Glara mencebikkan bibirnya. Dia tau Chiel sedang mengatainya. Padahal yang Glara sering tonton itu bukan kartun, ya walaupun hampir mirip, tapi beda.

"Glara jarang nonton kartun. Tapi kalau dua kembar botak dari Malaysia sama sponge bego jadi pengecualian."

Tuk

Chiel menyentil bibir Glara saat gadis itu mengatakan kalimat yang amat keramat keluar dari bibir gadis itu. Biarpun Chiel sering denger perkataan kasar, tapi aneh aja gitu denger anak cewek ngomong kasar. Tak terkecuali Glara, kekasihnya.

"Ih, kenapa si suka banget sentil-sentil mulut Glara? Emangnya gak bisa apa kalau dicium aja?"

Detik itu juga rasanya mulut Glara terkatup dan menutup bibirnya dengan tangan karena ia secara tak sengaja mengucapkan kalimat keramat itu. Dengan gerakan perlahan, Glara mencoba untuk menatap Chiel yang tengah menatapnya dengan pandangan datar. Alias diam tidak berekspresi sama sekali.

"Maaf, Chiel. Glara keceplosan," lirihnya sembari menunduk malu.

Tidak ada imbal balik dari perkataan Glara barusan. Gadis itu tau jika pacarnya bakal marah dan berakhir mendiamkannya.

Masih mempertahankan wajah datarnya, Chiel membuang muka kesamping karena tidak tahan melihat wajah Glara yang menggemaskan. Rasa-rasanya ia ingin sekali mewujudkan keinginan gadis itu jika ia sedang dikuasi setan.

"Jangan diemin, Glara, dong! Kan kita habis baikan, masak Chiel marah sama Glara lagi?" Tuturnya sembari memegang lengan Chiel.

"Ra," tutur Chiel dengan suara beratnya. Glara seperti merasakan ada aura gelap saat bibir Chiel mengeluarkan kata tersebut.

"Kenapa, El? Gak marahkan?" Mata Glara yang bulat bersinar saat Chiel menyahuti ucapannya.

Tangan Chiel menunjuk belakang Glara. "Lihat tuh, ada Levi Ackerman lagi terbang naik sapu."

Dengan secepat kilat Glara menatap objek yang ditunjuk oleh kekasihnya. Gadis itu melihat ke kanan dan kiri tapi tidak ada apapun selain pendatang taman ini.

"Mana, El? Kamu boh—" Perkataan Glara berhenti saat dirinya tidak lagi melihat Chiel yang berada di sampingnya.

Glara celingak-celinguk. Mencari keberadaan Chiel yang tiba-tiba menghilang.

"Anjir! Chiel dimakan dedemit apa ya? Kok sekarang udah gak a—

—woi, Chiel! Ngapain nyeplung di kolam ikan!" Mata Glara terbelalak saking terkejutnya saat mendapati kekasihnya yang sudah basah kuyup keluar dari kolam ikan yang letaknya tidak jauh dari mereka duduk.

Laki-laki itu menyugar rambutnya kebelakang untuk menyingkirkan anak rambutnya yang menghalangi penglihatannya.

Dari jauh, Glara hanya berdecak kagum dengan perbuatan laki-laki itu. Ia tidak habis pikir dengan Chiel yang tiba-tiba berenang di kolam ikan.

Maksud dan motifnya apa coba nyeplung disitu?

"Chiel, ngapain mandi di kolam ikan? Emang air di apartemen, Chiel, lagi seret? Chiel gak ada duit buat bayar air ya?"

Glara menghampiri Chiel yang tengah duduk di tepi kolam ikan. "Ngapain si nyemplung di kolam ikan?"

"Gabut, Ra. Tau-tau aja inisiatif nyemplungin diri ke dalam sini," jawab Chiel sembari memeras bajunya untuk mengurangi air yang menyerap dibaju miliknya.

Glara berdecak kagum. Gadis itu hanya menggelengkan kepalanya. Untung Glara gak malu menjadi pusat perhatian. Coba kalau malu, udah Glara tinggal kekasihnya itu.

"Iya udah pulang aja, yuk! Udah basah juga," ajak Glara yang mendapat jawaban gelengan kepala dari Chiel. "Nanti masuk angin, El. Yuk, pulang aja!"

"Sepuluh menit lagi." Chiel menepuk tepian kolam di sampingnya. Meminta Glara agar duduk di sisinya. "Sini duduk! Pulangnya nantian aja."

CHIELANANTA (ON-GOING)Where stories live. Discover now