karna Emerald dan Star, mereka jadi ingin hidup lebih lama di dunia ini.

Tawa ke-tiga nya luntur saat melihat Edgar dan Anneliese datang bersama dengan Star dari luar.

"udah selesai?" tanya Emerald.

"udah, tidur gih" Edgar menyentuh pucuk rambut Emerald, dan melirik Delard. "Delard ikut Daddy ke ruangan"

Semuanya tersentak kaget saat mendengar itu, mereka tau apa yang akan terjadi pada Delard di dalam ruangan Daddy-nya.

"Dad, kak Delard kayaknya gak kenapa-napa deh." Ucap star, mencegah Edgar marah pada Delard.

"Dia yang buat Daddy malu di depan keluarga besar. IKUT DADDY DELARD!" Bentak Edgar di akhir kalimat nya.

Semuanya hanya diam, Delard akhirnya bangun dan mengikuti Edgar dari belakang.

Beberapa detik mereka terdiam di lantai bawah, terdengar suara pecahan kaca di lantai atas.

Membuat semuanya meringis, Sedangkan Anneliese hanya memejamkan mata dan berjalan pergi ke kamar nya yang berada di lantai satu.

"Mom! Bantu kak Delard dong" pinta Star, dia kesal melihat Anneliese langsung berjalan ke kamarnya.

Anneliese sempat menghentikan langkahnya, tapi dia kembali berjalan lagi.

Mengabaikan omongan Star.

Mereka menatap Mommynya, padahal Anneliese yang paling bisa mengendalikan Edgar dari emosinya.

Saat terdengar suara pecahan kaca lagi, Emerald sontak menatap lantai atas.

Ketiganya saling lirik, dan langsung berlari tergesa-gesa manaiki tangga.

"DADDY!" teriak Star


DUGH

DUGH


Deriq dan Emerald terus menggedor-gedor pintu dengan panik.

Tiba-tiba pintu terbuka, membuat ketiganya mundur.

Terlihat Edgar yang keluar dengan tangan yang berdarah, membuat semuanya membulatkan mata mereka dan memiringkan kepala mereka untuk melihat ke dalam.

"DELARD!" Teriak Emerald panik, dia mendorong Edgar ke samping dan masuk menghampiri Delard.

"Lard Lo kenapa?" tanya Deriq panik, dia melihat wajah Delard yang berdarah dibagian pelipis, bibir, dan hidung.

"DADDY KETERLALUAN!" teriak Star,

dia menghampiri Edgar dan memukul Edgar ke belakang.

"aku benci sama Daddy!" Star mendorong Edgar dan menutup pintu rapat-rapat, dan menguncinya.

Tidak mau Edgar masuk lagi keruangan.

"lard! Pliss!"

Delard memeluk Emerald kencang, dia kesakitan.

Deriq yang melihat itu langsung buru-buru mencari kotak P3K, dan membawanya kepada Emerald.

Emerald melepaskan pelukan nya dan menangkup wajah Delard. Mengobati wajah Delard dengan hati-hati, sambil terus meringis.

"Daddy lukain Lo pakai kaca?" tanya Deriq.

Delard enggan menjawab, dia masih menahan nyeri sakit di wajahnya yang sedang diobati oleh Emerald.

"kalau sakit bilang Lard" pinta Emerald, pasti sakit tapi Delard tidak mau bicara.

Star hanya menatap ketiganya sembari terus menangis, dia takut melihat Delard yang seperti itu.

Deriq mendengar isakan star, dan menghampirinya "its okey, dia kan kuat" Deriq memeluk Star, menenangkan.

Bukan meredakan tangis Star, justru tangisnya semakin kencang. Membuat ketiga kakaknya menatap Star dengan iba.

"Star udah"

"Star"

"Starlard! Kamu di dalem?!"

Sontak Keempat nya menatap pintu, terdengar suara Anneliese dan Edgar yang terus memanggil Star dari luar.

"Starlard! KALIAN BERTIGA KELUAR SEKARANG!" Bentak Anneliese.

Star akhirnya membuka pintu.

"STAR!" Anneliese langsung memeluk Star, takut anaknya itu terluka.

"Kalian ngapain dia sih?! Mommy udah bilang berapa kali? Jangan macem-macem sama Star" bentak Anneliese.

Ketiganya hanya diam saja, mereka bingung. Ingin membantah, tapi takut memperkeruh suasana, jadi mereka hanya diam menerima setiap Omelan Mommynya.

"Mom apa sih?! Mereka gak apa-apa in aku. Aku nangis karna kak Delard, bukan karna mereka!"

Star membalikkan tubuh Anneliese agar menghadap dirinya.

"Kamu nangis karna Delard?!" Edgar berniat menghampiri Delard, tapi terhalang oleh Emerald.

Edgar menyuruh Emerald untuk minggir dari hadapannya.

Tapi Emerald tetap pada pendiriannya, dia tetap berdiri di depan Delard dan merentangkan kedua tangannya.

"Kalau Daddy Cuma mau bikin Delard terluka, lebih baik Daddy pergi. Kalau kalian gak bisa nyembuhin dia, jangan bikin luka baru yang gak akan pernah sembuh lagi!" Sentak Emerald.

Keduanya jadi terdiam, mendengar Emerald.

Akhirnya keduanya meninggalkan ruangan, dengan masih terus memeluk Star.

Sekarang mereka bertiga yang terdiam, bingung dengan keadaan ini.

"Kak Sorry"

itu adalah kata terakhir yang diucapkan star sebelum keluar dari ruangan, dia menunjukkan wajah sedihnya.

Adik mana yang tidak sedih melihat kakaknya diperlakukan seperti itu, tapi dia tidak bisa membantu sama sekali.

Star juga sakit, sama hal nya dengan mereka.


TBC

Nyesek banget gak sih jadi Delard, sampai udah pasrah dengan setiap keadaan.

Mau dipukul lagi gapapa, gak dipukul lagi, bersyukur.


"kalau kalian gak bisa sembuhkan luka ini, its okey. Tapi jangan datang lagi dan membuat luka baru yang sulit untuk sembuh"


~~~ ADELARD ELZEIN TANRALD







Our StoriesWhere stories live. Discover now