Grep!

Langkah Anjas terhenti saat ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Ia menunduk menatap tangan mungil yang tersemat cincin pernikahan mereka.

"Kakak jangan marah. Maafin Aqeela." Cicit Aqeela sambil menangis.

Anjas hanya diam tak membalas pelukan Aqeela dan tak berniat untuk berbalik, ia membiarkan Aqeela memeluknya.

Jujur Anjas sedikit kawatir saat merasakan Aqeela terengah-engah. Ia yakin istrinya itu habis berlari. Apakah istrinya itu lupa bahwa ia baru saja merasakan kram di perutnya?

"Jangan diem aja, maafin Aqeela, Kak." Ucap Aqeela mengeratkan pelukannya m

Anjas menghela nafas, "Kenapa kamu sembunyikan dia dari saya? Kenapa kamu bohong sama saya, Aqeela?"

Aqeela menggeleng pelan, "Aqeela nggak bermaksud bohong sama Kakak. Aqeela cuma mau merahasiakan ini. Aqeela pengen jujur, tapi.. " Ucap Aqeela menggantung membuat Anjas mengernyitkan dahinya begitupun geng Galaksi yang menyaksikan mereka.

"Tapi, Aqeela nggak sengaja denger kalo Kakak nggak pengen Aqeela hamil sekarang."

Semua membelalakkan matanya, termasuk Anjas. Kapan dia mengatakan hal itu? Mana mungkin?

"Waktu itu Kakak bicara sama Papa Imam dan Kak Gibran sama Diandra."

"Kira-kira, Aqeela sudah isi apa belum Njas?" Tanya Pak Imam.

"Anjas tidak tau, Pa. Lagipula, Anjas tidak mau Aqeela hamil dulu sekarang."

Deg!

Aqeela yang berniat membawakan minuman hangat untuk mereka itu pun seketika hatinya kacau saat mendengar hal itu.

Tadinya Aqeela berniat memberitahu Anjas yang sebenarnya bahwa ia sedang mengandung, setelah kemarin baikan. Namun setelah mendengar ini, Aqeela jadi takut dan kawatir.

"Kenapa Kak Anjas nggak mau kalo Aqeela hamil?" Tanya Aqeela dalam hati sambil berkaca-kaca. Kemudian Aqeela pergi dari pintu ruang kerja Pak Imam, tanpa memberikan minuman yang ia buat tadi.

"Mulai dari itu, Aqeela nggak ngasih tau Kakak. Aqeela takut dan kawatir karena Kakak mengatakan itu. Mau bagaimana pun, bayi ini udah ada di dalam tubuh Aqeela. Aqeela nggak mau kehilangan dia, Kak."

Anjas memejamkan matanya menahan sesak. Jadi ini yang membuat Aqeela tak memberitahunya. Ini bukan salah Aqeela, ini salahnya. Harusnya ia menjelaskan agar istrinya itu tidak salah paham.

"Jangan marah, Kak. Aqeela ngaku Aqeela salah. Maafin Aqeela belum bisa jadi istri dan ibu yang baik. Maaf."

Anjas langsung membalikkan badannya menghadap Aqeela membuat Aqeela melepaskan pelukannya.

Anjas bisa liat pipi Aqeela dipenuhi air mata. Ia menangkup pipi Aqeela dan menghapus air mata istrinya itu. Aqeela terkejut dengan perilaku Anjas, ia kira Anjas akan memarahinya habis-habisan, ternyata tidak.

"Maafin Aqeela." Cicit Aqeela.

Anjas menghela nafas kasar dan beristighfar sambil mengalihkan pandangannya kemudian langsung memeluk Aqeela hangat.

"Jadi itu yang membuat kamu menyembunyikan dia dari saya? Kamu takut?" Aqeela menganguk pelan.

Anjas menghela nafas, "Maaf, sayang."

"U-untuk apa?"

"Harusnya saya bertanya secara baik-baik, supaya saya bisa tau apa yang terjadi lalu menjelaskannya. Tapi saya malah marah-marah, maafkan saya, saya sungguh suami yang buruk." Ucap Anjas.

SUAMIABLEWhere stories live. Discover now