2.7 : Nggak Usah Ngarep

6.1K 354 23
                                    


⬆️⬆️ VISUAL JAEDEN⬆️⬆️
HAPPY READING ‼️

***

"Ngomongin apaan lo sama dia, Ja?"

Pertanyaan itu begitu saja terlontar saat ketua dari DIÁVOLOS GANG itu duduk sembari menyalakan sebatang rokok. Asap perlahan mengepul keluar dari mulutnya. "Bukan apa-apa," jawab Raja.

"Ntar malem, lo jadi ngajak si Jaeden ketemu?" Axel bertanya sembari menyeruput kopi panas.

Raja mengangguk, ia menjentikkan ujung rokok ke dalam asbak. "Hm, cuma gue, sama dia."

"Eh—? Lo … serius, Ja? Maksudnya, kalo babu si Jahe ngebuntut gimana?" lontar Sean yang cukup terkejut. Untung saja ia sedang tidak meminum apapun. Kalau semisal ia sedang meminum, sudah di pastikan air yang ada didalam mulutnya akan menyiram Anres.

Dengan posisi duduk cowok itu berada di depan Sean, sambil asik menyimak dan memainkan game— Mobile Legend.

"Gue udah buat perjanjian sama dia waktu itu. Kalau dari kita nggak boleh bawa orang lain selain diri sendiri."

Sementara di antara enam orang itu, tepatnya pada seorang yang sedari tadi asik mengemut permen pentol di dalam mulut, serta menopang dagunya mencoba memahami percakapan. Tapi gagal, ia tidak paham, karena kondisinya yang sudah mengantuk.

"Kalian ngomongin apaan, sih?"

Pluk.

Kepala yang tertopang kini jatuh ke atas meja dengan mata tertutup. Membuat orang di sampingnya mencaci cowok tadi. "Dih sialan. Gegayaan lo engga tidur malem," cerca Jordy.

"Eh Res, si doi tuh jalan sama cowok. Ngga panas, lo?" Jordy menyenggol bahu Anres membuat cowok itu mengumpat kesal. Namun pandangannya jatuh pada gadis cantik berjalan bersama dengan seorang kapten Volly di sekolahnya.

Dia tersenyum sinis, kemudian bangkit. Dua orang temannya tertawa puas, sementara dua yang lainnya terkekeh.

"Eh, mbak Rose, babu baru ya?" tanya Anres dengan watados miliknya.

Gadis itu membelalakkan matanya, kemudian menatap tak enak hati pada seorang lelaki di sampingnya.

"Kenapa, hm? Takut babu nya ilang?" Mata Anres menatap menelisik postur tubuh lelaki itu dari bawah sampai atas secara berulang, kemudian melipatkan kedua tangannya di depan dada sembari tersenyum sinis. "Mengenaskan."

Cowok yang berada di samping 'Rose' itu hendak maju, memukul wajah Anres, namun di halangi.

"Eh bi, sini." Anres memanggil salah satu siswi untuk mendekatinya.

"Bi? Maksud kamu, babi kan?" tanya cewek di depan Anres.

Dengan polosnya, perempuan yang di tunjuk, kini maju mendekat. "Aku kak?"

Tangan kiri Anres langsung ia kalung kan ke tengkuk cewek tadi. "Kamu mau kemana, bi?"

Cewek itu merasa risih dan ingin melepaskan tangan itu dari tengkuknya. Namun sebuah bisikan berhasil membuatnya tegang.

"Ma-mau beli, i-iya mau beli."

"Gimana kalo aku beliin? Nanti kita makan di pojok sana," katanya sambil menunjuk meja pojok.

"ISH! LEPASIN! JANGAN PEGANG-PEGANG COWOK GUE!!" Mawar, atau biasa di panggil Mbak Rose oleh Anres itu menarik tubuh gadis tadi agar menjauhi Anres.

"Eh? Lo apa-apaan sih sama cewek gue!" papar Anres menjauhi Mawar dan mendekati gadis tadi.

"Riska! Gue bakal tandain muka jelek lo!" Setelahnya Mawar pergi dengan penuh rasa amarah. Sedangkan kapten volly itu hanya mengikuti Mawar.

Anres langsung menjauhkan tangannya saat semua sandiwara tadi berakhir.

"Yang tadi, lo nggak usah kepedean. Gue cuma manfaatin lo doang," ucap Anres dengan nada datar, kemudian pergi.

Riska yang ditinggalkan hanya melongo, seolah tak mengerti apapun. Ia bahkan bolak balik menatap Mawar dan juga Anres secara bergantian.

"Aduh, gimana dong. Aku ngga mau buat masalah sama Kak Mawar. Lagian siapa juga yang kepedean? Ngga banget," gerutu Riska yang melanjutkan jalannya sembari menggigiti kuku jarinya.

***

"Karin … kamu, hari ini ada ngerasa aneh engga si?"

Saat ini kelas Karin, sedang mengunjungi perpustakaan untuk membuat laporan. Dua gadis itu duduk di tempat yang lumayan jauh dari teman yang lain. Riska sedari tadi membenarkan letak kacamatanya, dengan gugup.

Sementara Karin hanya mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Ih, masa tadi aku ngerasa aneh," ucap Riska, lirih.

"Aneh, kenapa?"

"Tadi pundak aku abis di tempelin setan, ih, serem kan?" lontar Riska yang bergidik ngeri, seraya mengelus tengkuk lehernya.

Tentu saja Karin ikutan ngeri. Apalagi yang mereka duduki itu jarang sekali menjadi tempat duduk bagi murid yang membaca di perpus.

"Ih, kok bisa, sih? Emangnya tadi, Riska abis kemana?"

"Aku dari kantin, cuma pas di jalan, ada setan nempel-nempel, aku udah coba baca doa, tapi dia engga mau pergi," papar Riska dengan raut seperti ingin menangis.

"Oke, tunggu sebentar."

Karin berdiri dari duduknya, dan berjalan ke sebuah rak buku. Mengambil sebuah buku dengan cover hitam, di hiasi dengan tulisan berwarna merah darah, yang bertuliskan, 'CARA AMPUH MENGUSIR SETAN DAN JIN'.

Ia tersenyum saat berhasil menemukan buku tersebut, kemudian memberikannya kepada Riska.

"Ini. Waktu itu, aku pernah baca ini, dan berhasil."

Riska menerima buku itu dengan kebingungan. "Emangnya kamu pernah ngusir setan?"

"Iya pernah, waktu aku lagi ngerjain ulangan, di sebelah aku berisik banget, terus aku baca jampi-jampi nya," ucap Karin mengacungi kedua ibu jarinya.

Riska yang awalnya sempat terkagum, mendadak tersenyum masam. "Maksud kamu, aku setan, ya?"

"Hihii, kamu baru sadar, ya, Riska?"

Sungguh sialan. Karin memang terlihat polos, tapi kok, ngeselin ya, omongannya. Ini isi batin author sendiri.

"Oke deh, aku mau pinjem dan baca buku ini, semoga berhasil."

***

TO BE CONTINUED ‼️

SIAPA NIH YANG KESEL SAMA ANRES?

KAPAL KALIAN DI CERITA INI, SEMENTARA, SIAPA??

JANGAN LUPA FOLLOW IG KU @nxyz03
TERIMA KASIH SUDAH MEMBACA CERITA INI.

Seperti biasa, bayar parkir ya bestiehh. Tenang, bukan pake duit kok, cuma pake vote aja.
150 Vote untuk next.

REX IMPORTUNUS | King BullyingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang