Ely, Jovanka langsung mengangkat kepala menatap lelaki itu. Dalam benaknya langsung dipenuhi tanya, ada sekongkolan apa antara lelaki itu dan Ely?

“Pak, tadi ada wanita paruh baya datang kemari mencari Mbak Jo.”

“Wanita paruh baya? Untuk apa dia mencari Jo?” Vincent bertanya cepat. Pikirannya langsung berlarian kepada sang mama dan menaruh curiga begitu besar kepada wanita yang telah melahirkannya itu.

“Tidak tahu. Katanya ada urusan penting gitu. Tapi, wajahnya sadis, Pak. Omongannya juga sarkas sekali.”

“Ciri-cirinya?”

“Masih terlihat cantik. Rambutnya digelung. Tubuhnya agak berisi, tapi tidak gemuk. Dia memakai tindik emas agak besar gitu, sebesar kancing bungkus. Terlihat keibuan wajahnya. Cuma itu, seperti sedang menahan amarah kepada Mbak Jo.”

Vincent menunduk, tampak berpikir keras. Ciri-ciri yang disebutkan Ely bukan mamanya. Lantas, siapa? Masih berpikir dan tak memiliki jawaban, ia bertanya lagi, “Kamu memberi tahu keberadaan Jovanka?”

OBVIOUSLY PAIN Where stories live. Discover now