Kelvin justru malah mengingat masa lalunya, saat Ara dulu masih hidup 3 tahun yang lalu. Dulu yang tahu jika Ara selalu di bully di sekolah, selalu merasa kesepian dan semua rasa sakit yang Ara rasakan hanyalah dirinya. Ara selalu bercerita apapun kepadanya tentang semua yang dia alami. Namun Ara selalu melarangnya bercerita kepada Mama dan Papa jika Ara tidak baik-baik saja.

Ara selalu tersenyum bahagia dan tampak baik-baik saja di depan Mama dan Papa. Sedangkan Mama dan Papa sibuk mengurusinya, mengantarkannya ke rumah sakit untuk berobat, selalu memperdulikannya. Membuat Kelvin merasa bersalah kepada Ara.

"Sudah Mas Kelvin, tidak usah berandai-andai. Mbak Ara sekarang juga sudah bahagia di sana," ujar Bi Lastri.

"Dulu saya sudah pernah mengatakan kepada Mama dan Papa untuk sesekali mengajak Ara berbicara dari hati ke hati. Tapi mereka mengatakan Ara baik-baik saja karena Ara yang selalu tersenyum. Padahal, setiap malam Ara selalu menangis."

Kelvin menarik nafasnya dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan. Kelvin merasa, Ara meninggal adalah salahnya. Karena kedua orang tuanya baru tahu jika Ara selalu di bully ketika Ara depresi waktu itu.

"Kenapa saya harus penyakitan begini? Mama dan Papa dan dulu jadi lebih memperhatikan saya dibandingkan dengan Ara."

Kelvin selalu menganggap, kepergian Ara adalah luka terberat untukknya. Ya karena hal ini, hanya dia dulu yang tahu betapa sakitnya menjadi Ara. Karena dia yang penyakitan juga membuat Mama dan Papa lebih memperdulikan dia. Lebih menyakitkan lagi karena Ara tidak pernah marah akan hal itu. Kelvin mengingat kata yang dulu selalu Ara katakan kepadanya.

"Ara gak papa kok kalau Mama dan Papa selalu memperhatikan Mas Alfa dibandingkan Ara. Biarlah Mama dan Papa tahunya Ara baik-baik saja. Karena memang sudah sepantasnya Mama dan Papa lebih memperhatikan Mas Alfa, hati Mas Alfa harus sembuh. Yang terpenting, Mas Alfa harus mau menjadi pendengar yang baik untuk Ara."

Kelvin tersenyum tipis saat perkataan Ara melintas di pikirannya. Andai dia tidak menderita gagal hati kronis karena sistem kekebalan tubuh yang menyerang tubuhnya sendiri (Hepatitis autoimun). Mungkin dulu Mama dan Papa tidak selalu memperhatikannya.

#maaf kalau penyakit Kelvin ada yang salah, aku baca-baca di google aja soalnya.

Entah Rea selama ini sadar atau tidak, namun dia kan sering mengatakan kepada Rea jika hatinya sakit, hanya saja Kelvin tidak memberi tahunya secara gamblang. Mungkin Rea menganggap hanya sakit hati biasa. Soal dia ke Singapura waktu itu, sebenarnya juga bukan urusan bisnis melainkan dia berobat. Bahkan waktu itu, Kelvin pernah pingsan ketika di kantor.

***

Pagi harinya, Kelvin sudah berada di depan rumah Rea. Hari ini, dia akan berusaha untuk menemui Rea. Hendak berbicara dengan perempuan itu secara empat mata. Kelvin menekan bel rumah ini. Kelvin juga berharap, semoga hari ini Rio tidak ada di rumah. Sehingga dia bisa lebih leluasa untuk menjelaskan.

"Iya sebentar," ujar seorang dari dalam rumah.

Kelvin menunggu sampai pintunya di buka. Dan kini menampilkan Bunda di depannya, Bunda menatapnya tidak suka.

"Ngapain kamu ke sini? Sudahlah Kelvin, lebih baik kamu pulang saja. Saya tidak rela putri saya bertemu dengan pria busuk seperti kamu." Bunda menatapnya sinis.

"Bunda, walau bagaimanapun saya sekarang masih menjadi suami sah Rea. Yang berarti tugas dan tanggung jawab Ayah dan Bunda untuk mengurus Rea sudah berada di tangan saya. Rea sudah menjadi milik saya dan saya berhak untuk mengaturnya. Maaf jika saya lancang, tapi bisa tolong pertemukan Rea dengan saya? Karena tidak baik menyelesaikan masalah dengan cara menghindar seperti ini."

My Boss Is My Secret Husband [END]Where stories live. Discover now