-Prolog-

11.7K 707 18
                                    

H a p p y   R e a d i n g

✨📚✨

"Lula! Gue bosen!"

Mendengar namanya dipanggil terus-menerus membuat Lula mendengus kesal. Dia menatap sinis teman sebangkunya yang sedari tadi selalu mengucapkan hal sama berulang kali. Sumpah! Lama-lama dirinya jadi bosan mendengar kata itu.

"Ngga cape ngomong itu mulu?" omel Lula sambil meletakkan pulpennya kasar. "Kalo bosen, sini belajar sama gue."

Airil merungut. "Gue-kan udah selesai daritadi. Lo lupa?"

"Yaudah! Kalo gitu, sana baca buku!" Airil mengerjap. Ah iya! Baca buku! Kenapa hal itu tak terpikir olehnya sejak tadi ya?!

"Oke deh! Lo bakal nyusul-kan?" Lula mengangguk tanpa menoleh sedikit pun pada Airil. Gadis itu tetap fokus mengerjakan tugasnya agar cepat selesai dan dapat menyusul Airil di perpustakaan.

"Iya! Sana pergi!" usir Lula.

Airil tersenyum riang. Dengan hati yang berbunga-bunga, gadis itu berjalan menghampiri kursi Karina, si ketua kelas. Sebagai siswa teladan, sudah sepatutnya jika ingin keluar kelas harus memiliki izin, bukan?

"Rin, gue ijin ke perpus dong! Kan sekarang jam kita lagi kosong. Boleh ya, please?" Airil menatap melas Karina yang sedang membaca buku pelajaran.

Karina menoleh sejenak. "Cuma satu jam." ucapnya singkat.

Airil melompat kegirangan. "Siap, bosque!" sahutnya dengan mata berbinar. Setelahnya, Airil langsung melesat kencang ke perpustakaan hingga Karina yang melihatnya menggeleng-geleng tak habis pikir.

"Halo, Kak!" sapa Airil pada perjaga perpustakaan tepat saat memasuki pintu ruangan.

"Hm." jawabnya datar.

Airil mendelik jengkel. "Apaan sih? Sok oke banget. Untung ganteng." umpat Airil dalam hati. Huh! Rasanya pengen tak.

"Kalo gitu. Saya mau numpang baca dulu ya? Bye!" Airil segera pergi darisana. Melihat wajah kaku dan monoton milik Darien, si penjaga perpustakaan itu terus-menerus hanya akan membuatnya darah tinggi. Berbeda dengan Haechan. Cowok ganteng asal Korea itu malah akan membuat cekikikan hingga bengek tiap hari.

Bukan. Lebih tepatnya dia dan teman se-grup nya sih.

"Duh. Mana lagi tuh novel?!" Airil menghela napasnya kasar. Sejak tadi, novel yang menjadi list dalam notes-nya itu tak ketemu-ketemu. Hah. Apakah ini pertanda jika dirinya belum diizinkan untuk membaca novel itu?

Kalian tahu? Sebenarnya.. Airil ingin sekali membeli novel itu. Namun, apa daya jika tabungannya sudah habis untuk membelinya album musik NCT Universe impiannya.

Tapi ... kalau ada gratis, kenapa enggak?

"Akhirnya! Ketemu juga lo!" Airil tersenyum lebar karena mendapati novel berjudul 'Pelangi untuk Laskar' yang ingin dibacanya itu berada diatas rak-rak buku paling atas.

Airil juga bersyukur dengan tinggi badan diatas rata-rata yang dimilikinya. Karena 175 cm ini, ia dapat menggapai novel itu dengan mudahnya. I'm the lucky girl~

"Loh? Kok namanya mirip gue?! Pasti penulisnya nyontek nih!" Airil berdecak kesal. Meskipun namanya cuma digunakan untuk tokoh figuran yang muncul satu kali di novel ini, tetapi tetap saja itu membuatnya dongkol.

Airil hanya parno. Ia hanya takut jika kejadian transmigrasi atau perpindahan jiwa khas novel-novel dan film fantasi terjadi padanya kelak. Alasannya memang terdengar tak masuk akal. Tapi, siapa tahu-kan, jika hal-hal diluar nalar seperti itu ternyata memang ada dikehidupan nyata? Namun, terlepas dari semuanya, Airil berharap hal-hal itu takkan pernah terjadi.

Setelah berusaha mengenyahkan segala prasangka buruknya, Airil kembali melanjutkan maraton membaca novelnya. Gadis itu sesekali menggumam kesal karena adegan klise dan tokoh-tokoh jahat dalam novel itu.

Tiga jam berlalu. Airil akhirnya berhasil menyelesaikan novelnya dalam waktu yang tergolong singkat itu. Airil merasa senang dan sebal bersamaan. Ia senang karena dapat menamatkan novel itu dan ia sebal karena Lula yang tak menepati janjin-

"Airil! Gue bawain makanan nih." Airil melongo kaget. Lula ternyata tetap datang walaupun sangat terlambat. "Maafin gue ya. Tadi itu, pas gue udah selesai ngerjain semua tugasnya, Pak Lukas dateng dan malah nyuruh gue sama Karina buat bantuin dia meriksa kertas ulangan punya adek kelas kita." jelas Lula disertai raut wajah penuh penyesalan setelah mengambil tempat duduk didepan Airil.

Airil yang tadinya menahan kekesalan setengah mati, akhirnya luluh dan memaafkan Lula sesudah mendengarkan penjelasan panjang lebarnya. "Iya. Ngga pa-pa. Gue paham kok."

"Huhu ... baik banget sih!" Lula sungguh terharu dengan ucapan Airil.

Airil tersenyum bangga. "Iya dong! Oiya. Gue ke toilet bentar ya. Kebelet soalnya ni-"

Brak!

"Airil!"

✨📚✨

Hi, bear!
Cerita ini kembali lagi dengan versi baru yang udah aku revisi! Semoga suka!

Dan, aku minta maaf sebesar-besarnya buat kalian para pembaca cerita ini, karena 'what the hell?!' yang mendadak aku unpublish tanpa pemberitahuan apapun.

I'm sorry about that:(

Salam hangat,

©paletteze, 2022

What The Hell?! Where stories live. Discover now